Anda di halaman 1dari 14

BAB 

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi pada usia anak sekolah merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak usia sekolah, baik sebagai pengirim pesan maupun
penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha - usaha untuk mengelompokkan,
memilih, dan mengirimkan lambang - lambang sedemikian rupa yang dapat membantu
seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam
pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Komunikasi pada anak usia sekolah yang terjadi mempunyai perbedaan bila
dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja maupun orang dewasa.
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat
saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian
perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta
membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi
dalam memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai teknik - teknik komunikasi
yang cocok bagi anak usia sekolah sesuai dengan perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Konsep penerapan komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah ?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Untuk mengetahui dan memahami Konsep penerapan komunikasi terapeutik pada anak
usia sekolah
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Komunikasi terapeutik pada anak
usia sekolah ?
2. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana sikap seorang perawat yang harus
diperhatikan dalam komunikasi dengan anak usia sekolah ?
3. Untuk mengetahui dan memahami model komunikasi terapeutik yang cocok
dilakukan seorang perawat terhaap anak usia sekolah ?
1.4 Manfaat
Mendapatkan wawasan dan informasi tentang cara berkomunikasi pada usia sekolah 7 - 12
tahun dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Anak Pada Usia Sekolah ( 7 - 12 Tahun )


Komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah adalah Komunikasi yang dilakukan
antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
 Tahap ini merupakan masa awal anak - anak yang penuh imajinasi, mereka
mengarahkan energy mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual,
Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan dan bagaimana sesuatu itu bekerja. Usia
sekolah merupakan periode kritis perkembangan konsep diri, terdapat kematangan yang
stabil dalam perkembangan fisik, mental dan sosial, fokus pada perkembangan
kompetensi, keterampilan, kerja sama dan perkembangan moral.
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar. Apa yang dilakukan oleh
anak mencerminkan pikiran anak. Pada usia kedelapan biasanya anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang
spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui. pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek
tertentu sangat tinggi, maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini
akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Anak berusia 5 - 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi
lebih pada apa yang mereka ketahui bila dihadapkan pada masalah baru. Mereka butuh
penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak membutuhkan pengesahan dari tindakan
yang dilakukan. Pada masa ini anak sudah dapat memahami penjelasan sederhana dan
mampu mendemonstrasikannya. Anak perlu diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut
dan keheranan yang dialaminya.
2.2 Sikap Komunikasi Terapeutik
Sikap komunikasi terapeutik merupakan cara berprilaku seseorang selama dalam
komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis, sehingga masalah-masalah
psikologis anak (usia sekolah) dapat teratasi. Dalam praktik keperawatan sikap
komunikasi terapeutik itu terdiri dari :
1. Sikap kesejatian
Merupakan sikap dalam pengiriman pesan pada anak menunjukan tentang gambaran
diri kita sebenarnya, sikap yang dimaksud antara lain menghindari membuka diri yang
terlalu dini sampai dengan anak (usia sekolah) menunjukan kesiapan untuk berespons
positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan yang digunakan untuk menumbuhkan
rasa percaya kita dengan anak dan harus lebih terbuka, sikap menghindari membuka
diri terlalu dini dalam rangka manipulasi, sikap dengan memberikan nasihat atau
mempengaruhi anak untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita dalam
berkomunikasi.
2. Sikap empati
Merupakan bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan
orang tua. Sikap empati ini dapat ditunjukan dengan mendengarkan apa yang
disampaikan oleh komunikan dengan maksud dimengerti, mengatakan pada diri
komunikan bahwa kita ingin mendengar apa darinya, menyampaikan respons empati
seperti keakuratan, kejelasan, kehangatan dan menunjukan empati secara verbal.
3. Sikap hormat
Merupakan bentuk sikap yang menunjukan adanya suatu perhatian, rasa suka dan
menghargai klien. Sikap hormat dalam komunikasi ini dapat ditunjukan dengan
melihat kearah anak saat berkomunikasi, memberikan perhatian yang tidak terbagi
dalam komunikasi, memelihara kontak mata dalam komunikasi, senyum pada saat
yang tepat, bergerak kearah anak saat komunikasi, menentukan sapaan saat
komunikasi, melakukan jabatan tangan atau sentuhan yang lembut dengan ijin
komunikan.
4. Sikap konkret
Merupakan bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan
abstrak pada saat komunikasi dengan anak. Sikap konkret dapat ditunjukan dengan
menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukan pada hal yang nyata, melalui
orang ketiga dalam hal ini adalah orang tua dan dapat menggunakan alat bantu seperti
gambar, mainan dan lain-lain.

2.3 Model-model Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah


1. Shannon-Weaver Model
Dalam model Shannon, komunikasi dipresentasikan sebagai suatu system, dimana
memilih sumber informasi yang diformulasi ke dalam suatu pesan. Pesan kemudian
ditransmisikan dengan signal melalui chanel ke receiver. Penerima/receiver
menginterpretasikan pesan dan mengirimkan ke tujuan . Bentuk unik dari konsep ini
adalah adanya noise/gangguan. Noise adalah faktor-faktor yang mempengaruhi atau
mengganggu transfer pesan dari sumber ke tujuan yang akan dicapai. Dalam model
komunikasi manusia, noise dapat berupa distorsi persepsi misalnya: interpretasi
psikologis, suara yang tidak terdengar.
Salah satu keunggulan dari model ini adalah kesamaan jalur dalam pengiriman
komunikasi yaitu dari sumber ke penerima. Kekurangannya adalah tidak
menunjukkan hubungan transaksi antara sumber dan receiver. Model ini sifatnya
linear yang berarti jalurnya satu arah. Model ini dibatasi oleh omitting komponen
feed back dan tidak secara jelas mengilustrasikan fungsi proses.
2. Leary Model
Dalam komunikasi transaksional dan model multidimensional, menguatkan aspek
interaksional dalam komunikasi. Dimana komunikasi manusia adalah proses dua
orang dimana satu dan lainnya saling dipengaruhi dan mempengaruhi. Leary
mengembangkan teori ini dari hasil pengalamannya sebagai terapis pada pasien
psikoterapi. Tingkah laku Leary berbeda saat menghadapi tiap pasien dan Leary
menemukan bahwa pasien juga terpengaruh tingkah laku Leary. Leary
menyimpulkan bahwa tingkah laku orang merupakan respon dari tingkah laku yang
kita tampilkan, misalnya bila kita bertingkah dominan maka kita kondisikan orang
lain bertingkah submisive. Dalam perspektif Leary, setiap pesan komunikasi dapat
dilihat melalui dua dimensi : Dominan-Submision dan Hate-Love.
Ada dua aturan yang mengatur fungsi dimensi ini dalam interaksi manusia.
 Aturan pertama : Tingkah laku komunikatif dominan atau submisive biasanya
menstimuli tingkah laku sebaliknya pada orang lain, berlaku autokratik (dominan)
biasanya akan menstimuli orang lain untuk berlaku submisive dan sebaliknya.
 Aturan kedua : Tingkah laku membenci/mencintai biasanya akan menstimuli tingkah
laku yang sama dari orang lain, artinya dengan bertingkah laku yang baik pada orang
lain, orang lain akan berlaku baik juga dan sebaliknya.
Leary menyatakan bahwa aturan-aturan ini berlaku secara reflek, respon kita terhadap
perilaku orang lain secara involuntary dan immediate sehingga komunikasi kita
otomatis akan distimulasi oleh reaksi dominan - submisive atau hate-love dari yang
lain.

3. Health communication model


Pada model-model yang terseleksi ini , tidak berfokus pada komponen - komponen
yang ada dalam komunikasi, tetapi pada pencapaian tujuan utama yaitu kesehatan
maksimal, model yang terseleksi ini ada 3 yaitu, : model terapeutik, model keyakinan
kesehatan , dan model interaksi King. Selain tiga model ini sebetulnya masih banyak
model lain yang bisa digunakan dalam pelayanan kesehatan seperti model Orem,
Rogers / roy, namun 3 model ini dipilih karena tiap model menekankan perbedaan
fokus dalam pelayanan kesehatan dan tiap model mempunyai hubungan langsung
dalam komunikasi manusia
1) Model Terapeutik
Model terapeutik menekankan pentingnya peran hubungan dalam membantu
klien dan pasien menempatkan diri dalam situasinya dan berusaha untuk tetap
sehat dan menjauhi sakit. Bila digunakan oleh profesional kesehatan komunikasi
terapeutik dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk membantu individu
mengatasi stress, menghadapi masalah psikologis dan bagaimana berhubungan
dengan orang lain secara efektif.
Meskipun banyak model- model yang dikembangkan untuk mendeskripsikan
teori psikoterapeutik, tidak semua model tersebut cocok dalam interaksi yang
berhubungan dengan kesehatan. Salah satu model yang cocok adalah model
Rogerian,Carl Rogers (1951) yakin bahwa jika seorang terapis berkomunikasi
secara jujur dan mengerti klien , akan membantu klien dalam mengatasi situasi
yang dialami. Model Roger ini berfokus pada klien " client centered" karena
fokus interaksi ada pada klien. Dalam model ini penolong berkomunikasi dengan
empati, positif regard , dan congruence .(Figur 1-7 )
Menurut Roger, empati adalah proses komunikasi untuk mengerti / memahami
perasaan klien. Positif regard adalah proses komunikasi untuk mendukung /
support klien selama perawatan , tidak memvonis / non jugdment dan tidak
mengancam. Sedangkan congruence merupakan pengekspresian perasaan dan
pikiran penolong kepada klien secara jujur.
Dalam lingkungan pelayanan kesehatan , model terapeutik dapat secara langsung
diterapkan dalam komunikasi profesional klien . Model Rogerian
mendeskripsikan bagaimana para profesional kesehatan harus berkomunikasi
dengan klien jika mereka memilih klien sebagai fokus. Dengan adanya empati
,positive regard, dan congruence, klien merasa mengerti dan lebih mampu
mengatasi sakitnya
2) Model Keyakinan Kesehatan
Model keyakinan kesehatan diformulasikan oleh Rosenstock dan koleganya
(1966,1974 ). Pada model ini ditekankan pada persepsi klien. Model ini didesign
untuk menjelaskan tindakan preventif kesehatan individu. Sejak dikembangkan
model ini , dapat diketahui pengaruh teori sosial -psikological dalam usaha
individu mencari kesehatannya dan menghindari sakit.
Model keyakinan kesehatan terdiri dari tiga elemen mayor:
1) Persepsi individual tentang penerimaan tingkat keparahan penyakit.
2) Persepsi individual tentang keuntungan dan hambatan dalam mengambil
tindakan untuk mencegah sakit.
3) Petunjuk -petunjuk yang tersedia untuk individu yang dapat menstimulasi
individu untuk melakukan aktifitas pencegahan. (Becker & Maiman ,
1975)
3) Model Interaksi King
King's (1971,1981) mengembangkan frame work untuk keperawatan yang
menekankan pentingnya proses komunikasi antara ners dan klien .King
menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional
kesehatan (ners) membantu klien untuk mempertahankan kesehatan. King
menunjukkan konseptual frame work yang menekankan interrelation antara
personel , interpersonel,dan sistem sosial dimana sistem interpersonal adalah
penekanan specifik.
Paradigma King mendiskusikan peran sistem interpersonal dalam perawatan
kesehatan. Dalam model ini , selama interaksi antara ners - pasien , secara
simultan membuat judgment tentang keadaan mereka dan satu dengan yang
lainnya berdasarkan persepsi mereka tentang situasi tersebut. Adanya judgment
akan berdampak aksi verbal dan nonverbal yang dapat menstimulasi reaksi ners
dan klien . Pada point ini ,persepsi baru terbentuk dan proses terulang lagi.
Interaksi adalah proses dinamis yang mencakup interplayresi prokal yang
terbentuk antara ners dan klien dimana secara bersama-sama menentukan tujuan
bersama.
Model King ini mempunyai dimensi penting yaitu relationship,proses,dan
trasaksi . Adanya feed back juga mengidentifikasi pentingnya arti berbagi /
sharing antara ners dan klien. Dalam model ini tidak ditunjukkan bagaimana
hubungan interpersonal dipengaruhi oleh faktor - faktor situasional atau
hubungan interpersonal berhubungan dengan perilaku kesehatan klien ; King
menjelaskan issue - issue ini dalam A Theory For Nursing (1981).
4. Model Komunikasi Kesehatan
Model hubungan komunikasi dan kesehatan kami gambarkan " previous section" yang
memberikan fondasi (dasar ) untuk membentuk komunikasi kesehatan . Model pada Figur
1-10 mengilustrasikan komunikasi kesehatan seperti konsep yang kami tunjukkan .
Komunikasi kesehatan memberikan spesifikasi terhadap transaksi antar semua partisipan
dalam perawatan kesehatan tentang issue kesehatan .Fokus utama komunikasi kesehatan
terjadi dalam bermacam - macam hubungan saat terjadi perawatan kesehatan .
Perbedaannya , model komunikasi kesehatan meletakkan sistem yang lebih luas daripada
komunikasi , dan ini menekankan cara dimana serangkaian faktor dapat mempengaruhi
interaksi dalam lingkungan perawatan kesehatan. Model komunikasi kesehatan pada
Figur 1-10 mengilustrasikan 3 faktor mayor dari proses komunikasi kesehatan , yaitu :
relationship, transaksi,dan konteks.
 Dari perspektif sistem , model komunikasi kesehatan menggambarkan 4 type
mayor dari relationship yang exis dalam lingkungan perawatan kesehatan :
profesional- profesional, profesional-klien, profesional-other, klien-other. Aturan
mainnya , bila individu diikutsertakan dalam komunikasi kesehatan , dia terlibat
dalam satu dari 4 type hubungan. Model ini juga mengindikasikan hubungan
interpersonal dapat mempengaruhi type hubungan dalam lingkungan perawatan
kesehatan. Sebagai contoh, bagaimana komunikasi profesional kesehatan dengan
setiap orang dapat berefek pada interaksi profesional kesehatan dengan pasien.
Sama halnya , bagaimana klien bereaksi dengan anggota - anggota dari jaringan
sosialnya akan mempengaruhi interaksi antara klien dengan profesional kesehatan.
Dalam model ini batasan profesional kesehatan adalah digunakan untuk
mengidentifikasi beberapa individu yang berpendidikan, dilatih dan
berpengalaman untuk memberikan pelayanan kesehatan untuk orang lain.
Profesional kesehatan, termasuk didalamnya perawat, administrasi kesehatan ,
pekerja sosial, dokter, buruh kesehatan, ahli terapi okupasi dan fisik,
farmakolog,pendeta, personel kesling, kesehatan jiwa , teknisi , dan spesialis
lainnya . Setiap profesional kesehatan membawa karakteristik unik, kepercayaan,
nilai, dan persepsi terhadap lingkungan perawatan kesehatan ,yang akan
berpengaruh terhadap bagaimana dia berinteraksi dengan klien dan anggota tim
kesehatan . Sebagai contoh,, usia, latarbelakang sosiokultural, dan pengalaman
yang dilalui dari profesional kesehatan akan berpengaruh/ mempengaruhi cara
dalam merespon kepada klien dan mitra kerja.
Klien adalah individu yang diberikan layanan kesehatan . Pada kondisi "acut
setting care" perilaku pasien tidak selalu menunjukkan sebagai pasien. Dalam
lingkungan kesehatan lain, individu yang menerima pelayanan menunjukkan
sebagai klien. Pada model komunikasi kesehatan, batasan klien digunakan untuk
menunjukkan seseorang yang menjadi fokus pelayanan perawatan kesehatan yang
"are being provided" .Batasan meliputi karakteristik khusus, nilai dan kepercayaan
yang dibawa individu ke lingkungan perawatan kesehatan. Sepantasnya
karakteristik personel sebagai profesional kesehatan mempengaruhi interaksinya.
Karakteristik unik dari klien mempengaruhi interaksi klien dengan yang lainnya.
Jaringan sosial klien termasuk set ke-tiga dari sifat individu yang berpartisipasi
dalam komunikasi kesehatan . Client's significant others telah ditemukan sebagai
hal yang paling essensial dalam mendorong klien seperti yang mereka sampaikan
untuk menjaga kesehatan
 Transaksi
Transaksi adalah elemen mayor ke-dua dalam model komunikasi kesehatan.
Transaksi merupakan suatu interaksi antara partisipan yang terlibat.Transaksi ini
melibatkan individu tentang informasi yang mencakup verbal dan non verbal.
Transaksi kesehatan merupakan bentuk kesepakatan bagaimana klien itu mencari dan
mempertahankan kesehatannya sepanjang hidup.
Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan ,dinamis dan
bukan suatu yang statis, dimana terdapat feed back yang continue yang partisipan
mampu untuk menempatkan diri dalam berkomunikasi.
 Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu setting/tempat
dimana proses terjadi yang punya pengaruh besar dalam komunikasi antara health
professional - client - anggota keluarga dan orang lain yang terlibat dalam konteks.
Salah satu unsur konteks adalah tempat dimana perawatan kesehatan dilaksanakan,
seperti : rumah sakit, klinik, ruang rawat jalan, atau ruang intensive yang
mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur yang lain adalah jumlah
partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan perawatan ) misalnya dalam
bentuk group kecil atau interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah
partisipan yang ada mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya.
Dari berbagai macam model komunikasi, yang sesuai untuk diterapkan pada klien
anak usia sekolah adalah model komunikasi kesehatan (Health Communication
Model) karena pada model ini penekanan pada proses relationship terdapat empat
tipe relationship yang ada, yaitu hubungan antara: professional-professional,
profesional-client, professional-significant others, dan client-significant others.
Sesuai dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak dapat mengetahui
konsep baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat berpikir tentang hal-hal yang
abstrak sehingga untuk mencapai proses perawatan diperlukan significant othes /
keluarga / teman untuk membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal
abstrak yang dirasakan oleh klien.
Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar untuk dilibatkan dalam
aktifitas dan berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, mulai belajar aturan-aturan
baru melalui proses belajar dan berhubungan dengan orang lain sehingga mendukung
profesional kesehatan untuk melakukan tindakan – tindakan keperawatan pada klien.
Konteks adalah tempat/situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan :
tempat/ruang, jenis pelayanan, dan jumlah personel, hal ini berkaitan dengan peran
significant others (keluarga, teman dll.) dan profesional kesehatan untuk menyiapkan
lingkungan yang terapeutik bagi kesembuhan klien. Hal ini berkaitan dengan proses
tumbang yang diungkapkan oleh Erickson yakni anak sudah mulai berpikir logis dan
terarah, dapat memilih, menggolongkan, mengorganisasikan fakta, disamping itu
mampu berpikir dari sudut pandang orang lain sedangkan jumlah partisipan yang
terlibat dalam komunikasi (group kecil / interaksi antar individu) akan membantu
klien untuk mengekspresikan tentang perasaan.
Transaksi, kesepakatan interaksi antar partisipan didalam proses komunikasi meliputi
verbal, nonverbal yang terjadi secara kontinyu, ini menunjukkan bahwa komunikasi
tidak hanya bersifat satu arah dan terdapat umpan balik, ini terkait dengan teori
Erickson dimana anak siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas.
Seorang perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah
tentu mengalami banyak hambatan. Hambatan tersebut bisa dipengaruhi dari
beberapa faktor, diantaranya adalah:
1) Faktor yang bersifat teknis, yaitu kurangnya penguasaan teknik berkomunikasi.
Teknik komunikasi mencakup unsur-unsur yang ada dalam komunikator dalam
mengungkapkan pesan, menyandi lambang-lambang, kejelian dalam memilih
saluran, dan metode penyampaian pesan.
2) Faktor yang sifatnya perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikasi yang bersifat:
a. Pandangan bersifat apriori
b. Prasangka yang didasarkan atas emosi
c. Suasanayangotoriter
d. Ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah
e. Sifat yang egosentris
3) Faktor yang bersifat situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi, misalnya: situasi ekonomi, sosial,
politik, dan keamanan.
   Komunikasi yang efektif dapat tercapai bila kita mengetahui dan memahami
tekhnik komunikasi pada anak sesuai tahapan tumbuh kembang anak.
Komunikasi pada anak usia sekolah (7-12 tahun) gunakan kata sederhana yang
spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang
tidak diketahui, jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu
yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam, sebab ini akan
membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah, dengan
demikian perawat dapat membina hubungan saling percaya pada anak dan anak dapat
mengekspresikan perasaannya. Komunikasi teraputik mempunyaitujuan, prinsip, sikap,
teknik-teknik/model dan hambatan yang perlu diketahui dan disadari sehingga
memudahkan dalam penerapan. Dari model konsep komunikasi yang ada adalah model
komunikasi kesehatan yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan pasien anak usia
sekolah.
4.2 Saran
Untuk mencapai komunikasi yang efektif hendaknya kita mengetahui tehnik
maupaun model komunikasi pada anak dan memahami psikologis sesuai tahapan tumbuh
kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA

http://rikajulyners.blogspot.com/2010/12/komunikasi-terapeutik-pada-anak-usia.html
http://dessycariya14.blogspot.com/2013/06/keperawatan-anakkomunikasi-pada-usia.html

Anda mungkin juga menyukai