Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh :
Prof. Frans Umbu Datta
2. Perilaku Sapi
Sapi merupakan hewan besar yang dapat bergerak cepat dan agresif, terlebih jika
dianiaya dan diprovokasi. Ternak yang stres dan gelisah menjadi risiko bagi petugas
ternak dan diri mereka sendiri.
Sapi adalah hewan penggembala dan telah berevolusi sebagai 'mangsa'. Saat
terancam, reaksi pertama mereka adalah berdiri dan menilai situasi. Jika ketakutan,
naluri alami hewan itu adalah melarikan diri. Tatanan sosial dalam gerombolan sapi
biasanya terbentuk pada usia sekitar dua tahun. Ketika gerombolan massa bercampur
dalam pekarangan atau saat diangkut, tatanan sosial gerombolan harus dibangun
kembali. Sapi bisa menjadi agresif sampai orde baru dalam gerombolan itu terbentuk.
Hal ini dapat menghambat pergerakan efektif ternak.
Sapi jantan tidak bisa dikendalikan saat bertarung. Mereka menjadi sangat tidak
terduga dan akan lepas secara tiba-tiba. Pengurus ternak harus berhati-hati agar tidak
terjadi cedera. Sapi dengan anak sapi muda bisa sangat protektif, jadi penanganannya
di hadapan induknya bisa berbahaya. Sapi tidak suka dikhususkan di kandang atau di
pekarangan. Mereka bisa menjadi sangat gelisah dan tidak dapat diprediksi.
3.2 Tekanan
Untuk memindahkan sapi dengan menggunakan teknik alami, pawang ternak
harus pindah ke zona tekanan hewan tetapi berhenti sebelum flight zone. Melangkah
di luar zona tekanan ke flight zone akan menyebabkan reaksi tak terduga karena akan
meningkatkan stres hewan dan menghasilkan flight response - lihat Gambar 7.
Setelah diberikan tekanan dan sapi merespons tekanan, sapi harus diberi
'penghargaan' dengan melepaskan tekanan. Tekanan terus menerus tidak dapat
ditoleransi oleh ternak dan ini akan menyebabkan mereka merespon dengan berbaring,
melepaskan diri dari kawanan atau melawan pawang ternak. Peternak melepaskan
tekanan dengan keluar dari zona tekanan atau membiarkan hewan menjauh - lihat
Gambar 8.
Dengan mengajari sapi cara berlindung dari tekanan dan memberi mereka
kebebasan untuk mengurangi tekanan dengan pelepasan tekanan, ternak akan
merespon lebih baik terhadap pawang ternak lainnya termasuk yang tidak
menggunakan teknik penanganan alami.
Bergerak dalam kurva juga dapat memberikan tekanan yang tidak merata di
seluruh gerombolan, yang menyebabkan ternak bereaksi buruk seperti dijelaskan di
atas.
Pendekatan zig-zag adalah metode yang lebih disukai, dengan jalur pertama
ditujukan agar pawang ternak akan melewati sapi jika dilanjutkan pada jalur tersebut -
lihat Gambar 10. Penggunaan zig-zag untuk memindahkan ternak dapat digunakan
oleh petugas ternak dengan berjalan kaki, sepeda motor, kuda, kendaraan dan pesawat
terbang.
3.4 Teknik T terbalik
Untuk menggerakkan sapi ke arah tujuan, seperti pintu gerbang atau titik air,
petugas ternak harus melatih ternak menggunakan pendekatan T terbalik. Garis
horizontal di 'T' mewakili garis di mana pawang ternak dapat bergerak untuk
memberikan tekanan pada gerombolan, sedangkan garis vertikal mencapai langsung
ke gawang - lihat Gambar 11.
Peternak harus menghindari garis melengkung atau mengait pada garis horizontal
tempat mereka bekerja karena hal ini meniru perilaku predator dan akan
menyebabkan ternak merespon dengan buruk - lihat Gambar 12.
garis horizontal dari teknik ini tidak perlu sempurna 90 derajat terhadap garis vertikal,
bukan zig zag tindakan yang akan digunakan oleh ternak handler - lihat Gambar 13 .
teknik T terbalik dapat digunakan oleh petugas ternak dengan berjalan kaki, sepeda
motor, kuda, kendaraan dan pesawat terbang. Namun perlu diperhatikan saat tidak
berjalan kaki, petugas ternak harus sangat berhati-hati untuk tidak mengait tepi T.
Teknik ini cocok untuk mengumpulkan di padang, jalan setapak dan pekarangan yang
luas.
Linknya: :
https://www.safeworkaustralia.gov.au/system/files/documents/1702/general-guide-
cattle-handling.pdf