Anda di halaman 1dari 9

TUGAS BUDAYA LAHAN KERING KEPULAUAN DAN PARIWISATA

SISTEM KOMUNIKASI DAN MATA PENCAHARIAN


KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

KELOMPOK 3

MARIA MAGDALENA JULIANA FLOREDA DAI 1909010025


KOLETA TRESI ROSARI 1909010026
SHERLINA VICTORIA SERAN 1909010028
KLARA KAPITAN 1909010039
JUENNA LING C. N. KROWIN 1909010048
DHINO CHRISTOPEL DJARI 1909010054

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang

Sistem komunkasi merupakan sekelompok orang atau pedoman dan media yang melakukan
suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol dan lambang menjadi
pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu
sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Komunikasi merupakan
kebutuhan hidup manusia yang sangat penting

Komunikasi telah berlangsung sejak zaman prasejarah. Pada awalnya, manusia purba saat itu
berkomunikasi dengan menggunakan apa yang ada pada dirinya yaitu anggota tubuh. Namun,
seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai menggunakan simbol-simbol atau gambar
untuk berkomunikasi. Saat ini, komunikasi telah berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan
teknologi membuat proses komunikasi menjadi semakin mudah dan menarik.

Mata pencaharian merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi)
dengan cara bekerja. Mata pencaharian masyarakat berbeda satu sama lain. Perbedaan itu dapat
disebabkan oleh keadaan geografis, sosial, maupun corak budaya masyarakat setempat
disamping kemampuan yang dimiliki. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap corak
mata pencaharian suatu masyarakat. Selain faktor geografis, mata pencaharian juga dipengaruhi
oleh faktor budaya suatu masyarakat. Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Kabupaten
Timor Tengah Selatan adalah petani, pekebun, peternak, perikanan dan industri.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana perbandingan sistem komunikasi yang berhubungan dengan Dinas Peternakan
20 tahun yang lalu dan sekarang?
 Apa saja wabah penyakit yang terjadi pada ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan?
 Bagaimana mata pencaharian di Kabupaten Timor Tengah Selatan?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui perbandingan sistem komunikasi yang berhubungan dengan Dinas


Peternakan 20 tahun yang lalu dan sekarang.
 Untuk mengetahui wabah penyakit pada ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan
 Untuk mengetahui mata pencaharian di Kabupaten Timor Tengah Selatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SISTEM KOMUNIKASI KABUPATEN TTS

Dinas Peternakan TTS 2002 Dinas Peternakan TTS 2022


Sistem Komunikasi yang dilakukan oleh Sistem Komunikasi yang dilakukan Dinas
Dinas Peternakan TTS tahun 2002 hanya
Peternakan TTS tahun 2022 sudah mampu
mampu menyampaikan pesan pada jarak
yang tidak terlalu jauh dan membutuhkan menyampaikan pesan jarak jauh dengan
waktu lama dalam penyebaran informasi
waktu yang cepat dibantu perkembangan alat
terkait wabah penyakit hewan contohnya
menggunakan surat kabar teknologi sehingga penyebaran informasi
sosialisasi/penyuluhan secara langsung
terkait wabah penyakit hewan lebih mudah
bersama masyarakat
contohnya menggunkan media sosial:
website dari Dinas, Facebook dan beberapa
bentuk media lainnya.

2.2 PENYAKIT YANG MENYERANG TERNAK DI KABUPATEN TTS

1. Septicemia Epizootica

Penyakit Septicemia epizootica (SE) atau ngorok adalah suatu penyakit infeksi akut atau
menahun pada sapi dan kerbau yang terjadi secara septikemik. Sesuai dengan namanya, pada
kerbau dalam stadium terminal akan menunjukkan gejala ngorok (mendengkur), disamping
adanya kebengkakan busung pada daerah-daerah submandibula dan leher bagian bawah.
Penyakit ngorok atau Septicemia epizootica disebabkan oleh Pasteurrella multocida serotype
6B dan 6E menurut klasifikasi Namioka dan Mirata. Type B dikenal sebagai type I pada
klasifikasi Carter dan biasanya diisolasi di Asia, sedang type E biasanya terisolasi di Afrika.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Selatan, drh. Dianar A. S. Ati
mengatakan bahwa SE merupakan penyakit tahunan terkhusus pada saat pergantian musim
selalu mengganggu kesehatan ternak sapi. Oleh karena itu vaksinasi selalu dilakukan setiap
tahun. Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki petugas lapangan yang memfasilitasi
pemberian vaksin bagi ternak milik masyarakat, di setiap kecamatan terdapat tenaga
lapangan lepas dan tenaga harian lepas, serta di setiap desa terdapat. Pembantu Petugas
Peternakan Mandiri (P3M) yang merupakan sebagaian masyarakat yang sudah terlatih untuk
membatu petugas peternakan.

 Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan streptomisin, terramisin dan aureumisin


secara IM.

 Pencegahan

Untuk daerah bebas SE tindakan pencegahan didasarkan pada aturan yang ketat terhadap
pemasukan hewan ke daerah tersebut. Untuk daerah tertular, hewan seht divaksin dengan
vaksin oil-adjuvant sedikitnya setahun sekali. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak adanya
kejadian penyalit.

Pada hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu perlakuan sebagai berikut :

(1) Penyuntikan antiserum


(2) Penyuntikan antibiotika
(3) Penyuntikan kemoterapeutika

2. Anthraks

3. Brucellosis

Spesies Brucella merupakan penyebab penyakit Brucellosis, yang merupakan


pathogen bakteri gram negatif fakultatif intraseluler spesies vertebrata termasuk manusia.
Bakteri ini bersifat gram negatif, kecil, aerob, berbentuk cocobacilli, non motil, dan tidak
menghasilkan spora (Mugabi, 2012).

Menurut Novita (2016) Indonesia belum bebas Brucellosis, terutama daerah yang
mayoritas beternak sapi perah seperti di TTS. Sebagian besarnya belum melakukan
pemusnahan terhadap sapi perah yang terbukti positif Brucellosis, sehingga sapi penderita
bersifat carrier seumur hidupnya di lokasi tersebut (Kurnianto et al., 2020).

 Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan terhadap tindakan sanitasi dan tata
laksana (Pudjiatmoko et al., 2014):
a. Factor sanitasi merupakan unsur penting dalam program pencegahan brucellosis.
Tindakan brucellosis sebagai berikut :
- Sisa-sisa abortus yang bersifat infeksius disuci hamakan dengan membakar fetus
dan plasenta dan vagina yang mengeluarkan cairan harus diirigasi
(disinfektasn/antibiotic) selama 1 minggu, disinfektan yang dapat dipakai yaitu
fenol, kresol, ammonium kuartener, biocid, dan lisol.
- Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami keluron.
Apabila pejantan mengawini vetina tersebut, maka penis dan preputium
disucihamakan, anak yang lahir dari induk penderita brucellosis sebaiknya
diberikan susu dari ternak lain yang sehat. Kandang ternak penderita dan
peralatannya harus disucihamakan serta ternak pengganti jangan segera
dimasukkan.
b. Ternak pengganti yang tidak mempunyai sertifikat “bebas brucellosis” dapat
dimasukkan apabila setelah dua kali uji serologis dengan waktu 30 hari
memberikan hasil negative.
c. Pengawasan lalu lintas ternak harus dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit ke daerah lain yang lebih luas.
 Pengendalian dan Pemberantasan
Untuk melaksanakan pengendalian dan pemberantasan brucellosis tindakan
administrasi yang dijalankan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan adalah (Pudjiatmoko et al., 2014) :
a. Mengadakan klasifikasi kelompok ternak
b. Melaporkan hasil pemeriksaan dan pemberantasan brucellosis
c. Pemberian sertifikat bebas brucellosis
d. Pemberian tanda pengenal bagi ternak yang divaksinasi dan reactor

4.
5.

2.3 SISTEM MATA PENCAHARIAN

A. Petani

Sistem mata pencaharian masyarakat TTS pada zaman dahulu sangat bersifat tradisional
yang mana Suku Dawan di Timor Tengah Selatan pada umumnya mempunyai calendar of ivent
(jadwal peristiwa) tahunan yang dijadikan acuan dalam sistem pertanian masyarakat TTS
umumnya yang sampai saat ini masih digunakan serta berkaitan erat dengan mata pencaharian.
Kalender hidup ini nampaknya sangat dikenal kaum wanitanya. Kalender ini disesuaikan dengan
keadaan musim dan iklim setempat.

Bulan Januari adalah masa menyiangi kebun. Bulan Agustus (bulan sedap) adalah bulan
pembukaan kerja kebun baru. Pembukaan kerja kebun baru harus mendapat ijin Tobe, melalui
upacara pemotongan hewan korban. Bulan September yaitu melanjutkan pekerjaan yang belum
selesai pada bulan Agustus. Bulan Oktober masyarakat mulai memetik padi yang terletak di tepi
kali besar, sedangkan petani di ladang siap menanam padi, kaum wanita membuat periuk tanah,
menganyam dan memasak garam di pantai utara. Bulan November disebut Fun Senat, waktu
menanam padi. Sebelum menanam, sawah direncah oleh sapi. Setelah itu dilakukan upacara adat
sembelih hewan oleh tuan kebun. Dalam pendinginan kebun baru atau Sifo Nofu. Bulan Februari
yang merupakan bulan tersibuk dan bulan penuh harapan. Karena disaat tanaman mulai
berbunga, mulai mengeluarkan bulir di ladang atau di sawah, petani bergembira ria. Disaat ini
orang beristirahat dan mengenang aneka dongeng sekitar asal usul padi, jagung dengan kata-kata
penghormatan terhadap tanaman. Masa mendengarkan dongeng itu disebut Nuun atau Nuan.
Dibawakan oleh nenek atau kakek kepada anak-anak cucunya. Bulan maret jagung muda sudah
dapat dipetik. Musim ini disebut Fun Mile atau bulan penuh kegembiraan, bulan muda mudi.
Mereka berdandan dan menyanyi pada malam hari dan merupakan waktu yang tepat bagi
pemuda membuat tattoo pada betisnya yaitu mencocok duri yang dicelup dalam air tarum
bercampur arang dengan lukisan binatang atau kembang. Disamping itu diadakan upacara jagung
muda. Setiap suku membawa satu ikat jagung ke rumah adat dan seikat lagi ke kuburan.
Sementara jagung muda direbus di rumah adat, para tua adat mengusap alat pertanian dan
peralatan tenun. Setelah itu ada upacara panen padi. Sebelum menunai, petani masuk ketengah
dua rumpun padi yang diikat bersilang (sinuan) sambil berdoa, setelah itu panen dilakukan,
hasilnya dibawah ke pondok untuk diinjak (dipisahkan untuk mendapat gabah).Waktu panen ada
pantangan bicara, bersiul dan berteriak. Bulan April merupakan waktu bagi petani mengikat
panen jagung kering. Bulan Mei adalah musim tanam sawah di tepi kali besar. Bulan Juni
melanjutkan pekerjaan. Bulan Juli merupakan masa membuat pesta (Kawin, mendirikan rumah
baru, dan kenduri). Masyarakat setempat sangat taat dan patut pada kalender peristiwa ini.

Secara tradisional pada zaman dahulu yang diwariskan secara turun-temurun, masyarakat
TTS melakukan pembagian kerja secara seksual. Kaum lelaki pada umumnya menyediakan
lahan, sedangkan wanita menanam dan memungut hasilnya. Tugas dan fungsi dalam bidang
pertanian adalah wanita menyediakan bibit, menanami lahan dan memungut hasil, meskipun
demikian kaum wanitalah yang secara tradisional diakui sebagai pengambil keputusan dalam hal
menentukan pilahan benih tanaman pangan, menanam dan memetik pertama secara simbolis.

Seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah melakukan kerjasama atau kolaborasi


dengan masyarakat dalam bidang pertanian guna untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat itu
sendiri. Di tingkat kabupaten TTS, pemerintah melakukan Survei Pertanian (SP) yang
diselenggarakan oleh BPS bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten TTS. Data pokok
yang dikumpulkan adalah luas panen dan produktivitas (produksi per hektar). Produksi tanaman
pertanian merupakan hasil perkalian antara luas panen dengan produktivitas. Tanaman pertanian
mencakup data tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan. Luas panen terbesar di Kabupaten
di tahun 2020 untuk Kabupaten TTS adalah komoditas kacang merah sebesar 340 hektar.
Adapun produksi terbesarnya pada komoditas labu siam yaitu 26.050 kwintal.

Saat ini pemerintah menyampaikan berbagai rencana kegiatan baik yang bersumber dari
APBD I maupun APBD II, antara lain 1) peningkatan produksi pangan (padi, jagung, sorgum,
kacang tanah, kacang hijau, porang), 2) peningkatan produksi hortikultura (bawang merah dan
bawang putih), 3) peningkatan produksi perkebunan (Kopi dan Jambu Mente). Selain dari
program peningkatan produksi pertanian juga didiskusikan tentang perhatian pemerintah
pengolahan hasil asam rakyat, juga tetap diperlukannya kerjasama dengan BPTP NTT dalam
semua program peningkatan produksi dan produksi pertanian di kabupaten TTS.
B. Peternak

Sistem mata pencaharian masyarakat TTS di bidang peternakan pada zaman dahulupun
sangat tradisionalisme, yang mana masyarakt TTS menerapkan pembagian kerja berdasarkan
jenis kelamin yaitu dibidang peternakan, tugas lelaki ialah mengembalakan ternak, sedangkan
wanita mengurus binatang peliharaan di rumah, misalnya ayam dan babi. Pola pemeliharaan
ternak umumnya pola pemeliharaan ekstensif untuk hewan besar, paron untuk jenis sapi yang
biasanya dipelihara disamping rumah. Untuk mencegah kemungkinan hilang atau kecurian
ternak (sapi, kerbau) maka secara tradisional semua sapi atau kerbau diberi cap atau tanda
pengenal yang disebut malak. Malak tersebut menunjukan suku atau warga klen tertentu juga
mempunyai ternak juga untuk semua warga tertentu. Bagi masyarakat umum lambang itu
merupakan symbol yang merubah satuan pesan dalam bentuk-bentuk yang disepakati dan
dimengerti oleh masyarakat umum juga.

Kabupaten Timor Tengah Selatan dikenal sebagai salah satu Kabupaten penghasil ternak di
propinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya ternak sapi. Jenis ternak besar di Kabupaten Timor
Tengah Selatan terdiri dari sapi, kuda, kerbau dan Kambing. Sub sektor peternakan merupakan
penyumbang protein hewani untuk kebutuhan masyarakat lokal maupun untuk kebutuhan
masyarakat di luar Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sektor peternakan, program pembangunan sektor peternakan pada daerah TTS diarahkan untuk
peningkatan dan perlindungan populasi ternak dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi
ternak, populasi ternak serta menciptakan lapangan kerja. Telah dilaksanakan beberapa kegiatan
untuk mencapai tujuan dimaksud, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular ternak,
pengembangan teknologi peternakan dan pendampingan dan penyuluhan.

Populasi ternak sapi di Kabupaten Timor Tengah Selatan tersebar hampir merata di seluruh
Kecamatan. Jumlah Populasi pada tahun 2013 sebanyak 185.021 ekor dengan jumlah populasi
tertinggi di Kecamatan Amanuban Selatan sebanyak 14.659 ekor kemudian di Kecamatan Mollo
Utara sebanyak 10.658 ekor, Kecamatan Kuatnana sebanyak 10.037 ekor dan diikuti oleh
kecamatan lainnya. Selain ternak sapi, di Kabupaten Timor Tengah Selatan juga terdapat
beberapa jenis ternak lainnya yang memiliki potensi yaitu kuda, kerbau, kambing dan babi serta
ternak kecil /unggas berupa ayam buras/ ayam kampung dan itik.

Berbagai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pemerintah guna mensejahterahkan bidang


peternakan di kabupaten TTS saat ini yakni 1) peningkatan produksi Ternak (Sapi, Kerbau,
Kuda, Kambing, Babi, dan ayam), 2) peningkatan kualitas ternak melalui vaksinasi dan sanitasi.
Selain dari program peningkatan produksi Ternak juga didiskusikan tentang perhatian
pemerintah pada peraturan pemerintah provinsi tentang kuota pengiriman sapi (antar pulau), juga
tetap diperlukannya kerjasama dengan BPTP NTT dalam semua program peningkatan produksi
dan produksi peternakan di kabupaten TTS.

C. Perikanan
D. Industri

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai