1.1 Latar belakan
1.4 Metode penelitian
Adapun metode penelitian yang dipakai penulis yaitu dengan mengadakan studi pustaka
dengan cara membaca dan mengumpulkan sumber-sumber lain dari internet . Dan metode
observasi, Cara ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan terjun langsung ke
lokasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Kubu Soekarnois
Kubu ini sangat setia dengan Presiden Soekarno, walaupun mereka sebetulnya
kurang sepakat dengan ideologi Nasakom yang digagas oleh Soekarno. Salah satu
figur utama dalam kubu ini adalah Letnan Jendral Ahmad Yani (Kepala Staf
Angkatan Darat/KSAD). A.Yani dikenal sebagai pendamai ulung dalam setiap
gerakan separatis yang mengancam kesatuan RI. Jadi, kalo mau mendamaikan
konflik apa-apa, Soekarno gak usah pusing, langsung aja turunin A.Yani ke
lapangan. Pemberontakan selesai, minim korban dan konflik! Selain A.Yani,
kebanyakan kubu Sokarnois dipenuhi oleh para perwira muda.
2. Kubu “Kanan”
Kubu ini sangat khawatir terhadap sikap politik Soekarno yang seringkali
menganggap TNI sebelah mata, sehingga sering juga deh tuh Jendral-jendral dari
kubu ini protes ke Soekarno. Perwira tertinggi dari kubu ini yang terkenal
adalah Jendral Sudirman, Jendral Tahi Bonar Simatupang, dan Jendral Abdul Harris
Nasution.
Pada masa itu (1962 – 1966), TNI cukup sibuk dengan adanya 2 konflik militer yaitu
upaya untuk merebut Irian Barat (1963) dan juga Konfrontasi dengan
Malaysia (1962-1966). Di tengah-tengah 2 operasi militer tersebut, TNI merasa
terganggu dengan gagasan dari PKI untuk membentuk Gerakan yang
bernama Angkatan Kelima. Angkatan Kelima ini intinya adalah gerakan untuk
mempersenjatai sipil terutama kaum buruh dan petani, agar bisa membantu
Indonesia dalam konfrontasi militer dengan Malaysia, dengan alasan bahwa jumlah
petani dan buruh sangat banyak. Dengan adanya usulan ini, pihak militer menanam
kecurigaan bahwa gerakan Angkatan Kelima ini adalah upaya PKI untuk
memobilisasi buruh dan petani (yang merupakan simpatisan PKI) untuk melakukan
kudeta dan merebut kekuasaan.
Nah, memanasnya hubungan PKI – TNI ini lah yang jadi sumber konflik baru dalam
internal TNI sendiri. Kubu Soekarnois menganggap bahwa apapun yang menjadi
keputusan Soekarno, sebagai Panglima Tertinggi TNI dan Pemimpin Besar Revolusi
waktu itu, harus dipatuhi. Jadi, walaupun sebetulnya mereka khawatir sama
perkembangan pesat yang diraih PKI, tetap harus dukung rencana Soekarno terkait
ajaran Nasakom. Di sisi lain, kubu Kanan menganggap bahwa PKI adalah ancaman
buat TNI dan rakyat Indonesia sehingga harus diredam perkembangannya.
Nah, inilah yang jadi awal perpecahan yang berujung ke peristiwa G30S, yang
menurut para pendukung hipotesis ini, peristiwa penculikan dan pembunuhan
keenam Jendral merupakan gerakan murni yang dilakukan oleh TNI. Ada tiga bukti
yang selalu dijadikan alasan kuat oleh para pendukung hipotesis ini. Pertama
adalah hasil penelitian Benedict Anderson yang dikenal dengan Cornell
Paper. Kedua adalah pembelaan diri dari Kolonel Latief (salah satu terdakwa
G30S/PKI), dan ketiga adalah hasil otopsi terhadap para jendral yang jadi korban
G30S.
.
2. Isu Dokumen Gilchrist
Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew Gilchrist.
Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal.Dokumen ini oleh beberapa
pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia,
dokumen ini menyebutkan adanya “Teman Tentara Lokal Kita” yang mengesankan bahwa
perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat
juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI kepada tentara untuk “ditindaklanjuti”.
3. Isu Keterlibatan Soeharto
Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (Panglima
Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi pasukan.
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando
Operasi Tertinggi)
Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang
Logistik)
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan
Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari
upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan
beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu
diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan
bangsa indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo sebagai mana yang dikutip oleh Mochtar
Pabotinggi dalam artikelnya berjudul Pancasila Sebagai Modal Rasionalitas Politik, menengarai
bahwa benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhipoenan Indonesia yanga
sangat menekankan rasa solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar
segenap suku bangsa besatu teguh menghadapi penjajah. Kemudian disusul lahirnya Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928 merupakan momen perumusan awal bagi bangsa indonesia.
BAB IV
SIMPULAN
4.1 SIMPULAN
Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak jelas
kepastiannya, dalam peristiwa ini 6 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai pembunuhnya.
Kronologinya akan dibahas pada poin-poin di bawah.
Menurut isu beredar, ada kabar bahwa para jenderal tidak puas dengan pemerintahan
Soekarno, kabar ini disebut Isu Dewan Jenderal, menurut isu beredar, kemudian digerakan
pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili mereka, namun dalam proses
penangkapan, secara tak terduga mereka terbunuh pada tanggal 30 September 1965.
Masih berdasarkan isu, setelah ke enam jenderal terbunuh, tersebarlah tuduhan bahwa PKI
yang membunuh para jenderal tersebut.Menurut isu, untuk menyikapi tuduhan atas PKI tersebut,
diberantaslah PKI yang dianggap ingin mengudeta pemerintahan.Banyak anggota-anggota PKI
yang terbunuh, juga banyak orang-orang kita yang terbunuh oleh PKI, semua itu terjadi pasca
terbunuhnya jenderal pada 30 September 1965.
Sampai akhirnya, lima bulan setelah itu, keluarlah Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah
sebelas Maret.Semua pihak, terutama Soekarno berharap semoga aksi bunuh membunuh pasca
kejadian 30 September 1965, itu segera selesai.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan
30 September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.Isu mengenai peristiwa G 30 S PKI, dari mulai tuduhan-tuduhan kudeta
sampai kematian para jenderal tidak begitu jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. C.T.R.Kansil,SH. 1992. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta :Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/
http://soeharto.co/mengungkap-fakta-g-30-spki
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-peristiwa-g30s-pki.html
http://integralkuadrat.blogspot.com/2011/04/sejarah-dan-kronologis-peristiwa-g-30.html