Anda di halaman 1dari 1

TRANSPLANTASI ORGAN

adalah transplantasi atau cangkok atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke
tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini
ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain
yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup maupun
telah maupun telah meninggal.

Organ-organ yang dapat ditransplantasikan adalah jantung, transplantasi ginjal, hati, paru-paru,
pankreas, organ pencernaan, dan kelenjar timus, juga jaringan, termasuk cangkok tulang, tendon (2
hal ini biasa disebut cangkok mukuloskeletal), cangkok kornea, cangkok kulit, penanaman Katup
jantung buatan, saraf dan pembuluh darah. Di dunia, cangkok ginjal adalah yang terbanyak di antara
cangkok organ, diikuti oleh hati dan jantung. Jaringan yang paling banyak ditransplantasikan adalah
cangkok kornea dan mukuloskeletal; jumlahnya 10x lebih banyak dari transplantasi organ.

A. Aturan hukum
Sejauh ini aturan aturan hukum yang ada di Indonesia masih berkaitan dengan transplantasi
dalam ke adaan biasa, sedangkan pada keadaan husus ( seperti donor terpidana mati) belum
lagi di rumuskan. Disamping itu, aturan aturan hukum sangat menitik beratkan pada donor
dan resepien, tidak atau sedikit sekali berkaitan dengan dokter yang melakukan
transplantasi. Dengan kata lain, sebenarnya tanggung jawab hukum dokter dalam
transplantasi yang biasa adalah minimal dan itu berarti “ risiko “ hukum nya justru paling
kecil.
Aturan hukum untuk transplantasi organ tubuh secara tersurat terdapat dalam undang
undang nomor 23 / 1992 tentang kesehatan, yakni pasal 33 dan 34, dan peraturan
pemerintah (PP) nomor 18/1981. Namun, karena transplantasi berkaitan dengan perbuatan
yang membuat sakit atau cedera (pada donor atau resepien) dan berhubung pula dengan
masalah perikatan atau lerjanjian, maka pasal pasal KUHP dan KUHAP perdata tetap dapat di
berlakukan.
Aturan hukum yang berlaku bagi dokter yang melakukan transplantasi adalah tetap yang
berlaku umum bagi dokter, yakni dua unsur pokok, standar profesi medik dan impormedcon
center untuk donor maupun resepien. Kepada donor harus di jelaskan tentang
konsekuensinya bila seseorang tidak lagi memiliki organ yang di donorkan (misalnya ginjal).
Perlu di tekankan, bahwa dokter sama sekali tidak boleh terlambat dalam urusan perikatan
atau perjanjian antara donor dan resepien.
B. Agama
Dalam agama Islam tidak di perbolehkan untuk mendonorkan

Anda mungkin juga menyukai