Anda di halaman 1dari 4

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUIKEGIATAN

MOZAIK PADA ANAK USIA DINI

Luluk Maknun
Sri Widayati
PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Jalan Teratai 4 Surabaya 60136.(Lulukmaknun332@gmail.com).(widapgpaudunesa@gmail.com)

Abstract : This study uses a class action research. This study was to determine the increase in the
fine motor skills of children through activities mosaic.Subjects were children in group B RA Al
Burhan. The results showed an increase in the fine motor skills of 22% based on the evaluation of
the results of the first cycle and cycle II .

Keywords: fine motoric skills, mosaicactivities, early children

Abstrak: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halusanak melaluikegiatan mozaik. Subjek
penelitian adalah anak kelompok BRA Al Burhan. Hasil penelitian menujukkan adanya
peningkatan kemampuan motorik halus 22% berdasarkan evaluasi hasil dari siklus I dan siklus II.

Kata kunci : Motorik halus,kegiatan mozaik, Anak usia dini.

Pendidikan TK memberi kesempatan anak yang mampu melakukan kegiatan mozaik


sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri dan 70% atau 10 anak belum
berekspresi dengan berbagai cara dan media mampu melakukan kegiatan mozaik secara
kreatif (alat untuk berkreasi) seperti kegiatan- mandiri. Setelah melakukan refleksi awal
kegiatan dengan berbagai kertas, pensil warna, dengan sesama guru kelompok B disepakati
krayon, tanah liat, bahan alam, dan bahan- sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan
bahan bahan lainnya. Salah satu aspek yang motorik halus melalui kegiatan mozaik.
perlu dikembangkan pada anak usia dini adalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka
motorik halus. Setiap anak mampu mencapai permasalahan dalam penelitian ini dapat
tahap perkembangan motorik halus yang dirumuskan sebagai berikut : apakah kegiatan
optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di mozaik dapat meningkatkan kemampuan
setiap fase, anak membutuhkan rangsangan motorik halus di kelompok B RA Al-Burhan
untuk mengembangkan kemampuan mental dan Jombang ?
motorik halusnya. Lingkungan mempunyai Tujuan penelitian ini adalah untuk
pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan mengetahui peningkatan kemampuan motorik
motorik halus anak. Lingkungan juga dapat halus melalui kegiatan mozaik di kelompok B
meningkatkan ataupun menurunkan taraf RA Al-Burhan Jombang.
kecerdasan anak, terutama pada masa-masa Perkembangan motorik halus menurut
pertama kehidupannya. Zaman dan Libertina (2012:19) adalah gerakan
Berdasarkan tingkat pencapaian yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
perkembangan pada usia 5-6 tahun motorik saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Masih
halus anak sudah berkembang dengan baik. menurut Zaman dan Libertina kecerdasan
Tetapi kenyataannya di kelompok B RA Al– motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal
Burhan sebagian besar anak masih kurang kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini
berkembang kemampuan motorik halusnya dari juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan
segi kegiatan mozaik. Dibuktikan dari data stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan
lapangan bahwa dari 15 anak hanya 30% atau 5 mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam

1
Maknun, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mozaik Pada Anak 2

kecerdasan motorik halus. Sedangkan mozaik 2010:21) yaitu pencermatan yang dilakukan
menurut Muharrar dan Verayanti (2013:66) oleh orang-orang yang terlibat didalamnya
diartikan sebagai suatu jenis karya seni dekorasi (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan
yang menerapkan teknik tempel. Mozaik menggunakan metode refleksi diri dan ber-
merupakan gambar atau hiasan atau pola tujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai
tertentu yang dibuat dengan cara menempelkan aspek pembelajaran. Bisa juga dikatakan bahwa
gambar/unsur sejenis (baik bahan, bentuk, penelitian tindakan kelas adalah suatu
maupun ukurannya) yang disusun secara pencermatan tehadap kegiatan yang sengaja
berdempetan pada sebuah bidang. Mozaik dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas
menggunakan potongan-potongan kecil yang secara bersamaan (Arikunto ,2010:130). Pene-
biasanya dikenal sebagai tesserae, (potongan tapan jenis penelitian ini didasarkan pada tujuan
kecil), yang digunakan untuk membuat pola bahwa peneliti ingin mengetahui pe-ningkatan
atau gambar. kemampuan motorik halus melalui kegiatan
Pada hasil penelitian yang relevan sebe- mozaik di kelompok B RA Al-Burhan.
lumnya, peneliti yang sesuai dengan penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
ini adalah Endah Purbowati dengan judul me- secara garis besar dilaksanakan dalam empat
ningkatkan kemampuan motorik halus anak tahapan yang lazim dilalui, yaitu(1) peren-
melalui kegiatan kolase pada anak usia 3-4 canaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
tahun di PPT Siaga Surabaya memiliki rele- (4) refleksi (Arikunto,2010:137). Hubungan
vansi dengan penelitian ini. Kesamaan pada antara keempat komponen tersebut menunjuk-
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kan sebuah siklus atau kegiatan berulang.
(PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki atau “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah
merubah proses pembelajaran yang berupa satu ciri utama dari penelitian tindakan kelas.
tindakan ataupun kegiatan sehingga hasil be- Dengan demikian, penelitian tindakan kelas
lajar anak meningkat dan membahas motorik tidak terbatas dalam satu kali intervensi saja,
halus serta sama-sama menggunakan bahan tetapi berulang hingga mencapai ketuntasan
kertas yang ditempelkan pada gambar dalam yang diharapkan (Arikunto, 2010).
kegiatannya. Perbedaannya adalah penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di RA Al-
yang terdahulu menggunakan kolase dan yang Burhan Kecamatan Jombang, Kabupaten
sekarang menggunakan mozaik. Kolase yaitu Jombang. Subjek penelitian adalah anak ke-
cara menempel potongan kertasnya boleh di- lompok B RA Al-Burhan yang berjumlah 15
tumpuk, agar semua gambar terisi dengan anak tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri
bagus. sedangkan mozaik cara menempel po- dari anak laki-laki 8 anak dan perempuan 7
tongan kertas tidak boleh ditumpuk, harus ber- anak. Lokasi ini dipilih berdasarkan tempat
jejer rapi dalam teknik menempelnya, dan per- mengajar peneliti dengan alasan utama untuk
bedaan penelitian ini juga terletak pada lokasi menghemat waktu dan pembiayaan.
dan subyek penelitian. Pada penelitian ter- Data pada penelitian ini berupa dokumen-
dahulu akan dijadikan acuan dan dapat mem- tasi dan observasi. Instrumen yang digunakan
beri arahan dalam penelitian ini. Karena pe- adalah aktivitas guru, aktivitas anak dan
nelitian terdahulu juga untuk meningkatkan instrumen kemampuan motorik halus. Obser-
motorik halus, selain itu juga memperbaiki vasi dilakukan selama kegiatan berlangsung.
pembelajaran, menstimulasi motorik halus dan Pada penelitian ini, pengamatan pada saat
memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan pembelajaran berlangsung dilakukan ber-
kemampuan motorik halus. dasarkan lembar observasi. Penelitian ini
dibantu dengan teman sejawat. Catatan
lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa
METODE yang didengar, dilihat, dan dialami, dalam
Penelitian ini menggunakan jenis pene- rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap
litian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas data. Catatan lapangan ini berisi hasil
menurut Carr dan Kemmis (dalam Suyadi, pengamatan yang diperoleh peneliti selama
Maknun, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mozaik Pada Anak 3

pemberian tindakan berlangsung. Dalam pene- bagai berikut. Pertemuan I dilaksanakan hari
litian ini, untuk mengukur kemampuan motorik Senin tanggal 5 Januari 2015 . Pertemuan II
halus dilakukan melalui kegiatan mozaik. hari Rabu 7 Januari 2015 dan pertemuan III
Dalam penelitian yang dilaksanakan, selain data hari Jumat tanggal 9 Januari 2015. Pertemuan
berupa catatan tertulis juga dilakukan ini difokuskan pada indikator mengisi pola
pendokumentasian berupa foto. Foto ini dapat gambar dengan teknik mozaik dengan memakai
dijadikan sebagai bukti otentik bahwa pembe- berbagai bentuk atau bahan yang disediakan
lajaran benar-benar berlangsung. oleh guru..
Teknik Analisis data menggunakan data Pada siklus I kemampuan motorik halus
statistik deskriptif. Analisis data merupakan anak belum berhasil memenuhi target yaitu
usaha memilih, memilah, membuang dan me- 75%. Hal ini dilihat dari aktivitas guru pada
nggolongkan data. Tehnik analisis data ber- siklus I mencapai 71%, aktivitas anak 69% dan
langsung dari awal penelitian yaitu mulai dari kemampuan motorik halus melalui kegiatan
pengamatan, perencanaan, tindakan, pelak- mozaik pada anak yang belum bisa mencapai
sanan tindakan, sampai refleksi terhadap tin- 40%. Sehingga pembelajaran kegiatan mozaik
dakan. Beberapa data yang diperoleh dalam belum optimal.Pada pembelajaran Siklus II
penelitian ini adalah data hasil observasi pertemuan I, II dan III menyusun RKM, RKH
aktivitas guru dan aktivitas anak terhadap dan langkah-langkah pembelajaran untuk
penerapan kegiatan mozaik. Data yang sudah digunakan sebagai acuan melaksanakan
terkumpul kemudian dianalisis. Alat yang di- tindakan, Siklus II dilaksanakan hari Selasa, 13
gunakan untuk mengobservasi aktivitas guru Januari 2015, Jumat,16 Januari 2015, dan
dan aktivitas anak berupa skor. Rabu, 21 Januari 2015 di RA Al Burhan pada
Penelitian dikatakan berhasil apabila 75% kelompok B dengan jumlah 15 anak. Adapun
dari jumlah anak mendapat nilai 3 atau 4 (* 3 perencanaan pada siklus II ini berdasarkan dari
atau * 4) dari kemampuan motorik halusnya refleksi siklus I, Pada pertemuan I, II dan III
Apabila pada siklus pertama belum mencapai kegiatannya sama dengan siklus I, tetapi
target 75% dari kemampuan motorik halus anak kegiatan mozaiknya yang berbeda.
maka dilanjutkan pada siklus kedua. Jika pada Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
siklus pertama sudah mencapai target 75% dari terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
kemampuan motorik halus maka tetap siklus II sudah berjalan lebih baik dari proses
dilanjutkan pada siklus ke dua sebagai pembelajaran siklus I karena pada siklus II ini
pemantapan data pada penelitian. sudah memenuhi target yang ditentukan dengan
kategori baik .Terlihat dari aktivitas guru
HASIL mencapai 87%, aktivitas anak 81% dan
Berdasarkan dari data lapangan bahwa dari kemampuan anak dalam motorik halus
15 anak hanya 30% atau 5 anak yang mampu mencapai 82%. Perbedaan siklus I dan siklus II
melakukan kegiatan mozaik secara mandiri dan adalah pada proses pembelajaran pada siklus I
70% atau 10 anak belum mampu melakukan bahan dan pola yang digunakan guru masih
kegiatan mozaik secara mandiri. Pembelajaran kurang menarik untuk anak dan pada siklus II
yang dilakukan selama ini menggunakan LKA, ini guru menyediakan pola gambar yang
sehingga anak lebih banyak mengerjakan tugas menarik untuk anak.
dari pada membuat hasil karya anak misalnya
kegiatan mozaik.
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada PEMBAHASAN
siklus 1 ini dilaksanakan selama 3 kali
pertemuan oleh guru dan teman sejawat, dalam Penelitian pada siklus I ini masih banyak
satu kali pertemuan peneliti membutuhkan 1 hal atau pembelajaran yang harus diperbaiki
hari karena dirasa mampu dan menguasai misalnya dalam memberikan penjelasan ten-
untuk meneliti subyek sebanyak 15 anak. tang kegiatan mozaik, mengenalkan bahan yang
Adapun langkah-langkah pelaksanaannya se- akan digunakan, memberikan penjelasan cara
Maknun, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mozaik Pada Anak 4

menempel pada gambar serta recalling masih mata dan tangan. pada penelitian ini mozaik
kurang menarik bagi anak sehingga anak-anak menggunakan bahan dari kertas lipat warna
kurang tertarik dengan kegiatan mozaik. warni. Kertas lipat ini dipotong kecil-kecil
Pada siklus I kemampuan motorik halus berbentuk geometri (segi empat, segi tiga dan
anak belum berhasil memenuhi target yaitu lingkaran). Pada kegiatan mozaik ini
75%. Hal ini dilihat dari aktivitas guru pada diharapkan dapat meningkatkan pengordinasian
siklus I mencapai 71%, aktivitas anak 69% dan gerak mata dan tubuh anak. Hal ini terbukti saat
kemampuan motorik halus melalui kegiatan pembelajaran menggunakan mozaik, kordinasi
mozaik pada anak yang belum bisa mencapai mata dan tangan harus tepat (Suyadi ,2010:69)
40%. Sehingga pembelajaran kegiatan mozaik .
belum optimal. SIMPULAN DAN SARAN
Kegagalan pembelajaran kegiatan mozaik Simpulan
pada penelitian ini dikarenakan kemampuan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
anak masih rendah dalam kegiatan mozaik. dipaparkan di bab IV maka dapat disimpulkan
Oleh karena siklus I belum mencapai kriteria bahwa kegiatan mozaik dapat meningkatkan
yang diharapkan, maka penelitian ini berlanjut kemampuan motorik halus di kelompok B RA
pada siklus siklus II. Pada siklus II peneliti Al Burhan Jombang.
berusaha memperbaiki semua kekurangan pada
proses pembelajaran kegiatan mozaik ini Saran
dengan cara memberi pola gambar yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menarik untuk anak. sehingga diharapkan disimpulkan di atas dan dalam upaya pening-
kegiatan belajar mendapatkan hasil yang katan kemampuan motorik halus melaui
optimal, guru memberikan motivasi, pe-nguatan kegiatan mozaik di kelompok B RA Al-Burhan
dalam kegiatan awal dan pada saat kegiatan di kemukakan beberapa saran sebagai berikut
berlangsung sehingga anak-anak sudah mampu :guru harus mengetahui karakteristik anak, guru
melakukan kegiatan mozaik dengan baik dan harus memberikan pembelajaran yang menarik
tertib sesuai dengan perintah guru. untuk anak, guru hendaknya selalu merubah
Hasil yang diperoleh disiklus II ini adalah dekorasi tempat atau kelas supaya anak tidak
aktivitas guru mencapai 87,4%, aktivitas anak jenuh, guru hendaknya memberi motivasi pada
81 %, dan kemampuan motorik halus mencapai anak agar lebih semangat dalam belajar baik
82% pada indikator mengisi pola gambar berupa pujian dalam bentuk penghargaan
dengan teknik mozaik dengan me-makai misalnya Pemberian bintang pada anak yang
berbagai bentuk atau bahan yang disediakan berprestasi
guru. Keberhasilan proses pem-belajaran pada
siklus II menunjukkan bahwa siklus sudah
dapat dihentikan karena sudah memenuhi target DAFTAR RUJUKAN
yaitu 75% anak mendapat nilai bintang 3 dan Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian.
bintang 4. Berdasarkan data siklus II maka Jakarta : PT Rineka Cipta
kriteria keberhasilan tindakan sudah tercapai. Kiram, Yanuar. 1992. Belajar Motorik. Jakarta :
Kemampuan dalam proses belajar di RA Universitas Terbuka
Al-Burhan pada penelitian menggunakan ke- Muharar, Syakir dan Verayati, Sri. 2013. Kreasi
giatan mozaik, pada kegiatan ini aspek ke- Kolase Montase Mozaik. Semarang.
mampuan motorik halusnya yang berkembang Erlangga
sesuai pendapat Kiram (1992:43) yaitu motorik Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD.
halus adalah kemampuan untuk mengkordinasi Yogyakarta.Pedagogja
atau mengatur penggunaan bentuk gerakan Zaman Saeful dan Libertina Aundriani, 2012.
mata dan tangan secara efisiensi, tepat dan Membuat Anak Rajin Belajar Itu
adaptif. Pernyataan ini terbukti saat anak-anak Gampang. JakartaSelatan. Visi Media
melakukan kegiatan mozaik, anak melakukan
kegiatan dengan seimbang antara koordinasi

Anda mungkin juga menyukai