Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi proses pembuangan material (material removal
proces), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas (keluwesan) yang besar.
Namun demikian proses ini cenderung menghasilkan sampah dari proses pembuangan
material tersebut secara sia-sia.
Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material ( biasanya logam ) yaitu
kemampuannya “mengalir secara plastis “ pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya.
Dengan menggerakkan material secara sederhana ke bentuk yang kita inginkan ( sebagai
lawan dari membuang bagian yang tidak diperlukan ), maka sedikit atau bahkan tidak ada
material yang terbuang sia-sia.
Namun demikian biasanya gaya yang diperlukan cukup tinggi. Di samping itu, mesin-mesin
dan perkakas yang diperlukan harganya mahal sehingga jumlah produksi yang besar
merupakan alasan pokok untuk membenarkan pemilihan proses ini.
Kegunaan material logam dalam masyarakat modern ditentukan oleh mudah tidaknya
material tersebut dibentuk (forming) kedalam bentuk yang bermanfaat. Hampir semua logam
mengalami deformasi sampai pada tingkat tertentu selama proses pembuatannya menjadi
produk akhir.
Ingat dalam proses pengecoran, strand dan slabs direduksi ukurannya dan diubah ke dalam
bentuk-bentuk dasar seperti plates, sheet, dan rod. Bentuk-bentuk dasar ini kemudian
mengalami proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat (wire) dan myriad
( berjenis – jenis) produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging), ekstrusi, sheet metal
forming dan sebagainya.
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam 3 dimensi, geser
sederhana (simple shearing), tekuk sederhana atau gabungan (simple or compound bending)
atau kombinasi dari beberapa jenis proses tersebut.
Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan deformasi tersebut dapat berupa tarikan
(tension), tekan (compression), geseran (shear) atau kombinasi dari beberapa jenis tegangan
tersebut. Kecepatan, temperature, toleransi, surface finish.
Kemampuan untuk menghasilkan berbagai bentuk dari lembaran logam datar dengan laju
produksi yang tinggi merupakan merupakan kemajuan teknologi yang nyata. Peralihan dari
proses pembentukan dengan tangan ke metode produksi besar – besaran menjadi faktor
penting dalam meningkatan standar kehidupan selama periode tersebut.
Pada dasarnya, suatu bentuk dihasilkan dari bahan lembaran datar dengan cara peregangan
dan penyusutan dimensi elemen volume pada tiga arah utama yang tegak lurus sesamanya.
Bentuk yang diperoleh merupakan hasil penggabungan dari penyusutan dan peregangan lokal
elemen volume tersebut. Usaha telah dilakukan untuk menggolongkan berbagai macam
bentuk yang mungkin pada pembentukan logam menjadi beberapa kelompok tertentu,
tergantung pada kontur produk – produk. Sachs membagi komponen – komponen lembaran
logam menjadi 5 katagori.
Cara lain untuk menggolongkan proses pembentukan lembaran logam adalah dengan
menggunakan operasi khusus seperti pelengkungan, pengguntingan, penarikan dalam,
perentangan, pelurusan.
Perlu dicatat berbeda dengan proses deformasi pembentukan benda secara keseluruhan,
pembentukan lembaran biasanya dilakukan dalam bidang lembaran itu sendiri oleh tegangan
tarik. Gaya tekan pada bidang lembaran hendaknya dihindari karena ini akan menyebabkan
terjadinya pelengkungan, pelipatan dan keriput pada lembaran tadi. Pada proses pembentukan
lembaran, susut tebal hendaknya dihindarkan karena dapat terjadi penciutan dan akan
kegagalan mengakibatkan kegagalan dalam proses pembuatan produk.
Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi material removal process (proses pembuangan
material), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas (keuletan) yang besar.
Proses konsolidasi mampu membentuk benda yang kompleks dari komponen-komponen
yang sederhana dan merupakan proses yang sangat umum dipakai.
Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material yaitu kemampuannya mengalir
secara plastis pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya. Dengan manggerakan
material secara sederhana ke bentuk yang di inginkan, maka sedikit atau bahkan tidak ada
material yang terbuang sia-sia.
Dari proses pengecoran, stranda dan slabs direduksi ukurannya dan diubah kedalam bentuk-
bentuk dasar seperti plates, sheets dan rod. Bentuk-bentuk dasar ini kemudian mengalami
proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat (wire) dan myriad (berjenis-jenis)
produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging), ekstrusi, sheet metal forming dan
sebagainya.
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam 3 dimensi. Geser
sederhana , tekuk sederhana dan gabungan ataupun kombinasi dari beberapa jenis proses
tersebut. Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan deformasi tersebut dapat berupa
tarikan (tension), tekan (compression), geseran (shear) atau kombinasi dari beberapa jenis
tegangan tersebut.
Pengertian deformasi elastis dan deformasi plastis
Secara makroskopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran.
Perubahan bentuk yang terjadi dapat di bedakan atas deformasi elastis dan deformasi plastis.
Meskipun hakekat proses pembentukan logam adalah mengusahkan deformasi plastis yang
terkontrol, namun dalam berbagai hal pengaruh deformasi elastis cukup besar sehingga tidak
dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu perlu dibahas lebih dahulu pengertian deformasi elastis
dan deformasi plastis.
Perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu deformasi elastis dan defomasi plastis.
Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang berkerja, serta
akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban ditiadakan, maka benda akan
kembali kebentuk dan ukuran semula. Di lain pihak, defomasi plastis adalah perubahan
bentuk yang permanent, meskipun bebannya di hilangkan. Secara diagramatis menunjukan
pengertian deformasi elastis dan deformasi plastis pada suatu diagram tegangan-regangan.
Bila suatu material dibebani sampai daerah plastis, maka perubahan betuk yang saat itu
terjadi adalah gabungan antara deformasi elastis dengan deformasi plastis (penjumlahan ini
sering juga disedut deformasi total). Bila beban-beban ditiadakan, maka deformasi elastis
akan hilang pula, sehinga perubahaan bentuk yang ada hanyalah deformasi plastis saja.
Klasifikasi berdasarkan temperatur pengerjaan
Pengaruh temperatur terhadap proses-proses pembentukan adalah hal mengubah sifat-sifat
dan prilaku material. Secara umum kenaikan temperatur akan mengakibatkan turunnya
kekuatan material, naiknya keuletan dan turunnya laju pengerasan regangan yang mana
perubahannya tersebut mengakibatkan kemudahan material untuk deformasi.
Berdasarkan temperatur material pada saat deformasi ini, proses pembentuka logam dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
Pada awalnya batasan kedua kelompok tersebut hanyalah didasarkan atas ada atau tidaknya
proses pemanasan benda kerja. Namun bila ditinjau dari segi metalurgis, hal ini tidak
sepenuhnya benar.
Batasan yang berlaku lebih umum adalah yang didasarkan pada temperatur rekristalisasi
logam yang diproses. Hal ini memang berkaitan dengan ada atau tidaknya proses pelunakan
selama proses berlangsung.
Proses pengerjaan panas
Pengerjaan panas adalah proses pembentukan logam yang mana proses deformasinya
dilakukan dibawah kondisi temperatur dan laju regangan dimana proses rekritalisasi dan
deformasi terjadi bersamaan.
Proses pengerjaan panas dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan yang dilakukan
pada daerah temperatur rekristalisasi logam yang diproses. (agar lebih singkat daerah
tamperatur diatas temperatur rekristalisasi untuk selanjutnya disebut sebagai daerah
temperatur tinggi). Dalam proses deformasi pada temperatur tinggi terjadi peritiwa pelunakan
yang terus menerus, khususnya akibat terjadinya rekristalisasi. Akibat yang konkret ialah
bahwa logam bersifat lunak pada temperatur tinggi. Kenyataan inilah yang membawa
keuntungan-keuntungan pada proses pengerjaan panas. Yaitu bahwa deformasi yang
diberikan kepada benda kerja dapat relative besar. Hal ini disebabkan karena sifat lunak dan
sifat ulet, sehingga gaya pembentukan yang dibutuhkan relative kecil, serta benda kerja
mampu menerima perubahaan bentuk yang besar tanpa retak. Karena itulah keuntungan
proses pengerjaan panas biasanya digunakan pada proses-proses pembentukan primer yang
dapat memberikan deformasi yang besar, misalnya: proses pengerolan panas, tempa dan
ekstrusi.
Akibatnya adalah kurva tegangan – regangan sebenarnya secara garis besar berupa garis
mendatar pada regangan diatas titik luluh. Hal ini merupakan perbadaan yang jelas apabila
perbandingan dengan kurva tegangan – regangan sebenarnya yang naik keatas pada
deformasi dibawah temperatur rekristalisasi. Dengan demikian proses pengerjaan panas
secara drastis mampu mengubah bentuk material tanpa akan timbulnya retak pembentukan
yang berlebihan.
Disamping itu, temperatur tinggi memacu proses difusi sehingga hal ini dapat menghilangkan
ketidak homogenan kimiawi, pori-pori karena efek pengelasan dapat tertutup atau ukurannya
berkurang selama derformasi berlangsung serta struktur metalurgi dapat diubah sehingga
diperoleh sifat-sifat akhir yang lebih baik. Dilihat dari segi negatif, temperatur tinggi dapat
mengakibatkan reaksi yang tidak dikehendaki antara benda kerja dengan lingkungannya.
Toleransi menjadi rendah sebagai akibat adanya penyusutan /pemuaian thermal ataupun
akibat pendinginan yang tidak seragam. Secara metalurgis dapat terjadi sehingga ukuran butir
produk akan bervariasi tergantung pada basar reduksi yang alami, temperatur deformasi yang
terakhir, setelah doformasi dan faktor-faktor lainnya.
Keberhasilan dan kegagalan proses pengerjaan panas sering sangat tergantung pada
keberhasilan mengatur kondisi termal, karena hampir 90% energi yang diberikan kepada
benda kerja akan diubah menjadi panas maka temperatur benda kerja akan naik jika
deformasi berlangsung sangat cepat. Meskipun demikian, pada umumnya pemanasan benda
kerja dipanaskan pada temperature yang lebih rendah.
Panas banda kerja hilang melalui permukaan-permukaannya dan panas paling besar melalui
permukaan yang bersentuhan dengan dies yang bertemperatur lebih rendah begitu permukaan
benda kerja menjadi dingin ketidak seragaman temperatur akan terjadi. Adanya aliran benda
kerja yang panas dan lunak pada bagian dalam akan mengakibatkan retakan pada permukaan
benda kerja yang dinging dan getas. Oleh kerena itu temperatur benda kerja perlu dijaga agar
kesseragam mungkin.
Guna mendapatkan toleransi produk yang lebih baik maka temperatur dies dinaikan dan
waktu kontak yang lebih lama (kecepatan deformasi yang lebih rendah). Namun dengan cara
seperti ini juga akan semakin memperpendek umur dies. Pada saat memproses forming
produk yamg bentuknya rumit, seperti pada hot forging, bagian tipis akan mendingin lebih
cepat dari pada bagian yang tebal sehingga hal ini akan semakin memperumit perilaku aliran
benda kerja. Lebih jauh lagi ketidak seragaman pendinginan benda karja akan menimbulkan
tegangan sisa pada produk akhir hasil proses hot working
Keuntungan Pengerjaan Panas Untuk Deformasi Logam
Dari fakta-fakta diatas seperti yang telah dipaparkan diatas. Terlihat bahwa proses pengerjaan
dingin khusus cocok untuk produksi dalam jumlah yang banyak, dimana kuantitas produk
dapat mengimbangi ongkos peralatan yang mahal.
Cocok tidaknya logam diproses pambentukan dingin ditentukan olah sifat-sifat tariknya yang
mana hal ini langsung berkaitan dengan struktur metalurginya. Dengan penjelasan yang sama
maka proses pengerjaan dingin akan mengubah sifat material pada produk yang dihasilkan.
Defomasi plastis pada suatu logam hanya dapat terjadi jika batas elastis logam dilewati.
Proses pengerjaan hangat (Warm Forming)
Proses pengerjaan hangat merupakan proses pembentukan logam dimana temperatur
deformasinya terletak diantara temparatur proses pengerjaan panas dan pengerjaan dingin.
Apabila dibandingkan dengan proses pengerjaan dingin, proses pengerjaan hangat
menawarkan beberapa keuntungan, yaitu turunya gaya pada perkakas dan peralatan,
menaikan keuletan material serta dapat menurunkan jumlah proses pelunakan (annealing)
karena turunnya efek pengerasan regangan. Proses pengerjaan hangat memperluas
kemungkinan penggunaan proses forming untuk bebagai jenis material dan berbagai bentuk
dan ukuran.
Apabila dibandingkan dengan proses pengerjaan panas, maka pengerjaan hangat melakukan
sedikit lebih energi (enargi untuk pelumasan benda kerja), metalurgi pembentukan kerak
(scaling) dan dekarburisasi, memberikan ketelitian, pengaturan deminsi dan surface finish
yang lebih baik. Umur pahat menjadi lebih panjang, meskipun gaya pembentukan 25÷60%
lebih besar, kejutan thermal dan fatigue termal yang lebih kecil.
Meskipun demikian pengerjaan hangat masih merupakan bidang yang sedang dan terus
berkambang, meskipun ada beberapa kendala yang menghambat pertumbuhannya, kendala-
kendala tersebut antara lain adalah perilaku material belum ter karakteristik dengan baik pada
kondisi temperatur pengerjaan hangat, pelumasan belum sepenuhnya dikembangkan untuk
kondisi temperatur dan tekanan operasi working dan teknologi perancangan dies untuk
pengerjaan hangat belum begitu mapan. Namun demikian dorongan akan perlunya
penghematan energi dan keuntungan-keuntungan lain yang ditawarkan oleh proses ini sangat
mendorong pengembangan lebih lanjut.