Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN ADIL

KELOMPOK
4:
1. NANDA
YULIANA

AKADE
MI
KEPERA
WATAN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada kami, shalawat serta salam semoga
tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat –
sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah
ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak , baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung Alhamdulillah kami dapat menyelesaikannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan dan do’a, semoga Allah membalas amal baik yang telah dilakukan
umat-Nya atas sesama. Amin.``````````````````````````````

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1  Latar Belakang........................................................................................................4
1.2    Tujuan...................................................................................................................5
1.3    Batasan Masalah...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA DALAM ISLAM....................................6
2.1         Budaya Akademik............................................................................................6
2.2         Etos Kerja Dalam Islam.................................................................................10
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan............................................................................................................16
3.2 Saran – saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada dalam
masyarakat sudah barang tentu diatur di dalam ajaran Islam. Kajian tentang Al Quran
serta kandungan ajarannya tampaknya tidak akan pernah selesai dan akan berlanjut
sepanjang zaman. Keajaibannya akan senantiasa muncul kepermukaan bagaikan mata
air yang tidak pernah kering dan akan selalu menjadi inspirasi kehidupan ummat Islam.
Al Quran akan selalu hadir dalam kehidupan yang sarat dengan berbagai persoalan
hidup yang dialami oleh umat Islam. Di sinilah letak salah satu keunikan Al Quran itu
dan dari sini kita dapat memahami mengapa orang yang mempercayainya tidak akan
pernah meragukan validitas ajarannya dan menganggapnya sebagai kebenaran mutlak
dan final meski dipihak lain orang yang meragukan dan tidak mempercayainya selalu
berupaya untuk meruntuhkan kebenaran Al Quran baik dengan cara halus atau kasar,
dibungkus dengan metode ilmiah yang mengandung distorsi atau bahkan hanya dengan
hujatan, tanpa mengandung ilmiah yang layak dalam kajian akademis.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang Budaya Akademik
menurut Islam, Budaya Etos Kerja menurut Islam, Budaya Sikap Terbuka dan Adil
menurut Islam.

4
1.2    Tujuan
Melalui makalah ini, kami berharap dapat berbagi pengetahuan tentang Budaya
Akademik menurut Islam, Budaya Etos Kerja menurut Islam sehingga makalah ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan alternatif bagi mahasiswa yang ingin
menambah pengetahuan tentang pandangan Islam terhadap beberapa budaya.

1.3    Batasan Masalah
Karena keterbatasan dalam materi serta informasi yang didapat, maka makalah ini
dititik beratkan hanya pada pengertian budaya, serta pandangan islam terhadap beberapa
budaya seperti budaya akademik dan etos kerja.

5
BAB II
BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA DALAM ISLAM

2.1         Budaya Akademik


a.    Pengertian Budaya Akademik.
            Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk, multikultural yang bernaung
dalam sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan
objektifitas.
            Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas
dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh
warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap
orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya
akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan
akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-
norma kegiatan akademik tersebut.
            Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan
akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi
bagi seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar
(profesor). Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi
akademik yang setinggi-tingginya.
            Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi
akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi
aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas
seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara
bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa
dalam proses pendidikan di perguruaan tinggi.
            Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang
akademisi akan memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bisa saja ia mampu
berbicara tentang norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa
proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam

6
praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan
pelanggaran dalam wilayah tertentu, baik disadari ataupun tidak.
Berarti budaya akademik :
1.  Mahasiswa yang terlibat dalam berbagai bidang studi dan keahlian
     (disiplin ilmu).
2.  Bernaung dibawah Institusi Educative (Perguruan Tinggi) yaitu:
- Akademi                                                     
- Universitas
- Sekolah Tinggi
- Institut, dll
3.  Memfokuskan diri pada kajian Ilmu, Penelitian, Penemuan dan sebagainya
     secara ilmiah.
4.  Untuk pengembangan ilmu baru dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat atau
Perguruan Tinggi yang mendorong mahasiswa melaksanakan Tridharma Perguruan
Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat).

b. Pembahasan Tentang Budaya Akademik


            Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik yang
berkembang di Indonesia, menegaskan tentang berbagai macam pendapat di antaranya :
1) Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik
            Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang
Budaya Akademik yang disepakati oleh sebagian besar responden adalah budaya atau
sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam
masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran
kritis-analitis, rasional dan obyektif oleh warga masyarakat yang akademik.
            Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan
karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri Perkembangan Budaya
Akademik” yang meliputi berkembangnya :
(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral
(3) kebiasaan membaca

7
(4) penambahan ilmu dan wawasan
(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat
(6) penulisan artikel, makalah, buku
(7) diskusi ilmiah
(8) proses belajar-mengajar, dan
(9) manajemen perguruan tinggi yang baik

2) Tradisi Akademik
            Pemahaman mayoritas responden mengenai Tradisi Akademik adalah tradisi
yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan menjalankan proses
belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa, menyelenggarakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis,
rasional dan inovatif di lingkungan akademik.
3) Kebebasan Akademik

            Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh 144 orang
responden adalah Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas
akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan
dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung
pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti,
menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan
bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka akademis.
            Kebebasan Akademik mengiringi tradisi intelektual masyarakat akademik, tetapi
kehidupan dan kebijakan politik acapkali mempengaruhi dinamika dan
perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter, kiranya kebebasan
akademik akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan internasional kebebasan
akademik dipandang sebagai inti dari budaya akademik dan berkaitan dengan
kebebasan.
Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat
perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi
(1) penerbitan buku tertentu

8
(2) pengembangan studi tentang ideologi tertentu, dan
(3) pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang
bertentangan dengan ideologi dan kebijakan pemerintah atau Negara

c. Prinsip Dasar Budaya Akademik atau Standar Suasana Akademik Yang 


Kondusif.

  1. Prinsip kebebasan berfikir (kebebasan dalam ilmiah)


  2. Prinsip kebebasan berpendapat

  Prinsip kebebasan mimbar akademik yang dinamis, terbuka dan ilmiah, sesuai    
  dengan yang diamanatkan dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
  Nasional.

Dalam implementasinya :

1.    Harus dibangun suasana akademik dengan prinsip :


a.    Interaksi mahasiswa dengan dosen harus dalam bentuk mitra bukan dalam bentuk in-
loco parentis (Dosen otoritas, superior, Mahasiswa kerdil dan tidak ada apa-apa).
b.    Secara bersama-sama dosen dan mahasiswa punya hak yang sama dalam keilmuan
dan penelitian, diciptakan secara terencana, sistematis, kontinu, terbuka, objektif,
ilmiah.
c.    Harus diciptakan suasana Perguruan Tinggi yang kondusif yang dapat memberikan
ketenangan, kenyamanan, keamanan dalam proses belajar mengajar (kegiatan
akademik).

2.    Visi dan misi Perguruan Tinggi  yang khas spesifik sampai eksklusif.

3.    Mengarah kepada prinsip-prinsip good govermance sesuai dengan kebutuhan use,
stakeholders.

9
d. Meningkatkan Budaya Akademik / SDM Mahasiswa

1.    Menitik beratkan pada Plan, Do, Check, Action (PDCA)


·         Plan         =  rencana yang tepat, matang dalam setiap aktifitas proses belajar
mengajar
·         Do            = dilaksanakan secara optimal, maksimal dan berkesinambungan
·         Check      =  ada upaya komperatif, sinergi dan sinkronisasi yang diinginkan
dan tujuan
·         Action   =  ada evaluasi dan gambaran yang logis, ilmiah sehingga dijadikan tolak
ukur keberhasilan dan kegagalan
                  
     2. Adanya Interaksi kegiatan kurikuler yang terstruktur tepat, baik pada beban kurikulum
dan jumlah serta bobot SKS mata kuliah.

3. Model manajemen yang baik dan terstruktur yang mampu mensinkronisasikan antara
tujuan pribadi (mahasiswa) dengan visi, misi dan tujuan Perguruan Tinggi, pangsa
pasar.
4. Tersedianya sarana, prasarana dan sumber daya (dosen, karyawan) yang
  memadai.

e. Kesadaran Kritis Dan Budaya Akademik

            Merujuk pada redaksi UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI
bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan
akademis untuk siswa/ murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam
masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiah, mahasiswa” terdiri dari dua kata,
yaitu Maha yang berarti tinggi dan Siswa yang berarti subyek pembelajar sebagaimana
pendapat Bobbi de porter, jadi kaidah etimologis menjelaskan pengertian mahasiswa
sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.

2.2         Etos Kerja Dalam Islam


a. Pengertian Etos Kerja

10
            Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
            Secara terminologis kata etos adalah yang mengalami perubahan makna yang
meluas.
Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
·         Suatu aturan umum atau cara hidup
·         Suatu tatanan aturan perilaku.
·         Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .

            Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak
atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita
yang positif.
            Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah
membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara
manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
            Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti
watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak
atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu
keinginan atau cita-cita.
            Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada
dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada
nilainilai yang berdimensi transenden.
            Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
Performance) .

11
            Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir
semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan
bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal
pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus
berjalan mengikuti waktu.

b. Konsep Kerja dalam Islam

Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk
menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari
pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk
amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang
berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan enaganya untuk kebaikan
diribukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore,
terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau
pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan
masyarakat sekelilingnya serta negara.

Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi :


“Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung
berdasarkan apa yang diniatkannya”
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :
“Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah
golongan berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan
binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas.
Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang
amat besar”

            Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan
keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah
baiknya kalau umat Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan
mempunyai tujuan yang satu, yaitu ‘mardatillah’ (keridhaan Allah) itulah yang dicari
dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang sebenarnya dalam

12
kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak dari Allah.
Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah, ridha
dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.
Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja adalah
ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya? Tidak
berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya.

Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, Bukankah Allah SWT
menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya? Tidak berlebihan bila keberadaan
seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya.

d. Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW


1)            Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan.
Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu
bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya".
2) Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang
jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
3) Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa yang
dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak
tahu kapan ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.
4) Dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang
visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
5) Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas.
6) Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid
yang percaya pada cita-cita bersama.
7) Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun
waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir,
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.
e. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja

13
            Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan
kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
·                     Pendorang timbulnya perbuatan.
·                     Penggairah dalam aktivitas.
·                     Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan
            menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.

            Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S
Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki
arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun
fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja
berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah
karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam
bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.

F. Etos Kerja dalam Islam


Sesungguhnya dikotomi antara "kerja" dengan "belajar" tidak perlu terjadi.
Karena, apabila kita menghayati ikrar kita secara mendalam pada proposisi "Iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in" dalam surat Al-Fatihah, maka dunia kehidupan kaum
Muslimin bernuansa ibadah yang sangat kental. Dalam firman-Nya yang lain, Allah
mengatakan, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah,"
(QS Adz-Dzariyat, 51 : 56). Sehingga, jelas-jelas tidak ada pemisahan antara yang
sakral dengan yang profan, yang duniawi dengan yang ukhrawi.
Ketika mengomentari ayat, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-
aqad (perjanjian) itu" (QS Al-Ma'idah, 5 :1), Raghib Isfahani, sebagaimana dikutip
Seyyed Hossein Nasr (1994) mengatakan bahwa perjanjian-perjanjian itu meliputi
perjanjian-perjanjian antara Tuhan dan manusia, yakni kewajiban-kewajiban manusia
kepada Tuhan; [perjanjian antara manusia dan dirinya sendiri; dan [perjanjian] antara
individu dan sesamanya.

14
G. Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)
1.  Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah. QS.Saba’,34 : 13
“Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali dari hamba-hambaku
yang bersyukur”.

2.  Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-baqarah,2 : 202
“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan”.

3.  Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur, amanah).
Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash, 28 : 26 “ Sesungguhnya
oarng yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi
dapat dipercaya”.

4.  Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah. Pekerja keras tidak
mengenal kata gagal.

5.  Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara tepat
(pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.
6.  Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan sekedar membayar
kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan individual dan komunal, fastabiqul khairat).
H. Janji Allah Bagi Etos Kerja Yang Baik
1.    Allah hamparkan jalan untuk menuju sukses
QS.Ath-Tholak, 65 : 3 “Allah berikan rezki dari segala arah tanpa disangka-sangka”.
2.    Allah jamin kehidupan yang sehat sejahtera
QS. Al-‘Araf, 7 :95-96 “Allah ganti kesusahan dengan kesenangan, Allah beri berkah
dari langit dan dari bumi”.
3.    Allah beri balasan untuk dunia dan akhirat

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang


merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal.

a.    Pandangan Islam terhadap Budaya :


1.         Budaya Akademik
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT.

2.      Etos Kerja
Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa
menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara
melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam pandangan
Islam, etos kerja betujuan untuk dua hal :
-          Manifestasi Mencari Ridha Allah,
-          Karakteristik pekerjaan mendatang,Berbagai trend telah memperlihatkan bahwa
bentuk pekerjaan mendatang tak hanya mengandalkan fisik tetapi juga otak. Al Qur’an
dalam berbagai ayat sudah mengajak manusia untuk berpikir, membandingkan dan
menggunakan akal dalam menghayati kehidupan dan mengarungi samudera kehidupan.

3.2 Saran – saran


a.            Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis maupun para mahasiswa dapat bertambah luas tentang Pandangan Budaya
Menurut Islam terutama Budaya Akademik, Etos kerja, Sikap Terbuka dan Adil,
semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mempelajari dan
memahami mata kuliah ini.

16
b.            Sebaiknya para mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini lebih
memperdalam pengetahuannya, karena dasar yang kokoh sangat penting untuk hasil
yang maksimal di mata kuliah ini kedepannya nanti.

DAFTAR PUSTAKA

http://maknaartikel.blogspot.com/2010/01/budaya-akademik/survei.html
http://blogkita.info/budaya-akademik-2/
http://pustaka.wordpress.com/2007/01/06/48/
Al Quran dan terjemahnya
Akhlak Nabi Muhammad SAW (Keluhuran dan kemuliaannya), Ahmad
Muhammad Al-Hufy
Konsep Kerja dalam Islam, Dr. Asyraf Hj Ab Rahman
[Ar-Royyan-3465] Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW, Agus Rasidi
http://www.docstoc.com/docs/56994693/materi-agama-islam

17

Anda mungkin juga menyukai