Disusun Oleh :
1. Adityo Wiwit Kurniawan
2. Teja Artyoso
Dosen Pengampu :
Al-Ustadz Irkham Firdaus, S.H, M.H
Bismillahirrahmanirrahim...
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas segala bentuk
rahmat, nikmat, serta inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berkaitan dengan "Konsep Islam Sebagai Agama (Islam, Iman dan
Ihsan)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat-sahabat beliau, serta pengikut
yang setia kepada beliau sampai akhir zaman.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah keilmuan dan
wawasan bagi para pembaca yang budiman. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami haturkan terimakasih banyak kepada para dosen, terutama dosen
dalam mata kuliah Studi Worldview Islam yaitu Ustadz Irkham Firdaus, S.H,
M.H, karena berkat didikan, dorongan dan motivasi dari beliau akhirnya makalah
ini kami dapat selesaikan sebagaiman mestinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di bab Latar Belakang, penulis dapat
merumuskan masalah atas makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Konsep Agama
2. Konsep Islam Sebagai Agama
3. Konsep Islam, Iman dan Ikhsan
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep Agama
2. Untuk mengetahui konsep Islam sebagai Agama
3. Untuk mengetahui konsep Islam, Iman, dan Ikhsan
A. Konsep Agama
Beragama merupakan insting manusia yang sangat mendalam dan
orisinil, karena bersumber kepada dua hal penting yang tidak mampu
ditolak oleh manusia pada umumnya. Pertama, perasaan akan kelemahan
diri manusia di hadapan fenomena diri dan alam semesta. Kedua, perasaan
bahwa terdapat sumber dari segala kekuatan yang ada. Sumber kekuatan
inilah yang kemudian mengatur dan mengendalikan seluruh jagad raya ini
termasuk manusia. Menemukan dan meyakini adanya sumber dari segala
kekuatan yang disebut “Tuhan” itulah yang disebut dengan agama.
Sementara komunitas yang meyakini, disebut komunitas umat beragama
Pengertian agama sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu, agama
secara etimologi (bahasa) maupun terminologis (istilah konsep). Secara
bahasa, agama berasal dari bahasa Sansekerta (a) yang berarti tida dan
(gama) yang berarti rusak atau kacau. Sehingga agama berarti tidak rusak
atau tidak kacau. Hal ini bermakna bahwa agama dapat membawa
pengikutnya kepada kondisi jauh dari kerusakan atau kekacauan.
Sementara dalam bahasa Arab, agama diterjemahkan dari kata “al-
din”. Akar kata “al-din” adalah dana yang memiliki beberapa arti :
Pertama, danahu bermakna “malakahu” (memilikinya), “wa
hakamahu” (berkuasa atasnya), “wa sasahu” (mengaturnya), “wa
dabbarahu” (mengorganisasi), “wa qaharahu” (memaksanya), “wa
hasabahu” (menghitunganya), “wa qada di sya’ nihi’ (memutuskan dalam
urusannya), “wa jazahu” (memberinya imbalan), “wa kafa’ahu”
(memberi apresiasi).
Dalam pemakaian kata seperti disebut di atas, lafal ”al-din” memuat
makna “kerajaan” dan semua aktivitas yang berkaitan dengan kerjaan dan
kekuasaan seperti pengaturan, kekuasaan, pemaksaan, control, pemberian
apresiasi dan sanksi. Makna ini sangat relevan dengat “malik yawm al-
1
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: Institut Antar
Bangsa Pemikiran dan Tamaddun Islam [ISTAC], 2001)
2
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Luring, dari kata “agama”
٤ َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ۢ ُد٣ لَمۡ يَلِ ۡد َولَمۡ يُولَ ۡد٢ ص َم ُد
َّ ٱهَّلل ُ ٱل١ قُ ۡل هُ َو ٱهَّلل ُ أَ َح ٌد
Artinya: “Katakanlah: (Dia lah Allah Yang Maha Esa), Allah adalah Tuhan
bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dan tiadalah beranak dan tiada pula
diperanakan. Dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (QS.
alIkhlas [112]: 1-4)
c. Islam mengakui semua para nabi/rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad
tanpa membedakan satu sama lain karena ajarannya sama, yaitu tauhid. Yang
membedakan di antara mereka adalah dalam hal pelaksanaan hukum (syariah).
3
M. Hasbi Ash Shieddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid Kalam, Cet. Ke-6, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992)
a. Rabaniyyah
Rabaniyyah adalah agama yang tujuan akhirnya berhubungan baik
dengan Allah. Tujuan dan mengharapkan ridho-Nya.
b. Insaniyyah
Insaniyyah adalah agama yang sesuai dengan jiwa manusia. Semua
perintah dan larangan-Nya bermanfaat untuk dirinya sendiri. Jadi Islam
sangat menekankan kemanusiaan.
c. Syumuliyyah
Syumuliyyah adalah agama yang berlaku secara universal. Artinya
agama yang berlaku bagi semua zaman, semua kehidupan dan semua
tempat. Dapat di terima oleh semua manusia di dunia sampai akhir masa.
d. Wasatiyyah
Wasatiyyah adalah agama yang bersifat moderat. Agama yang
mengajarkan pada pemeluknya agar tidak condong pada kehidupan materi
saja akan tetapi dapat memperhatikan keseimbangan kehidupan dunia dan
akhirat, spiritual dan material.
4. Peran Islam
Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia yang meliputi :
a. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”. (QS.51: 56)
b. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
(QS.5:2).
c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmuran”. (QS.11:61)
5. Dasar-dasar Islam
Untuk mengetahui dasar-dasar Islam secara singkat dapat dikemukakan
di beberapa ayat al-Quran yang dapat memberikan gambaran makna dan
pemahaman tentang Islam. Jika kita mengkaji al-Quran, dapat ditemukan bahwa
kata Islam disebut sebanyak 8 kali dalam Al-Quran. Dari 8 ayat ini sebenarnya
ada empat dasar yang dapat menjelaskan pemahaman kita tentang Islam, yaitu:
a. Islam adalah agama yang benar di sisi Allah. Maksudnya adalah bahwa Islam
merupakan satu-satunya agama yang diakui kebenarannya oleh Allah.
٨٥ ََو َمن يَ ۡبت َِغ غ َۡي َر ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ ِم ِد ٗينا فَلَن ي ُۡقبَ َل ِم ۡنهُ َوهُ َو فِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِمنَ ۡٱل ٰخَ ِس ِرين
Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 85).
c. Islam adalah agama hidayah Allah, maksudnya adalah bahwa orang yang
memeluk atau menganut agama Islam bukan semata-mata atas kehendaknya
sendiri, melainkan atas petunjuk atau hidayah dari Allah Swt. Allah SWT
berfirman:
7. Karakteristik Islam
Islam sebagai agama yang paling sempurna memiliki karakteristik yang
tidak dimiliki oleh agama manapun yang dianut oleh manusia. Karakteristik inilah
yang menjadikan Islam benar-benar agama yang lengkap dan sempurna.
Sementara itu, Muhammad Yusuf Musa (1988: 14-42) menguraikan sembilan
karakteristik Islam yang tidak akan ditemukan pada agama-agama lain di muka
bumi ini. Sembilan karakteristik itu adalah :
a. Islam mengajarkan kesatuan agama. Artinya, seluruh ajaran agama Islam yang
diturunkan oleh Allah kepada para nabi/rasul-Nya menyatu ke dalam ajaran
Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
b. Islam mengajarkan kesatuan politik. Artinya, Islam mempersilahkan
penganutnya untuk membentuk kelompok atau organisasi dengan berbagai
kepentingannya masing-masing. Namun demikian, yang harus menjadi tujuan
utama dari kelompok-kelompok itu adalah untuk menegakkan agama Islam.
c. Islam mengajarkan kesatuan sosial. Artinya, Islam tidak membedakan latar
belakang sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat, baik keturunan, ras,
gender, warna kulit, maupun hal lain. Yang membedakan manusia di hadapan
Allah Swt. hanyalah ketakwaannya (QS. al-Hujurat [49]: 13).
d. Islam merupakan agama akal dan pikiran. Artinya, semua ajaran Islam sangat
rasional dan dapat diterima oleh akal atau pikiran manusia.
e. Islam adalah agama fitrah dan kejelasan. Artinya, seluruh ajaran Islam sesuai
dengan potensi-potensi bawaan manusia yang sudah ada sejak dilahirkan oleh
sang ibu.
f. Islam adalah agama kebebasan dan persamaan. Artinya, Islam benar-benar
memberikan ajaran pembebasan dari belenggu kejahiliahan dan perbudakan
sesama manusia (makhluk).
g. Islam adalah agama umat manusia seluruhnya. Artinya, Nabi Muhammad saw.
membawa Islam untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Dari manapun
datangnya, ketika seseorang memeluk Islam berarti ia telah menjadi umat Nabi
Muhammad saw. (umat Islam).
3. Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti
budi pekerti. Sinonimnya etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin,
etas yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa Latin, mores, juga
berarti kebiasaan. Dalam masyarakat Indonesia, istilah yang sering
digunakan ialah budi pekerti. Kata akhlak yang berasal dari kata khulqun
atau khuluqun mengandung segi-segi persesuaian dan erat hubungannya
dengan khalik dan mahluk. Karena memang akhlak juga mengatur
hubungan (tata hubungan) manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
manusia lainnya (mahluk hidup), dan manusia dengan alam semesta.
a. Sifat munafik, yaitu orang yang pada lahirnya menunjukkan beriman, tetapi
dalam batinnya tidak percaya sedikitpun. Mereka adalah manusia yang
berpura-pura, mereka yang sikap lahirnya berbeda dengan sikap batinnya
merasa lebih kuat dan takut pada kenyataan.
b. Sifat Fasik, yaitu keluar dari jalan yang benar atau durhaka atau orang yang
melanggar aturan Allah.
c. Sifat kafir, yaitu tidak adanya pengakuan terhadap Allah dan Rasulnya.
d. Sifat murtad, yaitu orang yang keluar dari agama Islam dalam keadaan
berakal dan sadar.
e. Sifat riya, yaitu sifat yang melakukan sesuatu amal perbuatan untuk mencari
pujian atau sanjungan dari orang lain.
f. Sifat takabur, yaitu sikap yang merasa dirinya lebih pintar, lebih tinggi,
memandang orang lain lebih kecil dan rendah.
c. Ihsan
Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau
“terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa
َّك َتَراهُ فَِإ ْن مَلْ تَ ُك ْن َتَراهُ فَِإنَّهُ َيَر َاك ِ فَأَخرِب يِن ع ِن اْ ِإلحس
َ أَ ْن َت ْعبُ َد اهللَ َكأَن: قَ َال،ان َْ َ ْْ
(“ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau”)
Ihsan itu, lebih lengkap dari memberikan ni’mat. Allah memerintahkan kita para
hamba berbuat adil dan ihsan. Dari perintah itu dipahamkan bahwaanya ihsan,
lebih tinggi dari adil.
Adil, ialah: “memberikan hak orang yang ada pada kita dan mengambil dari orang
apa yang menjadi hak kita”. Adapun ihsan, ialah: “memberi lebih banyak dari
yang semestinya dan mengambil lebih kurang dari yang semestinya”. Ihsan lebih
tinggi dari adil, karena itulah adil diwajibkan, sedang ihsan dalam pengertian ini,
tidak diwajibkan. Demikianlah pengertian ihsan menurut lughah.
Dalam suatu hadits nabi s.a.w bersabda:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan :
1. Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama Islam
yang sesuai dengan dalil .
2. Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan
Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari
dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan
mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan
merupakan perwujudan dari Iman dan Islam, yang sekaligus merupakan
cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.4
3. Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh
karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha
4
Wahyudi ari Ssi 2008. Iman islam dan ihsan (https://muslim.or.id )
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan
atau kekurangan, baik dalam hal materi referensi atau penulisan. Oleh
karena itu, penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada
pembaca serta meminta kritik dan saran agar penyusunan makalah
berikutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shieddieqy, M. Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid Kalam, Cet. Ke-
6, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Dr. Marzuki, M.Ag, Pendidikan Agama Islam, hal. 37-49.
Sodikin, R. Abuy, Konsep Agama dan Islam.
Fauzan, Syaikh Sholih, At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, hlm. 64.
Wahyudi ari Ssi, Iman islam dan ihsan, 2008.
http://ichawkhoirunnisa.blogspot.com/2016/06/konsep-iman-islam-dan-ihsan.html
5
At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64