Anda di halaman 1dari 20

KONSEP ISLAM SEBAGAI AGAMA

(ISLAM, IMAN DAN IHSAN)


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Worldview Islam

Disusun Oleh :
1. Adityo Wiwit Kurniawan
2. Teja Artyoso

Dosen Pengampu :
Al-Ustadz Irkham Firdaus, S.H, M.H

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
PONOROGO-INDONESIA
1440/2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas segala bentuk
rahmat, nikmat, serta inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berkaitan dengan "Konsep Islam Sebagai Agama (Islam, Iman dan
Ihsan)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat-sahabat beliau, serta pengikut
yang setia kepada beliau sampai akhir zaman.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah keilmuan dan
wawasan bagi para pembaca yang budiman. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami haturkan terimakasih banyak kepada para dosen, terutama dosen
dalam mata kuliah Studi Worldview Islam yaitu Ustadz Irkham Firdaus, S.H,
M.H, karena berkat didikan, dorongan dan motivasi dari beliau akhirnya makalah
ini kami dapat selesaikan sebagaiman mestinya.

Ponorogo, 02 Agustus 2019


Penyusun

Konsep Islam Sebagai Agama - 2


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................ 2
Daftar Isi ................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................ 5
Bab II Pembahasan
A. Konsep Agama .....………………………………........................ 6
B. Konsep Islam Sebagai Agama ..........................................................7
1. Definisi Islam..............................................................................7
2. Ciri Khusus Agama Islam...........................................................9
3. Ciri-ciri Agama Islam................................................................10
4. Peran Islam................................................................................10
5. Dasar-dasar Islam......................................................................11
6. Sumber-sumber Ajaran Islam....................................................12
7. Karakteristik Islam....................................................................12
C. Konsep Islam, Iman dan Ihsan .......................................................15
1. Islam..........................................................................................15
2. Iman..........................................................................................16
3. Ihsan.........................................................................................17
Bab III Penutup
A. Kesimpulan.....................................................................................19
B. Saran ..............................................................................................19
Daftar Pustaka .......................................................................................20

Konsep Islam Sebagai Agama - 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama, juga dikenal kata
Din dari bahasa Arab. Din dalam bahasa Semit berarti Undang-undang
atau hukum. Dalam bahasa Arab, Din berarti menguasai, menundukkan,
patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Artinya agama memang mempunyai
peraturan-peraturan yang harus ditaati. Agama selanjutnya memang
menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan
dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Dalam pengertian di atas,
terdapat kesejalanan dengan makna Islam sebagai agama seperti yang
diungkapkan al-Maududi, bahwa ternyata dari segi hakikat, Islam adalah
agama semesta, karena Islam maknanya ialah berserah diri dan patuh
kepada perintah dari yang memberi perintah, dan larangan-Nya tanpa
membantah, sebagaimana tunduknya makhuk-makhluk lainnya, seperti
bumi, bulan, matahari,
mereka itu adalah muslim.
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-
ketentuan ibadah dan mu’amalah (syari’ah), yang menentukan proses
berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati. Agama
Islam mencakup tiga hal, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Islam berbicara
masalah lahir, Iman berbicara masalah batin, dan Ihsan mencakup
keduanya. 
Adapun tentang Iman , Islam dan Ihsan maka seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman.
Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika
dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih
dalam ibadah.  Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan)
dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal
tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala
aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

Konsep Islam Sebagai Agama - 4


Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW di yakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-Quran dan Hadist, tampak amat ideal dan
agung. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber
dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadist yang memuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam
(akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan ra’yu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya. Mempelajari agama
Islam merupakan fardhu ‘ain, yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Faedah akhlak bukan hanya dirasakan oleh manusia dalam
kehidupan perseorangan, berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara.
Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan akan
lebih rendah derajatnya dari pada binatang. Dalam Al-Quran banyak yang
menyebutkan tentang akal, maka para ulama menjadikan akal sebagai sumber
hukum yang ketiga di dalam ajaran Islam. Hasil dari akal inilah yaitu ra’yu yang
pelaksanaannya adalah melalui ijtihad. Untuk memahami sumber-sumber hukum
Islam di atas akan dijabarkan secara terinci mulai dari Al-Quran, Al-Hadits atau
Al-Sunnah dan Ijtihad.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di bab Latar Belakang, penulis dapat
merumuskan masalah atas makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Konsep Agama
2. Konsep Islam Sebagai Agama
3. Konsep Islam, Iman dan Ikhsan

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep Agama
2. Untuk mengetahui konsep Islam sebagai Agama
3. Untuk mengetahui konsep Islam, Iman, dan Ikhsan

Konsep Islam Sebagai Agama - 5


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Agama
Beragama merupakan insting manusia yang sangat mendalam dan
orisinil, karena bersumber kepada dua hal penting yang tidak mampu
ditolak oleh manusia pada umumnya. Pertama, perasaan akan kelemahan
diri manusia di hadapan fenomena diri dan alam semesta. Kedua, perasaan
bahwa terdapat sumber dari segala kekuatan yang ada. Sumber kekuatan
inilah yang kemudian mengatur dan mengendalikan seluruh jagad raya ini
termasuk manusia. Menemukan dan meyakini adanya sumber dari segala
kekuatan yang disebut “Tuhan” itulah yang disebut dengan agama.
Sementara komunitas yang meyakini, disebut komunitas umat beragama
Pengertian agama sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu, agama
secara etimologi (bahasa) maupun terminologis (istilah konsep). Secara
bahasa, agama berasal dari bahasa Sansekerta (a) yang berarti tida dan
(gama) yang berarti rusak atau kacau. Sehingga agama berarti tidak rusak
atau tidak kacau. Hal ini bermakna bahwa agama dapat membawa
pengikutnya kepada kondisi jauh dari kerusakan atau kekacauan.
Sementara dalam bahasa Arab, agama diterjemahkan dari kata “al-
din”. Akar kata “al-din” adalah dana yang memiliki beberapa arti :
Pertama, danahu bermakna “malakahu” (memilikinya), “wa
hakamahu” (berkuasa atasnya), “wa sasahu” (mengaturnya), “wa
dabbarahu” (mengorganisasi), “wa qaharahu” (memaksanya), “wa
hasabahu” (menghitunganya), “wa qada di sya’ nihi’ (memutuskan dalam
urusannya), “wa jazahu” (memberinya imbalan), “wa kafa’ahu”
(memberi apresiasi).
Dalam pemakaian kata seperti disebut di atas, lafal ”al-din” memuat
makna “kerajaan” dan semua aktivitas yang berkaitan dengan kerjaan dan
kekuasaan seperti pengaturan, kekuasaan, pemaksaan, control, pemberian
apresiasi dan sanksi. Makna ini sangat relevan dengat “malik yawm al-

Konsep Islam Sebagai Agama - 6


din”, yang berarti Yang Memiliki/Berkuasa atas Hari Pembalasan (Hari
Penghitung dan Pemberian Sanksi/Apresiasi).
Jadi agama-dalam konteks lafal ini-memuat pengertian pengakuan
terhadap dzat yang merupakan Rajadiraja, Maha Memiliki, Maha
berkuasa, Maha Mengatur, Maha memberi apresiasi, dan sanksi , Maha
memaksa dan Maha segalanya
Menurut Syed Naquib al-Attas menjelaskan bahwa manusia
sejatinya berhutang kepada Tuhan; Penciptanya dan Penyedianya, karena
menjadikannya memilki eksistensi dan memeliharanya dan keberadaanya;
sebab manusia sebelumnya bukan apa-apa dan tidak ada, dan kini dia ada,
sebagaimanna firman Allah dalam QS.al-Insan [76] ayat 1, “Bukankah
telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu
belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”1
Secara Terminologi, definisi yang diajukan oleh Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya”.2
Intiya, unsur penting agama ada dua hal yaitu “ketuhanan” dan
“penyembahan”. Sehingga, agama pada hakikatnya merupakan “keyakinan
adanya Zat yang gaib, Yang Mahatinggi, yang memiliki perasaan dan
pilihan, bertindak dan mengatur segala urusan yang terkait dengan
manusia dan alam semesta. Keyakinan inilah yang kemudian mendorong
munculnya perasaan memohon kepada Zat Yang Mahatinggi tersebut
dengan harap dan cemas, serta dalam kondisi ketundukan dan kepasrahan
serta pengagungan”.

B. Konsep Islam Sebagai Agama


1. Definisi Islam
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya
guna diajarkan kepada manusia. Ia dibawa secara kontiniu dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya. Ia adalah rahmat, hidayah dan petunjuk
bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, sebagai

1
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: Institut Antar
Bangsa Pemikiran dan Tamaddun Islam [ISTAC], 2001)
2
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Luring, dari kata “agama”

Konsep Islam Sebagai Agama - 7


perwujudan dari sifat rahman dan rahim Allah. Ia juga merupakan agama
yang telah sempurna (penyempurna) terhadap agama (syari'at-syari'at)
yang ada sebelumnya. Sebelum masa risalah Nabi Muhammad SAW,
Islam masih bersifat lokal. Ia hanya ditujukan untuk kepentingan bangsa
dan daerah tertentu, dan terbatas pada periodenya. Selanjutnya Islam yang
datang kepangkuan risalah Nabi Muhammad SAW berlaku untuk seluruh
bangsa dan dunia. Islam sebagai agama mempunyai makna bahwa Islam
memenuhi tuntutan kebutuhan manusia dimana saja berada sebagai
pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi, maupun bagi kehidupan
sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana cara
berhubungan dengan Tuhan atau Khaliknya, serta aturan bagaimana
caranya berhubungan dengan sesama mahluk, termasuk
hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup.
Dalam perjalanannya ajaran Islam kemudian berubah-ubah di tangan
para pengikutnya sepeninggal nabi pembawanya. Umat Nabi Musa tidak
lagi bisa mempertahankan Islam yang diajarkan Nabi Musa, begitu juga
umat Nabi Isa tidak lagi mempertahankan Islam yang diajarkan Nabi Isa.
Kedua agama ini hingga sekarang masih dianut oleh sebagian besar umat
manusia dengan segala perubahan yang dilakukan oleh para penganutnya.
Karena tidak lagi mengajarkan prinsip tauhid, kedua agama itu tidak lagi
bisa disebut Islam. Melalui Al-Quran, Allah memberikan nama khusus
untuk kedua agama tersebut, yakni Yahudi untuk agama yang dianut oleh
para pengikut Nabi Isa. Ajaran ketuhanan dalam kedua agama ini sudah
jauh berubah dari prinsip tauhid, dan sudah mengarah kepada syirik, yakni
mengakui keberadaan Tuhan di samping Allah. Dari semua Islam yang
ada tersebut, tinggal Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. yang
hingga sekarang masih tetap mempertahankan ajaran tauhid dan semua
ajaran lain yang secara rinci telah termaktub dalam kitab suci Al-Quran.
Kitab Al-Quran yang masih tetap autentik memberi jaminan akan
orisinalitas ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Hingga
sekarang, Islam inilah yang merupakan agama terakhir yang berlaku untuk
semua umat manusia hingga akhir zaman.
Sebagai agama terakhir, Islam (din al-Islam) memiliki kedudukan
yang istimewa dari agama samawi sebelumnya, yaitu:

Konsep Islam Sebagai Agama - 8


b. Penyempurna dari agama samawiyah sebelum Nabi Muhammad SAW yang
terbatas oleh ruang dan waktu serta pengikut tertentu. Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW bersifat universal tanpa terbatas oleh ruang dan waktu,
untuk siapa saja, kapan saja dan di manapun manusia berada. Allah SWT juga
menegaskan:

‫يت لَ ُك ُم ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ َم ِد ٗين ۚا فَ َم ِن‬


ُ ‫ض‬ ِ ‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ نِ ۡع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ۡٱليَ ۡو َم أَ ۡك َم ۡل‬
ُ ۡ‫ت لَ ُكمۡ ِدينَ ُكمۡ َوأَ ۡت َمم‬
٣ ‫يم‬ٞ ‫َّح‬ ِ ‫ور ر‬ٞ ُ‫ف إِّل ِ ۡث ٖم فَإ ِ َّن ٱهَّلل َ َغف‬
ٖ ِ‫ص ٍة غ َۡي َر ُمتَ َجان‬َ ‫ٱضطُ َّر فِي َم ۡخ َم‬ ۡ
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah
Aku cukupkan nikmat-Ku untukmu dan Aku pilih (ridla) Islam sebagai
agamamu.” (QS. al-Maidah (5): 3).
Dengan turunnya ayat tersebut, selesailah tugas Nabi Muhammad untuk
menyatukan umat yang beragama Samawi secara keseluruhan di bawah
naungan Islam.
b. Islam mengontrol ajaran-ajaran pokok dari agama samawi yang ada sekarang
ini. Agama samawi yang masih ada hingga sekarang (Yahudi dan Nasrani)
sudah mengalami perubahan yang cukup berarti, terutama menyangkut konsep
ketuhanannya. Ajaran mereka ini dikontrol oleh Islam melalui fiman Allah
SWT:

٤ ‫ َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ۢ ُد‬٣ ‫ لَمۡ يَلِ ۡد َولَمۡ يُولَ ۡد‬٢ ‫ص َم ُد‬
َّ ‫ ٱهَّلل ُ ٱل‬١ ‫قُ ۡل هُ َو ٱهَّلل ُ أَ َح ٌد‬
Artinya: “Katakanlah: (Dia lah Allah Yang Maha Esa), Allah adalah Tuhan
bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dan tiadalah beranak dan tiada pula
diperanakan. Dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (QS.
alIkhlas [112]: 1-4)
c. Islam mengakui semua para nabi/rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad
tanpa membedakan satu sama lain karena ajarannya sama, yaitu tauhid. Yang
membedakan di antara mereka adalah dalam hal pelaksanaan hukum (syariah).

Sebagai agama terakhir, Islam merupakan agama yang universal.


Keuniversalan tersebut sebagaimana dikemukakan di atas, antara lain
bahwa Islam memenuhi unsur-unsur sebagai agama dunia (universal) dan
agama kemanusiaan, sebagaimana dikemukakan Hasbi Ash Shiddieqi3
dengan unsur pokok yaitu:

3
M. Hasbi Ash Shieddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid Kalam, Cet. Ke-6, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992)

Konsep Islam Sebagai Agama - 9


Pertama, mempunyai daya hidup sepanjang masa, berkembang dan
dapat terus berjalan melalui perkembangan sejarah dari masa ke masa
hingga akhir zaman.
Kedua, mempunyai daya cakup dan melengkapi segala kebutuhan
kemanusiaan dalam bidang hukum dan tata aturan.

2. Ciri Khusus Agama Islam


Menurut Yusuf Qardawi, agama Islam mempunyai beberapa ciri khusus
antara lain :

a. Rabaniyyah
Rabaniyyah adalah agama yang tujuan akhirnya berhubungan baik
dengan Allah. Tujuan dan mengharapkan ridho-Nya.
b. Insaniyyah
Insaniyyah adalah agama yang sesuai dengan jiwa manusia. Semua
perintah dan larangan-Nya bermanfaat untuk dirinya sendiri. Jadi Islam
sangat menekankan kemanusiaan.
c. Syumuliyyah
Syumuliyyah adalah agama yang berlaku secara universal. Artinya
agama yang berlaku bagi semua zaman, semua kehidupan dan semua
tempat. Dapat di terima oleh semua manusia  di dunia sampai akhir masa.
d. Wasatiyyah
Wasatiyyah adalah agama yang bersifat moderat. Agama yang
mengajarkan pada pemeluknya agar tidak condong pada kehidupan materi
saja akan tetapi dapat memperhatikan keseimbangan  kehidupan dunia dan
akhirat, spiritual dan material.

3. Ciri-ciri Agama Islam


Ciri-ciri agama Islam ada dua, yaitu :
a. Agama Fitrah
Agama fitrah artinya agama Islam ini merupakan agama yang suci
sebagaimana hati nurani manusia yang suci dan bersih.
b. Agama Tauhid

Konsep Islam Sebagai Agama - 10


Agama tauhid dalam arti bahwa semua pemeluk agama Islam mengkaji
ke-Esa-an Allah bahwa Tuhan mereka hanya satu yaitu Allah SWT.

4. Peran Islam
Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia yang meliputi :
a. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”. (QS.51: 56)
b. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
(QS.5:2).
c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Sesuai firman yang berbunyi :
”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmuran”. (QS.11:61)

5. Dasar-dasar Islam
Untuk mengetahui dasar-dasar Islam secara singkat dapat dikemukakan
di beberapa ayat al-Quran yang dapat memberikan gambaran makna dan
pemahaman tentang Islam. Jika kita mengkaji al-Quran, dapat ditemukan bahwa
kata Islam disebut sebanyak 8 kali dalam Al-Quran. Dari 8 ayat ini sebenarnya
ada empat dasar yang dapat menjelaskan pemahaman kita tentang Islam, yaitu:
a. Islam adalah agama yang benar di sisi Allah. Maksudnya adalah bahwa Islam
merupakan satu-satunya agama yang diakui kebenarannya oleh Allah.

‫إِ َّن ٱل ِّدينَ ِعن َد ٱهَّلل ِ ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ ۗ ُم‬


Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali ‘Imran [3]: 19).
b. Agama selain Islam tidak akan diterima di sisi Allah Maksudnya adalah
bahwa Allah tidak akan menerima seseorang yang memeluk agama selain
Islam, seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lainnya. Semua yang
dilakukan oleh penganut agama selain Islam dalam rangka pengamalan

Konsep Islam Sebagai Agama - 11


agamanya akan sia-sia, karena tidak akan diperhitungkan oleh Allah sebagai
amal baiknya. Allah menegaskan hal ini dengan firman-Nya:

٨٥ َ‫َو َمن يَ ۡبت َِغ غ َۡي َر ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ ِم ِد ٗينا فَلَن ي ُۡقبَ َل ِم ۡنهُ َوهُ َو فِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِمنَ ۡٱل ٰخَ ِس ِرين‬
Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 85).
c. Islam adalah agama hidayah Allah, maksudnya adalah bahwa orang yang
memeluk atau menganut agama Islam bukan semata-mata atas kehendaknya
sendiri, melainkan atas petunjuk atau hidayah dari Allah Swt. Allah SWT
berfirman:

‫ضيِّقًا‬ ِ ‫ص ۡد َرهۥُ لِإۡل ِ ۡس ٰلَ ۖ ِم َو َمن ي ُِر ۡد أَن ي‬


َ ‫ُضلَّهۥُ يَ ۡج َع ۡل‬
َ ُ‫ص ۡد َرهۥ‬ َ ‫فَ َمن ي ُِر ِد ٱهَّلل ُ أَن يَ ۡه ِديَ ۥهُ يَ ۡش َر ۡح‬
١٢٥ َ‫س َعلَى ٱلَّ ِذينَ اَل ي ُۡؤ ِمنُون‬ َ ‫ك يَ ۡج َع ُل ٱهَّلل ُ ٱلرِّ ۡج‬ َ ِ‫ص َّع ُد فِي ٱل َّس َمٓا ۚ ِء َك ٰ َذل‬
َّ َ‫َح َر ٗجا َكأَنَّ َما ي‬
Artinya:“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk
agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang
mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman.” (QS. al-An’am [6]: 125).
Dari tiga ayat ini dapat diketahui bahwa hidayah Islam itu merupakan karunia
dan nikmat dari Allah SWT kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

6. Sumber-sumber Ajaran Islam


Berdasarkan ayat-ayat al-Quran, khususnya QS. al-Nisa’ (4): 59 dan
salah satu hadis Nabi Muhammad saw. yang terkenal dengan hadis Muadz, karena
hadis ini terkait dengan apa yang akan dilakukan oleh shahabat Muadz bin Jabal,
dapat dipahami bahwa sumber ajaran Islam ada tiga macam, yaitu al-Quran,
Sunnah, dan ijtihad. Al-Quran sebagai sumber pertama kebenarannya mutlak,
meskipun pemahaman terhadapnya menjadi relatif. Sunnah atau hadis sebagai
sumber kedua tidak sama dengan Al-Quran. Secara wurud (sampainya kepada
kita) hadis tidak semuanya autentik seperti Al-Quran. Hadis ada yang shahih
(benar/autentik), ada yang hasan (baik/semi autentik), dan ada yang dlaif
(lemah/tidak autentik). Fungsi hadis yang pokok adalah sebagai penjelas dari Al-
Quran. Ijtihad sebagai sumber ketiga memberikan uraian yang lebih rinci di
samping penjelasan al-Quran dan hadis. Ijtihad diperlukan untuk menjawab

Konsep Islam Sebagai Agama - 12


permasalahan yang muncul karena perkembangan zaman dan pemikiran umat
manusia. Dengan ijtihad inilah Islam akan selalu relevan dengan perkembangan
yang terjadi hingga kapan pun.

7. Karakteristik Islam
Islam sebagai agama yang paling sempurna memiliki karakteristik yang
tidak dimiliki oleh agama manapun yang dianut oleh manusia. Karakteristik inilah
yang menjadikan Islam benar-benar agama yang lengkap dan sempurna.
Sementara itu, Muhammad Yusuf Musa (1988: 14-42) menguraikan sembilan
karakteristik Islam yang tidak akan ditemukan pada agama-agama lain di muka
bumi ini. Sembilan karakteristik itu adalah :
a. Islam mengajarkan kesatuan agama. Artinya, seluruh ajaran agama Islam yang
diturunkan oleh Allah kepada para nabi/rasul-Nya menyatu ke dalam ajaran
Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
b. Islam mengajarkan kesatuan politik. Artinya, Islam mempersilahkan
penganutnya untuk membentuk kelompok atau organisasi dengan berbagai
kepentingannya masing-masing. Namun demikian, yang harus menjadi tujuan
utama dari kelompok-kelompok itu adalah untuk menegakkan agama Islam.
c. Islam mengajarkan kesatuan sosial. Artinya, Islam tidak membedakan latar
belakang sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat, baik keturunan, ras,
gender, warna kulit, maupun hal lain. Yang membedakan manusia di hadapan
Allah Swt. hanyalah ketakwaannya (QS. al-Hujurat [49]: 13).
d. Islam merupakan agama akal dan pikiran. Artinya, semua ajaran Islam sangat
rasional dan dapat diterima oleh akal atau pikiran manusia.
e. Islam adalah agama fitrah dan kejelasan. Artinya, seluruh ajaran Islam sesuai
dengan potensi-potensi bawaan manusia yang sudah ada sejak dilahirkan oleh
sang ibu.
f. Islam adalah agama kebebasan dan persamaan. Artinya, Islam benar-benar
memberikan ajaran pembebasan dari belenggu kejahiliahan dan perbudakan
sesama manusia (makhluk).
g. Islam adalah agama umat manusia seluruhnya. Artinya, Nabi Muhammad saw.
membawa Islam untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Dari manapun
datangnya, ketika seseorang memeluk Islam berarti ia telah menjadi umat Nabi
Muhammad saw. (umat Islam).

Konsep Islam Sebagai Agama - 13


h. Islam tidak memisahkan urusan agama dan negara. Artinya, Islam tidak
memisahkan secara khusus masalah-masalah negara (urusan keduniaan)
dengan masalah-masalah agama. Kedua masalah itu saling terkait dalam Islam.
Islam bukan agama sekuler dan tidak menerima sekularisme, suatu paham yang
memisahkan urusan agama dari negara.
i. Islam menetapkan hak-ahak asasi manusia. Seluruh hak asasi manusia dijamin
dalam islam, begitu juga kewajiban-kewajibannya diatur oleh Islam. Melalui
Al-Quran bisa dilihat ketentuan-ketentuan mengenai hak asasi manusia
tersebut.
Sebagai agama terakhir, Islam juga berisikan prinsip-prinsip ajaran yang
menyangkut masalah akhirat, maupun masalah kemasyarakatan. Aspek-aspek
integral dari ruang lingkup ajaran Islam tidak saja bisa menjawab persoalan-
persoalan pribadi, tapi juga persoalan sosial kemasyarakatan.
Bidang-bidang agama dalam ajaran Islam, secara garis besar meliputi tiga
hal, yaitu : Aqidah, Syari'ah dan Akhlak. Berikut ini adalah uraiannya.
1. Aqidah
Kata aqidah berasal dari kata 'aqada, yaqidu, aqdan atau aqidatan,
yang berarti mengikatkan. Sedangkan secara istilah, pengertian aqidah
sering disamakan dengan pengertian keimanan. Sayid Sabiq dalam
mendefinisikan aqidah atau keimanan, mengajukan enam pengertian dari
aqidah atau keimanan, yaitu:
a. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-nama-Nya yang tinggi.
b. Ma’rifat terhadap alam yang ada dibalik alam semesta ini.
c. Ma’rifat terhadap kitab-kitab Allah SWT.
d. Ma’rifat terhadap Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang dipilih Allah.
e. Ma’rifat terhadap hari akhir dan peristiwa yang berkaitan dengan itu seperti
kebangkitan dari kubur (hidup sesudah mati).
f. Ma’rifat terhadap takdir (qadha dan qadar).
Memperhatikan uraian diatas, tampaklah bahwa aqidah identik dengan
rukun iman yang enam dan sesuai dengan kandungan ayat berikut ini:
“Hai orang-orang yang beriman, yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang diturunkan-Nya terdahulu. Barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh
jauhnya".(Q.S. An-Nisa: 136).

Konsep Islam Sebagai Agama - 14


2. Syari'ah
Dalam konteks kajian hukum Islam, yang dimaksud syari'ah adalah
kumpulan norma hukum yang merupakan hasil dari tasyri’. Kata tayri’
juga merupakan bentuk masdar dari syari'ah, yang berarti menciptakan dan
menetapkan syari'ah. Syari'ah mencakup dua hal, yaitu: aspek ibadah dan
aspek muamalah. Yang dimaksud dengan ibadah ialah mengetahui
ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan penghambaan seorang
mukalaf kepada Allah sebagai Tuhannya. Sedangkan pengertian
muamalah dapat ditelusuri dari kajian fiqh muamalah, yang mencakup
pembahasan tentang ketentuan-ketentuan hukum mengenai kegiatan
perekonomian, amanah dalam bentuk titipan dan pinjaman, ikatan
kekeluargaan, proses penyelesaian perkara lewat pengadilan, dan termasuk
juga masalah distribusi harta warisan.

3. Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti
budi pekerti. Sinonimnya etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin,
etas yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa Latin, mores, juga
berarti kebiasaan. Dalam masyarakat Indonesia, istilah yang sering
digunakan ialah budi pekerti. Kata akhlak yang berasal dari kata khulqun
atau khuluqun mengandung segi-segi persesuaian dan erat hubungannya
dengan khalik dan mahluk. Karena memang akhlak juga mengatur
hubungan (tata hubungan) manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
manusia lainnya (mahluk hidup), dan manusia dengan alam semesta.

C. Konsep Islam, Iman dan Ihsan


1. Islam
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang secara
kebahasaan berarti 'Menyelamatkan'. beberapa istilah terpenting dalam
pemahaman mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar
dari kata Salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari
bahasa Arab Aslama, yang bermakna "untuk menerima, menyerah atau tunduk".
Boleh juga dikatakan bahwasanya islam mempunyai dua pengertian:

Konsep Islam Sebagai Agama - 15


Pertama, mengaku dengan lidah, yang dengan pengakuan itu, terpeliharalah darah
walaupun hati tidak membenarkan.
Kedua, mengaku dengan lidah, membenarkan dengan hati, mengerjakan dengan
anggota, menyerahkan diri kepada allah ,serta menerima ketetapan-ketetapan-Nya
dengan ridla dan suka hati. Inilah ma’na yang benar-benar dimaksudkan.

ِ ‫ال رسو ُل‬ ِ ‫ يا حُمَ َّمد أ ْ رِب‬:‫ال‬ ِ ِ


‫اهلل صلى اهلل عليه‬ ْ ُ َ َ ‫ َف َق‬،‫َخ ْ يِن َع ِن اْ ِإل ْسالَم‬ َ َ َ‫َعلَى فَخ َذيْه َوق‬
‫يِت‬ َّ ‫اهلل َوتُِقْي َم‬
َ ‫الصالََة َو ُت ْؤ‬
ِ ‫َن حُم َّم ًدا رسو ُل‬ ِ ِ ِ
ْ ُ َ َ َّ ‫ اْ ِإلسالَ ُم أَ ْن تَ ْش َه َد أَ ْن الَ إلَهَ إالَّ اهللُ َوأ‬: ‫وسلم‬

ً‫ت إِلَْي ِه َسبِْيال‬


َ ‫استَطَ ْع‬
ِ ‫ وحَتُ َّج الْبي‬  ‫ضا َن‬
ْ ‫ت إِن‬
َ َْ َ َ ‫ص ْو َم َر َم‬ َّ
ُ َ‫الزكاََة َوت‬
(“ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa
tidak ada Illah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan dan pergi haji jika mampu “). (HR. Muslim)
2. Iman
Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan
dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa berasal dari kata Aaman-
Yu’minu-Iimaanan artinya meyakini atau mempercayai.
Iman, ialah: “tashdiq yang benar dan teguh yang disertai oleh ketundukkan
jiwa menerima dan menyerah “. Tanda-tandanya yang tidak terlepas dari padanya,
ialah: mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang di kehendaki oleh akuan jiwa itu.
Dengan ibarat yang lain boleh kita katakan iman,ialah : ketundukan ruh (jiwa)
kepada kebenaran dan mengakui benarnya kebenaran  itu. Dan  tunduk hati itu
tidaklah berhasil jika belum terkumpul:
a.      membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi)
b.      mengakui dengan lidah (iqrar lisani) dan
c.      mengerjakan dengan anggota (amal rukni)
Iman pula berasal daripada kata dasar al-amn yang berarti aman yaitu tiada
rasa takut. Pengertian iman dari segi istilah ialah mempercayai Allah SAW dan
rasul-Nya dengan pengucapan lidah dan kepercayaan dalam hati tanpa rasa syak
dan ragu.

Konsep Islam Sebagai Agama - 16


Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan “Qaulun wa amalun
wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan
niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah .

ِ ‫اهلل ومالَئِ َكتِ ِه و ُكتُبِ ِه ورسلِ ِه والْيوِم‬


‫اآلخ ِر َو ُت ْؤ ِم َن‬ ِ ِ ِ ِ َ‫فَأَخرِب يِن ع ِن اْ ِإلمْي‬
َْ َ ُ ُ َ َ َ َ ‫ أَ ْن ُت ْؤم َن ب‬: ‫ال‬
َ َ‫ان ق‬ َ ْْ
‫بِالْ َق َد ِر خَرْيِ ِه َو َشِّر ِه‬
(“ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “). (HR.
Muslim)
Supaya kita terhindar dari hal-hal yang dibenci oleh Allah maka harus
beriman kepada Allah dengan mengamalkan rukun iman.
Supaya iman kita tidak goyah dan rusak maka harus dihindari sifat-sifat
sebagai berikut:

a. Sifat munafik, yaitu orang yang pada lahirnya menunjukkan beriman, tetapi
dalam batinnya tidak percaya sedikitpun. Mereka adalah manusia yang
berpura-pura, mereka yang sikap lahirnya berbeda dengan sikap batinnya
merasa lebih kuat dan takut pada kenyataan.
b. Sifat Fasik, yaitu keluar dari jalan yang benar atau durhaka atau orang yang
melanggar aturan Allah.
c.   Sifat kafir, yaitu tidak adanya pengakuan terhadap Allah dan Rasulnya.
d. Sifat murtad, yaitu orang yang keluar dari agama Islam dalam keadaan
berakal dan sadar.
e. Sifat riya, yaitu sifat yang melakukan sesuatu amal perbuatan untuk mencari
pujian atau sanjungan dari orang lain.
f. Sifat takabur, yaitu sikap yang merasa dirinya lebih pintar, lebih tinggi,
memandang orang lain lebih kecil dan rendah.

c. Ihsan
Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau
“terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa

Konsep Islam Sebagai Agama - 17


sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Menurut Imam Nawawi, ihsan akan
mendorong seseorang agar sentiasa ikhlas dalam beribadat dan mengerjakan
ibadat karena Allah SWT semata-mata.
Ar-Raghib Al-ashfahanii dalam kitab Al-Mufradat berkata: “ihsan diartikan
dengan dua arti:
Pertama, memberikan ni’mat (kebajikan) kepada orang lain.
Kedua,mengetahui dengan baik sesuatu pengetahuan dan mengerjakan dengan
baik sesuatu perbuatan.

‫َّك َتَراهُ فَِإ ْن مَلْ تَ ُك ْن َتَراهُ فَِإنَّهُ َيَر َاك‬ ِ ‫فَأَخرِب يِن ع ِن اْ ِإلحس‬
َ ‫ أَ ْن َت ْعبُ َد اهللَ َكأَن‬:‫ قَ َال‬،‫ان‬ َْ َ ْْ
(“ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau”)
Ihsan itu,  lebih lengkap dari memberikan ni’mat. Allah memerintahkan kita para
hamba berbuat adil dan ihsan. Dari perintah itu dipahamkan bahwaanya ihsan,
lebih tinggi dari adil.
Adil, ialah: “memberikan hak orang yang ada pada kita dan mengambil dari orang
apa yang menjadi hak kita”. Adapun ihsan, ialah: “memberi lebih banyak dari
yang semestinya dan mengambil lebih kurang dari yang semestinya”. Ihsan lebih
tinggi dari adil, karena itulah adil diwajibkan, sedang ihsan dalam pengertian ini,
tidak diwajibkan. Demikianlah pengertian ihsan menurut lughah.
Dalam suatu hadits nabi s.a.w bersabda:

                                         ‫لى ُك ِّل َش ْي ٍء‬ ِ َ‫اِ َّن اهلل َكت‬


َ ‫ب اال ْح َسا َن َع‬
َ َ
“Sesungguhnya  Allah telah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu”.
Maka pahamkanlah, bahwasanya allah mewajibkan ihsan dalam segala
perbuatan kita yang kita hadapkan kepada allah, baik amalan hati, maupun amalan
jawarih. Pokok modal dari ihsan ialah: ikhlas. Jalan yang menghasilkan ikhlas,
ialah: menganggap bahwa kita dikala sedang beribadat, berdiri dihadapan Allah,
kita melihat dan kita memandang akan dia, kita dengar pembicaraanya. Hal yang
demikian ini menyebabkan kita berdaya upaya mengkhusyu’kan diri dan
membaguskan pekerjaan yang kita lakukan. Atau mengerjakannya dengan segala
kepandaian dan kecakapan yang ada pada kita. Inilah jalan yang pertama.

Konsep Islam Sebagai Agama - 18


Jika jalan ini tak dapat kita tempuh, hendaklah kita tempuh jalan yang kedua,
yaitu: hendaklah kita berperasaan bahwasanya Allah melihat dan memandang
segala gerak-gerik kita, satupun tak ada yang luput dari penglihatannya.
Dengan uraian ini tegaslah bahwasanya ihsan, adalah ikhlas dan
ikhlas itu adalah jiwa kepercayaan (akidah dan jiwa ibadat anggota sesuatu
yang aqidah yang tidak berdasar ikhlas (ihsan) tidaklah diterima.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan :
1. Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama Islam
yang sesuai dengan dalil .
2. Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan
Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari
dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan
mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan
merupakan perwujudan dari Iman dan Islam, yang sekaligus merupakan
cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.4
3. Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh
karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha

4
Wahyudi ari Ssi 2008. Iman islam dan ihsan (https://muslim.or.id )

Konsep Islam Sebagai Agama - 19


dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat
tersebut.
4. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah
sikap aktif untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari
iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan
islam itu sendiri.
Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki
tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya.
Tingkatan pertama yaitu Islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu
adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan 5

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan
atau kekurangan, baik dalam hal materi referensi atau penulisan. Oleh
karena itu, penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada
pembaca serta meminta kritik dan saran agar penyusunan makalah
berikutnya bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Naquib al-Attas, Syed Muhammad, Risalah untuk Kaum Muslimin, Kuala


Lumpur: Institut Antar Bangsa Pemikiran dan Tamaddun Islam [ISTAC],
2001.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Luring.

Ash Shieddieqy, M. Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid Kalam, Cet. Ke-
6, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Dr. Marzuki, M.Ag, Pendidikan Agama Islam, hal. 37-49.
Sodikin, R. Abuy, Konsep Agama dan Islam.
Fauzan, Syaikh Sholih, At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, hlm. 64.
Wahyudi ari Ssi, Iman islam dan ihsan, 2008.
http://ichawkhoirunnisa.blogspot.com/2016/06/konsep-iman-islam-dan-ihsan.html

5
At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64

Konsep Islam Sebagai Agama - 20

Anda mungkin juga menyukai