Anda di halaman 1dari 17

SOSIOLOGI SEBAGAI PROSES SOSIAL

Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi

Dosen Pengampu
Dr. Pudjo Suharso, M.Si
Lisana Oktavisanti, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:
1) Dicky Wahyudi (180210301010)
2) Sofiyatul Laila (180210301021)
3) Arifah Wafda Nadiyya (180210301030)
4) Zuhad Agil Ramadhan (180210301042)
Kelompok D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUA DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan segala limpahan rahmat,
berkah, dan karunia-Nya kami dapat menyelesikan makalah ini dengan lancer
walaupun terdapat hambatan dalam pengerjaannya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuuan
dari berbagai pihak serta kerja sama anatar anggota sehingga dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu karena telah membimbing kami dalam menyusun makalah yang
berjudul “Sosiologi Sebagai Proses Sosial”.
Walaupun begitu, kami menyadari baahwa masih banyak kesalahan dalam
pengerjaan makalah ini, untuk itu kami menerima segala kritik dan saran dari
pembaca agar dapat memperbaikinya. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 23 Maret 2021


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Sosiologi..................................................................................3

2.2 Definisi Proses Sosial................................................................................4

2.3 Bentuk-Bentuk Proses Sosial....................................................................5

2.4 gg...............................................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan..............................................................................................10

3.2 Saran........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia
sebagai individu akan selalu membutuhkan individu lain sehingga manusia dapat
bertahan hidup. Dalam konteks ini, sosiologi berperan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan antar manusia. Sosiologi berasal dari bahasa latin yakni
socios yang berarti kawan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia
dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Perkembangan ilmu
sosiologi akan terus mengalami perkembangan dengan menyesuaikan keadaan
zaman yang tentu akan merupah pola perilaku manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dengan demikian sosiologi merupakan ilmu yang bersifat
akumulatif.
Menurut Meyer F. Nimkoff, terdapat 7 (tujuh) obyek kajian dalam
sosiologi, yaitu: (1) faktor dalam kehidupan manusia, (2) kebudayaan; (3) sifat
hakiki manusia; (4) kelakuan kolektif; (5) persekutuan hidup; (6) lembaga sosial;
dan (7) perubahan sosial.
Secara spesifik, objek dari kajian sosiologi adalah manusia yang ditinjau
dari segi aspek sosialnya yakni masyarakat. Menurut Elias & Krieken (2005),
yang dimaksud masyarakat dalam kajian objek sosiologi adalah kesatuan hidup
manusia dengan kesatuan masyarakat desa, masyarakat kota, dan lain sebagainya
sebagai kesatuan yang paling mudah untuk diamati (Setiadi, 2020). Namun dalam
beberapa kasus, sosiologi tidak hanyak sekadar untuk memetakan fenomena sosial
yang terjadi, melainkan juga untuk memberikan solusi dan kontribusi guna
mengontrol perubahan sosial dalam masyarakat. Karena hakikatnya manusia
adalah saling berinteraksi dengan manusia lainnya sehingga melahirkan proses-
proses sosial berupa nilai-nilai sosial, norma-norma yang kemudian di anut oleh
anggota masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian dari sosiologi?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan proses sosial?
1.2.3 Apa saja bentuk-bentuk proses sosial?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk pengertian dari sosiologi.
1.3.2 Untuk mengetahui definisi dari proses sosial.
1.3.3 Untuk mengetahui bentuk-bentuk proses sosial.

2
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiologi


Sosiologi berbeda dengan ilmu alam, sosiologi lahir tanpa memiliki
batasan yang pasti atau definisi pokok bahasan yang jelas seperti ilmu sains.
Kendati demikian, para ahli sosiologi bukan berarti tidak memiliki kepastian
dalam membatasi sosiologi. Terdapat titik temu dari berbagai definisi sosiologi
yakni salah satunya adalah sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang hubungan manusia, baik secara individu maupun kelompok.
2.1.1 Sosiologi Menurut Para Ahli
Beberapa definisi sosiologi menurut para ahli adalah sebagai berikut.
a. Ptirim Sorokin, memaparkan bahwasanya sosiologi sebagai suatu ilmu yang
mempelejari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-
gejala sosial seperti gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral,
gerakan masyarakat dan lingkungan, dan lain sebagainya; serta sosiologi
dibatasi dengan hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan
gejala-gejala non-sosial;
b. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff mengemukakan bahwa sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial;
c. Roucek dan Warren berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok;
d. Selo soemarjan dan Soelaiman membatasi sosiologi sebagai ilmu sebagai ilmu
yang memperlajari struktur sosial (keseluruhan dari unsur-unsur sosial yang
pokok seperti kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok
sosial, lembaga sosial) yang berupa pengaruh timbal balik di berbagai
kehidupan masyarakat seperti kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik
termasuk didalamnya adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat; dan
e. William Kornblum mendefinisikan sosiologi sebagai kajian ilmiah yang
berupaya untuk mempelajari masyarakat disertai perilaku sosial anggotanya
dan menjadikan masyarakat dalam berbagai kelompok dan kondisi sosial.
Berdasarkan dari berbagai definisi di atas, dapat diketahui bahwasanya
sosiologi adalah ilmu yang memperlajari tentang hubungan manusia dengan
manusia lainnya yang terbentuk di dalam berbagai kelompok sosial guna
menghindari benturan antar-individu atau dengan kata lain sosiologi adalah ilmu
yang bertumpu pada pola-pola hubungan antar manusia (Setiadi, 2020).

2.2 Definisi Proses Sosial


Proses sosial dapat didefinisikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama atau di dalam kehidupan sosial, misalnya
hubungan antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan
hukum dan sebagainya.
Para ahli sosiologi lebih sering menggunakan istilah proses sosial dengan
interaksi sosial, di mana interaksi merupakan gambaran dari “tindakan atau aksi
seseorang atau kelompok seseorang”. Aksi dan reaksi seseorang inilah
disederhanakan dalam konsep interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan
antar manusia yang bersifat dinamis dan selalu mengalami dinamika. Manusia
dalam melakukan hubungan dengan manusia lainnya bisa terjadi karena hal-hal
berikut.
a. Hubungan antara individu dengan individu lainnya;
b. Individu dengan kelompok;
c. Kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial tidak hanya dijelaskan dalam konsep hubungan timbal
balik antar manusia berdasarkan pola-pola tertentu saja, melainkan juga didasari
pada ciri-ciri dan/atau karakter tertentu. Sehingga interaksi sosial dapat
dikategorikan sebagai suatu interaksi jika memiliki beberapa kriteria tertentu,
yaitu:

4
a. Terdapat pelaku yang jumlahnya lebih dari satu, kriteria ini menjadi mutlak
karena tidak mungkin akan terjadi interaksi bila hanya terdiri dari satu orang
saja yang terlibat dalam proses tersebut;
b. Terdapat komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
Adapun simbol-simbol yang dimaksud adalah benda, bunyi, gerak, maupn
tulisan yang memiliki arti sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi bisa mengetahui atau menafsiri apa yang sedang dilakukannya;
c. Ada dimensi waktu (lampau, kini, dan mendatang) yang menentukan aksi
sedang berlangsung. Interaksi sosial senantiasa terjadi dalam ruang dan waktu
artinya kapan dan di mana;
d. Adanya tujuan-tujuan tertentu terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan oleh pengamat. Interaksi sosial dapat dilihat dari
dua bentuk, yakni integrasi dan konflik.
2.2.1 Unsur-Unsur dalam Interaksi Sosial
Unsur-unsur dalam interaksi sosial terdiri atas 2 unsur yakni tindakan dan
keterkaitan antar tindakan sosial. Tindakan sosial (social action) merupakan unsur
pembentuk interaksi sosial. Interaksi sosial (sosial interaction) mengandung
pengerian sebagai saling tindak (inter-action) yang diagun, dipertahankan dan
diubah oleh dua orang ataulebih. Hal ini mengisyaratkan bahwa tindakan
merupakan unsur utama interaksi sosial. Secara teoritis, tindakan sosial berbeda
dengan interasi sosial. Tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu
atau kelompok di dalam interaksi dan situasi sosial tertentu, sedangkan interaksi
sosial adalah poses dimana individu dengan individu, individu dengan kelompok,
atau kelompok dengan kelompok berhubungan atu dengan yang lain. Ada dua
syarat terjadinya interaksi sosial yaitu :
a. Adanya kontak sosial (social contact) yang dapat berlangsung dalam tiga
bnetuk aitu antara individu, antara individu dengan kelompok, antar
kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak
langsung.
b. Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang

5
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.

2.3 Bentuk-Bentuk Proses Sosial


Secara garis besar, bentuk proses sosial dalam kajian sosiologi dibagi
menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disasosiatif.
2.3.1 Proses Sosial Asosiatif
Proses sosial asosiatif merupakan proses sosial yang di dalam realitas
sosial anggota-anggota masyarakatnya dalam keadaan harmoni yang mengarah ke
kerja sama. Harmoni sosial tersebut akan menciptakan kondisi sosial yang teratur
(social order). Apabila anggota-anggota masyarakat mematuhi tata tertib tersebut
maka pola-pola harmoni sosial akan tercipta yang kemudian harmoni sosial ini
akan membentuk integrasi sosial, yaitu pola sosial di mana para anggota
msyarakatnya berada dalam keadaan bersatu padu menjalin kerja sama.
Adapun proses-proses sosial asosiatif dibedakan menjadi;
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama akan timbul jika orang menyadari bahwa mereka memiliki
kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan memiliki cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan tersebut melalui kerja sama. Bentuk kerja sama dibedakan
menjadi tiga macam:
1) Bergaining process (proses tawar menawar), yaitu pelaksanaan perjanjian
tentang pertukaran berang-barang dan jasa antara dua organisasi atau
lebih;
2) Co-optation (kooptasi), proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan;
3) Coalition (koalisi), kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
memiliki tujuan yang sama. Negara-negara dengan mekanisme politik
yang menganut sistem multipartai, jika dalam pemilu tidak pemenang

6
mayoritas dari masing-masing partai politik atau organisasi peserta pemlu
(OPP), biasanya akan mengadakan koalisi antarpartai untuk membentuk
pemerintahan yang disebut sebagai pemerintahan koalisi. Maksudnya
adalah koalsisi antar partai politik atau OPP.
b. Akomodasi (acomodation)
Akomodasi adalah upaya untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian
atau konflik oleh pihak-pihak yang bertikai yang mengarah pada kondisi ata
keadaan selesainya suatu konflik atau pertikaian. Umumnya akomodasi
diawali dengan upaya-upaya oleh pihak yang bertikai untuk saling
mengurangi pertentangan di antara kedua belah pihak yang menjadi penyebab
pertentangan sehingga intensitas konflik dapat mereda. Bentuk-bentuk
akomodasi adalah sebagai berikut.
1) Koersi (coersion)
Proses akomodasi yang dalam pelaksanannya dilakukan dengan paksaan
atau dengan kekerasan. Biasanya proses ini akan berjalan jika salah satu
pihak yang bertikai memiliki kedudukan yang lebih kuat sedangkan pihak
lainnya berada dalam keadaan yang lemah;
2) Kompromi (compromise)
Proses akomodasi yang mana pihak-pihak yang bertikai saling
mengurangi tuntutan yang menjadi sumber ketegangan untuk mencapai
penyelesaian dalam suatu perselisihan;
3) Arbritasi (arbitation)
Usaha kompromi dari pihak-pihak yang bertikai tidak tercapai
penyelesaian maka hdirlah pihak ketiga yang berperan sebagai pengeah
untuk penyelsaian pertikaian yang sedang terjadi;
4) Mediasi (mediation)
Penyelsaian pertikaian antara dua kelompok atau lebih di mana kedua
belah pihak sudah tidak sanggup mencapai kesepakatan sehingga kedua
belah piahak menghadirkan pihak ketiga. Mediasi hampir serupa dengan
arbitrasi namun dalam mediasi pihak ketiga bersifat netral, yang artinya

7
hanya menjadi penegah atau mediator untuk mendamaikan pihak-pihak
yang bertikai;
5) Konsiliasi (conciliation)
Usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang
saling bertikai guna mencapai persetujuan bersama. Konsiliasi dilakukan
secara resmi melalui wakil-wakil dari pihak yang terlibat;
6) Toleransi (tolerantion)
Salah satu bentuk akomodasi yang tidak direncanakan sehingga terjadi
dengan sendirinya karena tiap-tiap orang memiliki karakter untuk sedapat
mungkin menghindari perselisihan;
7) Stalemate
Bentuk akomodasi yang mana pihak-pihak yang berselisih memiliki
kekuatan yang seimbang sehingga berhenti dengan sendirinya; dan
8) Pengadilan (adjudication)
Merupakan bentuk akomodasi dengan cara menyelesaikan perselisihan
melalui pengadilan.
c. Asimilasi (asimilation)
Proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau antar kelompok
sosial yang diikuti pula usaha-usaha untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap,
dan prose-proses mental dengan memperhatikan kepentingan bersama.
Adapun syarat-syarat terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayannya;
2) Orang perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tersebut saling bergaul
secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama. Tanpa melalui
pergaulan dalam kurun waktu tertentu maka asimilasi tidak akan tercapai;
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-
masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang mempermudah bagi jalannya asimilasi
diantaranyaadalah sebagai berikut.
1) Toleransi;

8
2) Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang;
3) Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya;
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat;
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan;
6) Perkawinan campuran;
7) Adanya musuh bersama dari luar
Sedangkan factor-faktor yang menjadi penghalang bagi terjadinya
asimilasi adalah sebagai berikut.
1) Terisolirnya golongan tertentu di dalam masyarakat (biasanya golongan
minoritas). Terisolirnya suatu golongan sering menjadi hambatan komunikasi
antarkelompok sehingga dapat menyulitkan bagi kelompok tersebut untuk
terjadi asimilasi;
2) Kurang memiliki pengetahuan tentang tentang kebudayaan yang dihadapi
sehingga dengan pengetahuan yang kurang mumpuni akan menimbulkan
salah paham terhadap kebudayaan kelompok lain;
3) Perasaan takut akan kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. Perasaan ini
lebih banyak disebabkan oleh takut atau khawatir terhadap bergesernya
kebudayaan yang sudah menjadi pegangan hidup bagi kelompok tersebut;
4) Perasaan kebudayaan golongan tertentu yang merasa lebih tinggi daripada
kebudayaan kelompok lain. Perasaan ini biasa disebut dengan istilah
superioritas kultural, di mana terdapat kecenderungan kelompok untuk
menganggap kebudayaannya memiliki peradaban yang lebih tinggi dibanding
dengan kebudayaan kelompok lain;
5) Perbedaan ras. Perasaan di mana ras tertentu merasa lebih tinggi
dibandingkan dengn ras lain;
6) Perasaan kekelompokkan yang kuat (in group feeling). Perasaan ini sering
kali disebut dengan istilah etnosentrisme, yaitu sikap yang menjadikan
kebudayaan di dalam kelompoknya sebagai tolak ukur untuk mengukur baik
dan buruknya kebudayaan lain;
7) Golongan minoritas mengalami gangguan dari golongan penguasa;

9
8) Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan biasanya akan menimbulkan
sikap dan tindakan yang berbeda-beda di mana perbedaan tersebut sukar
sekalai untuk dicapai sebuah pembaruan.
Adapun faktor-faktor pendorong terjadinya asosiatif di sebuah masyarakat :
a) Kesamaan asal (daerah) atau bahasa
b) Kesamaan agama
c) Hubungan keluarga
d) Hubungan kerja kesamaan ideologi (diwujudkan dalam sebuah
organisasi)
e) Kesamaan kepentingan
f) Kesamaan tempat tinggal atau domisili
g) Faktor sosial (sebagai makhluk sosial, seorang tidak mungkin dapat
hidup sendiri)
h) Faktor ekonomi ( seseorang membutuhkan oang lain untuk memenuhi
kebutuhannya
i) Faktor pendidikan
2.3.2 Proses Sosial Disasosiatif
Proses disosiatif disebut ula poses oposisi. Oposisi dapat diartikan cara
yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Disosiatif dapat juga diartikan sebagai laan kata dari asosiatif. Karena
memilikitujua yang berbeda atau bertentangan dengan asosiatif.
Bentuk-bentuk disosiatif :
a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan suatu proses ketika ada dua pihak atau lebih saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan
terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas
atau menjadi pusat perhatian umum.
Persaingan dilakukandengan norma dan nilai yang diakui bersama dan
berlaku pada masyarakat tersebut. Persaingan yang disertai dengan kekerasan,
ancaman, atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak
sehat. Persaingan memiliki berbagai fungsi berikut ini:

10
1) Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut
dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semunya secara serentak.
2) Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat terutama
kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
3) Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peran sesuai
dengan kemampuannya.
b. Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya
ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan
secara terbuka. Kontravensi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar
tidak sampai terjadi perselisihan atau konflik secara terbuka. Bentuk kontravensi;
1) Kontravensi umum;
2) Kontravensi sederhana;
3) Kontravensi intensif;
4) Kontravensi rahasia; dan
5) Kontravensi taktis.
c. Pertikaian
Pertikaian merupakan proses social bentuk lanjut dari kontravensi. Dalam
pertikaian perselisihan sudah mulai terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin
tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Pertikaian
muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau
tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewat ancaman atau kekerasan.
d. Konflik
Konflik merupakan suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika
pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan
atau membuat tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang
agaknya sulit untuk didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Perbedaan tersebut
meliputi: cirri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan.
Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat, karena tidak ada
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Baik konflik dalam

11
cakupan kecil maupun besar. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik dalam
masyarakat:
1) Perbedaan individu
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok
4) Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Konflik bisa membawa akibat positif asalkan masalah yang
dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan memang kontruktif. Konflik
merupakan proses diaosiatif yang tajam. Meskipun begitu, sebagai salah satu
proses social, konflik dapat berfungsi positif bagi masyarakat. Hasil dan akibat
suatu konflik sebagai berikut:
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik
dengan kelompok lain,
2) Keretakan hubungan pada individu antara anggota kelompok,
3) Perubahan kepribadian individu,
4) Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia,

12
13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang bila dipelajari tidak akan
menemukan titik akhir, berbeda dengan sains yang sudah ada tetap jawabannya.
Namun bkan berarti ilmu sosiologi tidak dapat dipelajari. dapat diketahui
bahwasanya sosiologi adalah ilmu yang memperlajari tentang hubungan manusia
dengan manusia lainnya yang terbentuk di dalam berbagai kelompok sosial guna
menghindari benturan antar-individu atau dengan kata lain sosiologi adalah ilmu
yang bertumpu pada pola-pola hubungan antar manusia (Setiadi, 2020).
Interaksi sosial tidak hanya dijelaskan dalam konsep hubungan timbal
balik antar manusia berdasarkan pola-pola tertentu saja, melainkan juga didasari
pada ciri-ciri dan/atau karakter tertentu. Sehingga interaksi sosial dapat
dikategorikan sebagai suatu interaksi jika memiliki beberapa kriteria tertentu
3.2 Saran
Sebagai umat manusia kita mempunyai akal untuk mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan kehidupan, termasuk mempelajari ilmu sains dan ilmu
sosial. Ilmu sosial perlu dipalajari agar terciptanya hubungan interaksi baik antara
orang satu dengan orang lainnya. Namun pengalaman dan keberanian merupakan
materi yang bagus dalam pembelajaran ilmu sosiologi. Dan janganlah menjadi
orang yang introvert atau jarang berinteraksi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, E. M. (2020). Pengantar Ringkas Sosiologi.

14

Anda mungkin juga menyukai