Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang ini sangat tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan
Umum baik yang dilaksakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini
terlihat dari jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya yang sedikit.
Pemilihan umum ini langsung dilaksanakan secara langsung pertama kali untuk
memilih presiden dan wakil presiden serta anggota MPR, DPR, DPD, DPRD di
tahun 2004. Walaupun masih terdapat masalah yang timbul ketika waktu
pelaksanaan. Tetapi masih dapat dikatakan suses.

Setelah suksesnya Pemilu tahun 2004, mulai bulan Juni 2005 lalu di 226
daerah meliputi 11 propinsi serta 215 kabupaten dan kota, diadakan Pilkada untuk
memilih para pemimpin daerahnya. Sehingga warga dapat menentukan peminpin
daerahnya menurut hati nuraninya sendiri. Tidak seperti tahun tahun yang dahulu
yang menggunakan perwakilan dari partai. Namun dalam pelaksanaan pilkada ini
muncul penyimpangan penyimpangan. Mulai dari masalah administrasi bakal
calon sampai dengan yang berhubungan dengan pemilih.

B. Rumusan Masalah
1. Peran Daerah dalam Perjuangan Kemerdekaan
2. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Saat
Ini

BAB II
Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

A. Peran Daerah dalam Perjuangan Kemerdekaan


Kondisi kemiskinan, penderitaan dan keterbelakangan bangsa Indonesia
akibat penjajahan telah mendorong dan melahirkan putra-putri daerah dari Sabang
sampai Merauke untuk memperjuangkan dan mengembalikan kemerdekaan
melalui pemberontakan terhadap pemerintah kolonial.
Untuk mengabadikan semangat perjuangan putra-putri bangsa, pemerintah
telah menetapkan para pejuang sebagai pahlawan bangsa seperti Sultan Iskandar
Muda, Tjut Nyak Dien (Aceh), Si Singa Mangaraja (Batak- Sumatra Utara), Imam
Bonjol (Minangkabau-Sumatra Barat), Sultan Ageng Tirtayasa (Banten), Sultan
Agung (Jawa Tengah), Untung Suropati (Jawa Timur), Jalantik (Bali), Anak
Agung Gede (lombok), Pangeran Antasari (Kalimantan), Sultan Hasanudin
(Makasar Sulawesi Selatan), Pattimura (Ambon- Maluku) dan sebagainya.
Perjuangan dan pemberontakan putra-putri daerah untuk mengusir
penjajah di atas mengalami kegagalan, namun semangatnya tidak pernah padam
seperti maksud peribahasa “Patah tumbuh hilang berganti ; Mati satu tumbuh
seribu”. Ditilik dari sisi ketahanan nasional, kegagalan perjuangan tersebut
disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor berikut :
1. Pemerintah kolonial menerapkan politik pemecah-belahan terhadap
rakyat (devide et impera)
2. Perjuangan dan pemberontakan bersifat kedaerahan atau lokal sehingga
mudah dipatahkan oleh pemerintah kolonial
3. Para pejuang kalah dalam sistem persenjataan baik sistem senjata
tehnologi/fisik (SISTEK) maupun sistem senjata sosial/psikologi
(SISSOS).
4. Pemerintah kolonial melakukan tipu muslihat (politicking ; politik
curang) melalui janji-janji perundingan tetapi justru digunakan untuk
menjerat dan menangkap para pejuang

Kegagalan perjuangan putra-putri daerah tersebut telah mengilhami


adanya pemikiran baru dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui
jalur nonfisik yang dipelopori oleh Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Ide
dasar Budi Utomo adalah memajukan bangsa dan menumbuhkan semangat
nasionalisme melalui jalur pendidikan sehingga bangsa Indonesia mampu
mengurus negara yang merdeka dengan kekuatan sendiri.
Gagasan Budi Utomo selanjutnya menggugah dan mendorong lahirnya
berbagai organisasi politik seperti Sarikat Islam, NU, Muhammadiyah, PNI,
Parkindo dan sebagainya. Perjuangan baru/nonfisik yang dirintis Budi Utomo
tersebut selanjutnya dikenang dan diabadikan sebagai Angkatan 08 Atau
Angkatan Perintis, yang setiap tahun diperingati sebagai hari Kebangkitan
Nasional.
Berdirinya organisasi sosial politik pasca Budi Utomo meskipun azasnya
berbeda-beda, namun seluruhnya memiliki tujuan dan tekad yang sama yaitu
mencapai kemerdekaan Indonesia. Perwujudan rasa persatuan dan kesatuan
sebangsa setanah air mencapai puncaknya pada Kongres Pemuda yang
menghasilkan Ikrar Pemuda atau Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kongres Pemuda yang merupakan upaya mempersatukan pemuda dari berbagai
daerah menghasilkan keputusan penting bagi kelanjutan perjuangan dan
berdirinya NKRI sebagaimana yang dinikmati bangsa Indonesia sekarang ini.
Keputusan dikenal dengan Sumpah Pemuda yang berisi pernyataan : Kami Putra-
Putri Indonesia, mengaku :
1. Bertumpah darah yang satu tanah (air) Indonesia
2. Berbangsa satu bangsa Indonesia
3. Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia
Pada saat itu pula, untuk pertama kali dikumandangkan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman, yang selanjutnya ditetapkan sebagai
Lagu Kebangsaan Indonesia
Kongres Pemuda 28/10/’28 dalam hukum dan ketata negaraan Indonesia
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan sebagai tonggak perjuangan
strategis dalam mewujudkan Integrasi Nasional sehingga Sumpah Pemuda
memiliki kekuatan yang mengikat bagi segenap komponen bangsa untuk
mempertahankan dan mengamankannya selama mungkin. Jika dicermati secara
teliti dan hati-hati, maka inti Kongres Pemuda adalah tuntutan Indonesia merdeka,
berparlemen dan berpemrintahan sendiri. Untuk mengenang sumpah pemuda
tersebut maka tonggak sejarah tersebut dinamakan Angkatan Penegas Atau
Angkatan 28.
Kedatangan Jepang pada tahun 1942, yang pada awalnya dianggap sebagai
saudara tua dan juru selamat, ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Pemerintah
dan tentara Jepang bertindak kejam, bengis dan keji terhadap rakyat Indonesia.
Sekali lagi bangsa Indonesia dimatangkan oleh sejarah, di mana penjajahan selalu
menyebabkan kehidupan bangsa menjadi tertindas, menderita, sengsara, miskin,
melarat, terbelakang dan dinistakan.
Belajar dari pengalaman dijajah Belanda dan Jepang tersebut maka
semangat dan tekad bangsa Indonesia semakin mengkristal sehingga
pemberontakan terjadi di berbagai daerah, seperti pemberontakan PETA di
Tasikmalaya dan Blitar. Kedatangan Jepang semakin memantapkan nasionalitas
dan nasionalisme bangsa, serta perjuangan fisik dan nonfisik untuk menyiapkan
berbagai perangkat menuju Indonesia merdeka. Dengan berakhirnya perang dunia
II, Jepang mengalami kekalahan besar dan takluk kepada sekutu sehingga
Indonesia mengalami kevakuman pemerintahan. Kondisi ini segera dimanfaatkan
oleh Ir Soekarno (Bung Karno) dan Drs. Muhammad Hatta (Bung Hatta), untuk
memproklamasikan kenerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia


Saat Ini
Masih ingat Kamu akan unsure-unsur negara yag menjadi syarat berdiri
suatu Negara? Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan
oleh negara-negara Pan-Amerika di Kota Montevideo, bahwa suatu negara harus
mempunyai unsur-unsur :
a) penduduk yang tetap,
b) wilayah/daearah tertentu,
c) pemerintah, dan
d) kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.
Sedangkan Oppenheim-Lauterpacht berpandangan bahwa unsur-unsur
pembentuk (unsur konstitutif ) negara adalah a) harus ada rakyat, b) harus daerah
(wilayah), dan c) pemerintah yang berdaulat. Selain unsur tersebut ada unsur lain
yaitu adanya pengakuan oleh negara lain sebagai unsur deklaratif .
Terbentuknya suatu negara akan didahului oleh terbentuknya suatu daerah.
Oleh karena itu, terdapat suatu keterkaitan yang erat antara Negara dan Daerah.
Berdasarkan hal tersebut, maka kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi
terbentuknya Negara sekaligus sebagai satuan territorial dan satuan pemerintahan
yang terbawah, termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kenyataan yang terjadi adalah, pengaturan dalam Konstitusi hanya
membagi NKRI yang terbagi atas daerah provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan
didalam pemerintahan kabupaten/kota terdapat pemerintahan desa. Hal tersebut
membuat kedudukan desa dalam NKRI menjadi tidak jelas.
Bukti bahwa kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi
terbentuknya Negara adalah ketika PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang
menetapkan pembagian wilayah pemerintaan Republik Indonesia di daerah dalam
susunan teritorial yang terdiri dari Provinsi, Keresidenan, Kotapraja (Swapraja),
dan Kota (Gemeente) sebagai berikut: 1) Daerah Republik Indonesia dibagi atas
8 (delapan) Provinsi, yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil; 2) Provinsi dibagi kedalam
Keresidenan-keresidenan; 3) Kedudukan Kooti dan Kota diteruskan sesuai
keadaan saat itu. Adapun pembagian wilayah Negara Republik Indonesia saat
berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 yakni 1) Propinsi; 2)
Kabupaten/Kota (administrative), 3) Kecamatan dan 4) Desa.
Kemajuan daerah berpengaruh postif bagi kemajuan bangsa. Itulah
sebabnya melalui Undang Undang Pemerintah Daerah, negara menerapkan asas
desentralisasi dan otonomi kepada daerah. Pemberian desentralisasi dan otonomi
kepada daerah, memungkinkan setiap daerah untuk berkembangnya
keberagaman daerah sesuai dengan potensi, budaya dan kekayaan yang
dimiliki daerah masing-masing yang berdampak bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang ditandai dengan peningkatan indeks pembangunan manusia
dan peningkatan kesehatan, pendidikan dan pendapatan masyarakat.
Agar pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah ini berhasil dengan
baik, selanjutnya Litvack & Seddon (dalam Wasistono 2002:19) diperlukan
adanya lima kondisi, yaitu:
1. Kerangka kerja desentralisasi harus memperlihatkan kaitan antara
pembiayaan lokal dan kewenangan fiskal dengan fungsi dan
tanggungjawab pemberian pelayanan oleh Pemerintah Daerah.
2. Masyarakat setempat diberi informasi mengenai kemungkinan-
kemungkinan biaya pelayanan serta sumber-sumbernya, dengan harapan
keputusan yang diambil oleh Pemerintah Daerah menjadi lebih bermakna.
3. Masyarakat memerlukan mekanisme yang jelas untuk menyampaikan
pandangannya sebagai upaya mendorong partisipasinya
4. Harus ada sistem akuntabilitas yang berbasis publik dan informasi yang
tranparan yang memungkinkan masyarakat memonitor kinerja Pemerintah
Daerah
5. Harus didesain instrumen desentralisasi seperti kerangka kerja
institusional, struktur tanggungjawab pemberian pelayanan dan sistem
fiskal antara pemerintah

Anda mungkin juga menyukai