Anda di halaman 1dari 13

Nama : Adisya Arinditha Dg Salae

Nim : G3A019192
Stase : Maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian
a.       Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu. (Kamus Istilah Kebidanan. Siti
Maemunah, 2005)
b.      Pengertian bayi baru lahir normal (BBLN) adalah :
Bayi yang lahir dari kehamilan 37 - 42 minggu dengan BB 2.500 – 4000 gr. (Ibrahim
Kristina S.1984. Perawatan Kebidanan Jilid II,Bandung)
2. Klasifikasi BBLN
a. Bayi Aterm
1) Berat badan 2.500 – 4.000 gram.
2) Panjang badan 48 – 52 cm.
3) Lingkar dada 30 – 38 cm.
4) Lingkar kepala 33 – 35 cm.
5) Lingkar Lengan 11-12 cm.
6) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/mnt.
7) Pernafasan 40-60 x/mnt.
8) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan terbentuk dan diliputi
verniks kaseosa.
9) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
10) Kuku agak panjang dan lemas.
11) Genetalia bayi laki-laki, testis sudah menurun.
12) Genetalia bayi perempuan, labio mayora sudah menutupi labia minor.
13) Reflek sucking ( hisap dan menelan) sudah baik.
14) Reflek moro (bila dikejutkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk) baik.
15) Reflek grasping (apabila diletakkan suatu benda di telapak tangan, maka bayi akan
menggenggam).
16) Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
b.    Bayi Prematur
-      Berat badan kurang dari 2499 gram
-      Organ-organ tubuh imatur
-      Umur kehamilan 28-36 minggu

c. Bayi Posmatur
-  Biasanya lebih berat dari bayi aterm
-  Tulang dan Sutura kepala lebih keras dari bayi aterm
-  Verniks kaseosa dibadan kurang
-  Kuku-kuku panjang
-  Rambut kepala agak tebal
-  Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
-  Umur kehamilan lebih dari 42 minggu
(Vivian Nanny Lia Dewi.2007.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika. Jakarta )
3. Perubahan yang terjadi pada BBLN
a. Perubahan metabolisme
Dalam waktu 2 jam setelah lahir terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah
energi pada jaringan pertama setelah lahir diambil dari metabolisme asam lemak.
b. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang rendah dari suhu
dalam rahim ibu. Akibatnya metabolisme jaringan dan kebutuhan O2 juga berubah.
c. Perubahan pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari plasenta, kemudian setelah lahir
melalui paru-paru bayi.
d. Perubahan siklus
4. Fisiologis.
Setiap bayi yang dilahirkan harus beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dari
kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Adanya gangguan pada masa transisi
tersebut diatas akan mempengaruhi kesehatan bayi. Beberapa factor fisiologis yang dapat
mempengaruhi masa trasisi adalah dimulainya fungsi kardiopulmoner ekstra uterin,
termoregulasi, pertahanan terhadap infeksi, perubahan neurologic, kurang cairan dan
nutrisi, kelainan congenital serta gangguan pada kulit. Empat minggu pertama merupakan
kehidupan yang sangat beresiko pada bayi. Insiden kematian sangat tinggi pada hari
pertama dan 2 sampai 3 dari semua kematian selama kehidupan 1 tahun pertama terjadi
pada bulan pertama.

5. Patofisiologi
Kehamilan aterm (37- 42 minggu)

Penurunan hormon estrogen dan progesteron,

Penuaan plasenta,

Distesi peregangan serviks, Iritasi mekanik

His

Power pasanger penekanan kandung kemih

His kontraksi otot rahim Janin & plasenta Oleh kepala janin

Kontraksi otot dinding perut

Kontraksi diafragma pelvis perubahan eliminasi

Atw kekuatan mengedan urine

Ketegangan & kontraksi ligamentum penuruna kepala masuk pintu PAP

Post Partum

1 Pembukan lengkap Pengeluaran plasenta Perub Psikologis

Pengeluaran janin Penurunan Hormon Fase taking in

Trauma jln lahir estrogen & Progesteron Fase Taking Hold

Trauma kand kemih Hipofise posterior Kurang Pengetahuan

Luka nyeri akut Oksitoxin


Resiko infeksi Bayi lahir Kontr Uterus lemah

Hidup Meninggal Res.Perdarahan

Perub. Peran Berduka Res.Kekur Vol

6. Penatalaksanaan BBLN
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara :
- Letakkan bayi pada posisi telentangdi tempat yang keras dan hangat.
- Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
- Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
- Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis. (Saefudin, Abdul Bari.2007. hal:133-134)
oksigenasi yang adekuat adalah factor yang sangat penting dalam
mempertahankan pertukaran udara yang adekuat. Delam keadaan
hipoksia, system pembuluh darah paru vasokontriksi sehingga udara
tidak dapat diangkut ke pembuluh darah untuk oksigenasi area tubuh
lainnya.(Varney,2007: 879).
b. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan
pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka letakkan bayi dekat ibu
(diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area
tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian :
- Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernafas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap – megap atau lemah, maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (APN.2008. hal :96)
c. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. (Saefudin, Abdul Bari.2007. hal:134)
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai stabil maka lakukan pengikatan
puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastic tali pusat.
- Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan
klorin 0,5 %, untuk membersihkan darah atau sekresi lainnya.
- Bilas tangan dengan air DTT
- Keringkan tangan dengan handuk kering
- Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1cm dari dinding perut bayi
(pusat). Gunakan benang atau klem plastic penjepit tali pusat DTT atau
steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit
plastic tali pusat.
- Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang
disekeliling putung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul
mati dibagian yang berlawanan.
- Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klorin 0,5 %.
- Selimuti kembeli tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
(APN.2008. hal :98)
d. Mempertahannkan suhu bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus dibungkus hangat. (Saefudin, Abdul Bari.2007. hal:134-135)
suhu BBL normal antara 36-37°C. (Prawiroharjo, 2007: 256)
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ° C. Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh > 37,5°C. (IDAI,2008: 89).
Hindari memandikan bayi selama 6 jam setelah persalinan.
e. Nutrisi
Banyak bayi akan menyusu selama periode reaktivitas pertama ini, Menyusu harus
dianjurkan ketika bayi baru lahir berada pada tahap terjaga penuh sebagai
perlindunan terhadap hipoglikemi fisiologis yang terjadi setelah bayi lahir. (Varney,
2007: 89)
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus
mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan
dipotong. (APN.2008. hal :100)
Pemberian makan segera sangat penting untuk mencegah hipoglikemi. (Varney,
2007: 893)
f. Memberi vitamin K
Untuk mencegah perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu
diberi vitamin K peroral 1mg/hari selama 3 hari. (Saefudin, Abdul Bari.2007.
hal:135)
g. Memberi obat tetes / salep mata
Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi
selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk obat
apa yang digunakan. Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin
dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir. (Saefudin, Abdul
Bari.2007. hal:135)
h. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat persalinannya mungkin lebih dari satu, persalinan,
maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru
lahir dan harus tetap ditempatkan sampai waktu bayi dipulangkan. Pada alat / gelang
identitas harus tercantum nama (bayi,nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saefudin, Abdul Bari.2007.
hal:135-136)
i. BBL sangat rentan terhadap infeksi infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir. (APN,2008:95)
j. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling kurang 3 kali yaitu pada saat lahir,
periksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan pemeriksaan pada
waktu pulang.
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin, tujuannya :
- Menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin
yang memerlukan resusitasi.
- Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera
(mis. Atresia ani, atresia esophagus), trauma lahir.
Pemeriksaan kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah
bayi berada di ruang perawatan. Tujuannya agar kelainan yang luput dari
pemeriksaan pada pemeriksaan pertama akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Bayi
tidak boleh dipulangkan sebelum pemeriksaan terakhir. (IDAI, 2008: 71-72)
7. Pengkajian

a. Identitas klien, Nama bayi, No. Reg RS, Umur, Jenis kelamin, Tanggal lahir, Tempat,
Waktu, Tanggal pengkajian, Identitas penanggung jawab

b. Pemeriksaan Fisik :

 Penampilan umum :
1)      BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %, biasanya
akan naik kembali setelah hari ke 8-12.
2)      PB 46-56 cm.
3)      Suhu 36,5-37,5 0C.
 Kepala
1)     Ukur : lingkar kepala
2)     Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior dan
posterior.
3)     Periksa bentuk telinga.
4)     Simetris tidaknya wajah.
5)     Periksa mata : bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya perdarahan.
6)     Periksa mulut : bibir, palatum, lidah, gigi.
7)     Periksa hidung : septum, simetris atau tidak.
8)     Periksa leher : Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik, Pergerakan otot.
 Kulit
1)      Vernix caseosa
2)      Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
3)      Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan
semakin merah jika bayi menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi, kering.
4)      Pembesaran payudara.
5)      Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
6)      Cairan amnion, bau.
7)      Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan lebih jelas.
 Dada
1)      Diameter anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa (diameter
diukur sedikit diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
2)      Pembesaran payudara, witch’s milk.
3)      Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan murmur.
4)      Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada, frekuensi
30-60 x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit penuh), periode
apnea.
 Abdomen
1)      Bentuk : simetris/tidak
2)      Bising usus : ada/ tidak
3)      Kelainan : cekung/cembung
4)      Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
 Neurologik
1)      Tonus otot.
2)      Reflek : moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek,
rooting reflek, sucking reflek.
 Kelamin
1)      Bayi perempuan , labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
2)      Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.
 Punggung
Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus ditengkurapkan )
 Ektremitas
1)     Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
2)     Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan gerakannya
dengan menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.
c. Pemeriksaan nilai APGAR
APGAR Pemeriksaan 0 1 2
Appearance/w Inspeksi Biru/pucat Badan merah, Semua merah
arna kulit seluruh tubuh ekstremitas biru
Pulse/denyut Auskultasi Tidak terdengar < 100 x/menit > 100 x/menit
jantung jantung
Grimace/ Menghisap atau Tidak ada respon Menyeringai Menangis keras
reflek iritabily rangsang lain
Activity/ Inspeksi Lemah Fleksi Gerak aktif
tonus otot ekstremitas
Respiration/pe Inspeksi Tidak ada Menangis Gerakan
rnafasan gerakan lemah atau pernafasan kuat/
pernafasan merintih menangis kuat
Penilaiannya :

 Asfiksia berat (nilai apgar 0 – 3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali

 Asfiksia ringan/ sedang ( nilai apgar 4 – 6 ).

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal
kembali.

 Bayi normal (nilai apgar 7 – 10)

d. Pemeriksaan Refleks :

- Refleks morro : bila posisi bayi dirubah secara tiba-tiba atau mendengar suara yang
keras, maka bayi akan menarik kedua tangan dan kedua kaki mendekat ke tubuhnya serta
ibu jari dan telunjuk akan membentuk huruf C kemudian kembali lagi seperti semula.
Refleksinya berkurang usia 4 bulan dan menghilang pada usia 6 bulan.

- Refleks rooting dan sucking : bila pipi dan sudut mulut bayi disentuh dengan ujung jari
atau putting susu, bayi akan menoleh kearah sentuhan, lalu membuka mulut dan mulai
mengisap. Refleks ini berkurang pada usia 6 bulan dan hilang pada usia 1 tahun.

- Swallowing : beri cairan atau basahi lidah maka bayi akan menelang sambil menghisap.
Refleks ini selalu ada dan tidak hilang.

- Stepping : bila bayi diberdirikan dengan bantuan dan telapak kakinya didatarkan maka
secara otomatis bayi akan melangkah. Refleks ini hilang pada usia 1 sampai 2 bulan.

- Palmar Graps : diletakkan jari pada telapak tangan bayi, maka bayi akan menggenggan
dengan kuat. Refleks ini akan berkurang pada usia 4 bulan.

8. Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat.
2.      Risti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu.
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus.
9. Perencanaan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


No.
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko Tidak terjadi 1. Kaji adanya bau atau 1. Cairan pada tali pusat
infeksi infeksi pada tali cairan pada tali pusat. dapat menunjukkan
berhubungan pusat, dengan 2. Lakukan perawatan pada adanya infeksi.
dengan kriteria hasil : tali tali pusat dengan kain kasa 2. Kasa steril dapat
sumbatan pusat tidak berbau, steril. mencegah infeksi
atau kotoran tidak ada pus atau 3. Ganti nouvel gauze pada yang terjadi pada tali
pada tali nanah. tali pusat setiap habis pusat.
pusat. mandi. 3. Nouvel gauze diganti
4. Cuci tangan sebelum dan untuk mencegah
sesudah melakukan terjadinya infeksi
tindakan. 4. Mencuci tangan dapat
5. Kaji adanya tanda-tanda mencegah terjadinya
infeksi seperti peningkatan infeksi nosokomial
suhu tubuh, kemerahan 5. Peningkatan suhu
disekitar tali pusat. tubuh, kemerahan
disekitar tali pusat
dapat menunjukkan
adanya infeksi.

2. Risiko Tidak terjadi 1.   1. Segera bungkus bayi 1. Mencegah penguapan


hipotermi peningkatan suhu dengan selimut kering. suhu melalui evaporasi.
berhubungan tubuh dengan 2)     2. Observasi suhu bayi tiap 2. Deteksi dini bila terjai
dengan kriteria hasil : empat jam. hipotermi.
perubahan pertahankan suhu 3. Jaga lingkungan tetap 3. Mencegah penguapan
suhu. tubuh 36-37 oC hangat dan kering. suhu.
4)     4. Dekatkan bayi dengan 4. Dekapan ibu membuat
ibu sesering mungkin. bayi merasa hangat.
3. Jalan nafas Tujuan : pola nafas 1.     Bersihkan muka dengan 1. Mengurangi resiko
tidak efektif efektif. Dengan kasa/ kain bersih dari darah terjadinya aspirasi dan
berhubungan kriteria hasil RR dan lendir segera setelah usaha untuk
dengan 40-60 x/menit. kepala bayi lahir. membebaskan jalan
obtruksi 2. Hisap lendir dengan nafas bayi.
mucus menggunakan penghisap 2. Membersihkan jalan
lendir atau kateter pada sisi nafas sehingga
mulut atau hidung. kebutuhan O2 dapat
3. Miringkan bayi kekanan terpenuhi dengan pola
untuk mencegah regurgitasi nafas yang efektif.
: 4. Bersihkan jalan napas. 3. Mencehah terjadinya
5.Pertahankan suplai aspirasi yang dapat
oksigen adekuat. menimbulkan
terjadinya gagal nafas
pada bayi.
4. Membebaskan jalan
nafas bayi.
5. Memeuhi kebutuhan
oksigen yang
diperlukan bayi.

10. Evaluasi
1.      Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
2.      Hipotermi tidak menjadi actual
3.      Pola nafas efektif
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media

Aesculapius. Jakarta

Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC. Jakarta

Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC. Jakarta

Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC.

Jakarta

Gunawan, Nardho. Pedoman Penunjang Kegawat – Daruratan Obstetri dan


Neonatal. Jakarta. 1995
Guyton, Artur. Buka Ajar FISIOLOGI Kedokteran. EGC. Jakarta. 1983
Untoro, Rachmi. ASI. Depkes RI. 2005
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. EGC. 1990

Anda mungkin juga menyukai