(Tesis)
Oleh
Ayu Noviana
ABSTRAK
Oleh
Ayu Noviana
kolaborasi dan komunikasi berbasis project based learning yang valid, praktis,
and Development dengan model pengembangan Borg & Gall yang diadaptasi
(2) Planning; (3) Product develop Preliminary; (4) Preliminary Field Testing; (5)
Main Product Revision; (6) Main Field Testing; (7) Operational Product
komunikasi berbasis project based learning. Validasi produk oleh 5 orang ahli,
subjek uji coba kelompok kecil yaitu 32 siswa kelas XI SMA Al-Anshor
Pringsewu dan subjek uji coba kelompok luas yaitu 102 siswa kelas XI SMA 1
Pagelaran. Hasil analisis data uji validasi menunjukan bahwa perangkat penilaian
secara kontruksi, subtansi dan bahasa dengan skor 82,3%, respon kepraktisan
produk oleh 10 Guru sebesar 84,6% kategori sangat tinggi, keefektifan dengan
iii
nilai asymp sig (2-tailed) < α (0,05) dan tiap butir soal dinyatakan reliabel dengan
dan komunikasi secara keseluruhan adalah 0.747 dan 0.746. Dengan demikian
ABSTRACT
By
Ayu Noviana
based on project based which a valid, practical, and effective. The research design
was adapted from Borg & Gall into 7 steps of development, namely: (1) Research
and information colletion; (2) Planning; (3) Product develop Preliminary; (4)
Preliminary Field Testing; (5) Main Product Revision; (6) Main Field Testing; (7)
validated by 5 experts, small group trial subjects were 32 students of class XI Al-
Anshor Pringsewu high school and subjects with large group trials were 102
students of class XI of SMA 1 Pagelaran. The results of the validation test data
analysis showed that the collaborative and communication skill assessment based
on project based learning were valid in construction, substance and language with
to 84.6% the category was very high, the effectiveness with the asymp value sig
(2-tailed) <α (0.05) and each item was declared reliable with scores Cronbach's
v
skills were 0.747 and 0.746. Thus, it can be concluded that the appraisal of
Oleh
Ayu Noviana
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bulukarto, pada tanggal 17 Mei 1990 anak pertama dari tiga
pendidikan di SLTP Karya Bhakti Wates, kemudian pada tahun 2005 penulis
Lampung dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya, pada tahun 2017 penulis
Lampung.
xi
MOTTO:
”Kesabaran itu ada dua macam: sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar
menahan diri dari sesuatu yang kau ingin”
(Ali bin Abi Thalib)
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, teriring doa dan syukur kepada Allah SWT, penulis
mempersembahkan karya besar ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang
1. Orang tua tercinta, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama
dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu
mendukung penulis.
4. Para pendidik yang kuhormati yang telah membimbing dalam proses tesis.
5. Almamater tercinta.
xiii
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Perangkat
Penilaian Keterampilan Kolaborasi dan Komunikasi Berbasis Project Based
Learning”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak di bawah ini
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Magister
Pendidikan Fisika.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan
penulis selama penulisan tesis.
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis.
7. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku Pembahas sekaligus Validator 2, yang
banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan
membangun.
8. Ibu Dr. Herpratiwi., M.Pd. selaku Validator I, terima kasih atas masukannya.
xiv
9. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang
telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.
10. Bapak/Ibu selaku Kepala dan dewan guru dari SMA Negeri 1 Pagelaran,
SMA Negeri 1 Gadingrejo, SMA Negeri 2 Gadingrejo, SMA Al-anshor
Wates di Pringsewu yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Pendidikan Fisika 2017 :
Mba Erlita, Kak Romi, Dian, Tami, Lilis, Aldi, Bayu, Chida, Yuni, Citra,
Wida dan Trimo atas bantuan dan kebersamaannya.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.
Semoga semua amal dan bantuan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah
SWT dan semoga Tesis ini dapat bermanfaat. Aamiin.
Ayu Noviana
xv
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
x
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
1
I. PENDAHULUAN
tentang standar kompetensi lulusan untuk setiap lulusan satuan pendidikan dasar
dan menengah yang menetapkan bahwa siswa harus memiliki kompetensi pada
pentingnya keterampilan abad 21 untuk dimiliki oleh lulusan siswa SMA. Ada
empat kemampuan yang harus dimiliki siswa pada abad ke-21 yaitu critical
innovation, and collaboration (Afandi, Junanto, & Afriani, 2016; Softwan &
Habibi, 2018)
era globalisasi abad ke-21 (Muiz, Wlujeng, Jumadi, & Senam, 2016).
pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan
jelas, dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara ( P21,
2007a).
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu indikator yang harus dicapai pada
& Habibi, 2018; Wijaya, Sudjimat, & Nyoto, 2016). Beberapa penelitian telah
Hobden, Waller, Dodd, & Boyd, 2018; Sheydaei, Adibsereshki, & Movallali,
menggunakan instrumen penilaian yang tepat. Oleh karena itu, hal penting yang
harus dilakukan guru adalah menyusun dan menerapkan perangkat penilaian yang
dalam berkolaborasi dan berkomunikasi. Hal ini terjadi karena guru belum
didukung oleh pendapat penilian guru sehingga penentuan nilai akhir atas
pada aspek yang lain selain aspek kognitif. Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan peneliti di SMAN 1 Pagelaran, 100% guru setuju jika
komunikasi siswa.
guru melaksanakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif.
Dengan pembelajaran aktif tersebut siswa akan terlibat dalam kegiatan yang dapat
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan
Model project based learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang tepat
Carolyn, 2014).
memberikan solusi atas masalah yang ada di SMAN 1 Pagelaran, hal yang penting
Learning.
B. Rumusan Masalah
berikut:
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
project based learning yang dapat digunakan untuk menilai aspek keterampilan
2. Bagi guru perangkat penilaian alternatif ini dapat menjadi contoh atau model
pembelajaran Fisika .
keterampilan.
6
melakukan penilaian terhadap siswa, tidak hanya aspek kognitif dan afektif
komunikasi.
5. Bagi siswa, dengan teknik penilaian yang beragam membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran karena siswa merasa semua aktifitas dan kegiatan di kelas
dan komunikasi yang terdiri dari kisi-kisi instrumen, bentuk instrumen, rubrik
evaluasi.
5. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada subjek uji coba,
aspek penskoran pada rubrik sudah layak dan sesuai untuk digunakan
A. Keterampilan Abad 21
kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti
Wijaya, Sudjimat, & Nyoto, 2016). Kompetensi pada abad 21 meliputi 4C yaitu
critical thinking and problem solving skills, communication skills, creativity and
innovation, dan collaboration (Afandi, Junanto, & Afriani, 2016; Softwan &
Habibi, 2018).
yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi kehidupan dan dunia kerja di abad
ke-21 ditekankan pada tujuh (7) keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan
dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu
berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses
dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
yang diperlukan oleh siswa untuk bekerja di abad ke-21, yaitu keterampilan
yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the
pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa tanggung jawab sebagai pribadi
maupun sosial. Sedangkan skills for living in the world merupakan keterampilan
komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan
sosial digital.
keterampilan lainnya.
siswa. Hal ini bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar kepada siswa
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, yang
berbeda latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong
orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.
pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
globalisasi.
mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik. Pencapaian keterampilan
B. Keterampilan Kolaborasi
bekerjasama dengan orang lain secara efektif sesuai dengan tanggung jawab dan
kerjasama. Kolaborasi dapat melatih peserta didik untuk bekerja sama dalam
satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-tugas
tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan (Murti, 2013). Anshell
dan Gash (2008) memetakan bagaimana proses kolaboratif terjadi yang terdiri dari
berbagai tahapan yaitu: Adanya dialog secara tatap muka (face-to-face dialogue),
Innes dan Booher (2000) mengembangkan model DIAD Network Dynamic untuk
Hal ini berarti bahwa jejaring kolaboratif memiliki keragaman agen-agen yang
mengalir melalui jejaring secara akurat dan dapat dipercaya diantara para peserta.
sistem yang ada. Hal ini berarti bahwa para peserta (aktor) berbicara mewakili
Proses Kolaboratif
Komitmen Pemahaman
Terhadap Proses Bersama
Dialog Otentik
Membangun - Timbal Balik Hasil
Kepercayaan - Hubungan
- Pmbelajaran Sementara
Dialog Tatap
Muka
Proses kolaboratif adalah proses yang terjadi melalui dialog tatap muka dan
dijiwai oleh hasil dialog otentik seperti yang dikemukakan oleh Innes dan Booher.
Dialog tatap muka tidak menjadi bagian dari tahapan proses kolaboratif, tetapi
dialog tatap muka terjadi dalam setiap tahapan yang dilalui seperti Gambar 3.
14
komunikasi, yang terdiri dari beberapa tahap dan terdapat dialog otentik
didalamnya. Dengan demikian, dialog tatap muka bukan merupakan bagian dari
tahapan, tetapi terjadi pada semua tahapan. dialog tatap muka yang dijiwai oleh
dialog otentik, bukan merupakan salah satu tahapan proses, tetapi mewarnai
pendapat yang berbeda dari berbagai pi hak yang akhirnya menghasilkan suatu
konsensus. Anshell dan Gash (2008) berupaya memetakan suatu model yang
model ini terdiri dari berbagai tahapan yaitu dimulai dari adanya dialog secara
mengembangkan potensi yang ada di dalam diri siswa (Lasidos & Matondang,
2015) .
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan mereka
dapat saling belajar untuk membangun pengetahuan sendiri melalui diskusi dan
jawab terhadap pembelajaran, menjadi lebih kreatif, dan pada akhirnya dapat
Ada banyak teknik atau cara yang digunakan guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran kolaboratif (Barkley, Cross, & Major, 2012). Dari sekian banyak
yaitu: (1) diskusi, (2) pengajaran resiprokal oleh teman, (3) penyelesaian masalah,
(4) mengelola informasi grafis, dan (5) menulis. Terdapat lima unsur dasar agar
proses kelompok.
tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana tindakan yang tidak
tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah (Barkley, Cross, & Major,
oleh masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua perilaku yang
tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, laki-laki dan perempuan, serta
suasana kerjasama yang akrab, 4) bertukar ide dan pendapat kepada anggota
(Problem solving), bekerja dengan orang lain (Working with others), teknik
yang tepat dan sesuai dengan keadaan atau karakateristik siswa yang ada di
Melindungi/mempromosikan reputasi
kelompok
19
dkk., 2017).
Aspek 1 2 3 4 Skor
Kontribusi Dalam diskusi Dalam diskusi Dalam diskusi Dalam diskusi 1-4
kelompok besar kelompok besar kelompok besar kelompok besar
atau kecil tidak atau kecil atau kecil atau
member jarang (hanya 1 sering (hanya 2 kecil sangat
gagasan dan kali) member kali) member sering
tidak ikut gagasan. gagasan. (lebih dari 2
berpartisipasi Namun Namun tidak kali)
sedikit (hanya 1 sering (hanya 2 memberi
kali) kali) gagasan
berpartisipasi. berkontribusi yang menjadi
dalam acuan
berpartisipasi dalam diskusi.
Mampu
memimpin
diskusi dan
sering
(lebih dari 2
kali)
berkontribusi
dalam
berpartisipasi
Manajemen Tidak Tugas Tugas Menyelesaikan 1-4
waktu mengerjakan diselesaikan, diselesaikan, tugas
tugas, sehingga namun namun tepat waktu
menyebabkan terlambat > 3 terlambat ≤ 3 atau
kelompok menit dari menit dari selesai sebelum
memperpanjang waktu yang waktu yang batas
batas waktu ditentukan. ditentukan. waktu,
pengerjaannya Sehingga sehingga masih sehingga tidak
menyebabkan tidak pernah
kelompok menyebabkan menyebabkan
memperpanjang kelompok kelompok
batas waktu memperpanjang memperpanjang
pengerjaannya batas waktu batas waktu
pengerjaannya pengerjaannya.
Pemecahan Tidak ada usaha Jarang (hanya 1 Sering (hanya 2 Sangat sering 1-4
masalah untuk kali) kali) (lebih
menemukan melakukan melakukan dari 2 kali)
dan memberi usaha untuk usaha untuk melakukan
jawaban atas mencari mencari usaha
permasalahan jawaban atas jawaban atas yang jelas
serta permasalahan permasalahan, untuk
memberikan dan tetapi solusi menemukan
semua tugas menggunakan yang ditemukan dan
(mengandalkan) solusi yang hasil memberikan
kepada orang digagaskan pengembangan gagasan
lain. oleh dari gagasan sendiri untuk
orang lain. orang lain menjawab
permasalahan.
20
Aspek 1 2 3 4 Skor
Bekerja Tidak Jarang (hanya 1 Sering (hanya 2 Sangat sering 1-4
dengan mendengarkan kali) kali) (lebih
orang lain pendapat orang mendengarkan mendengarkan dari 2 kali)
lain atau tidak pendapat orang pendapat orang mendengarkan
membantu lain dan jarang lain dengan pendapat orang
orang lain dan (hanya 1 kali) baik dan sering lain
tidak membantu (hanya 2 kali) dengan baik
berpartisipasi orang membantu dan
dalam kerja lain orang lain, sangat sering
kelompok. dikarenakan namun tidak (lebih
kesulitan untuk memudahkan dari 2 kali)
kerja kelompok dalam kerja membantu
kelompok orang lain
sehingga
memudahkan
dalam
kerja kelompok
Teknik Tidak mencari Jarang mecari Sering mencari Sangat sering 1-4
Peyelidikan berbagai berbagai berbagai mencari
sumber sumber sumber berbagai
(hanya terfokus (hanya terfokus (hanya terfokus sumber
pada satu pada pada (terfokus pada
sumber) dan 2 sumber) dan 3 sumber) dan lebih
tidak mencatat mencatat selalu dari 3 sumber)
informasi informasi, mencatat dan
tetapi tidak informasi, selalu mencatat
detail. tetapi tidak informasi
detail. secara
detail.
Pada saat menilai siswa, peneliti menyiapkan satu orang yang menilai di setiap
kolaborasi siswa berada di samping siswa. Garis lingkaran hijau yang putus-putus
Berikut ini adalah denah posisi siswa dalam kelompok dan posisi seorang
observer.
Meja
Keterangan
= Siswa
= Observer
Gambar 4. Posisi siswa dan observer dalam kelompok (Hermawan dkk., 2017)
Berdasarkan beberapa teori yang diadaptasi sesuai kebutuhan peneliti, maka aspek
techniques).
C. Keterampilan Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bila komunikasi adalah proses
proses tersebut. Tidak semata hanya sebagai pengirim informasi, namun juga
(dimengerti).
22
Orang yang komunikatif adalah orang yang mampu berbahasa sedemikian rupa
sehingga pesan yang disampaikannya dapat diterima dengan baik, juga mudah
adalah kalimat dimana maksud yang disampaikan oleh pembicara secara tepat
dapat di terima oleh pendengarnya. Hal penting yang perlu dikembangkan dalam
peningkatan kualitas proses belajar peserta didik (Melawati & Paristiowati, 2014;
(Nurhayati et al., 2012). Selain itu komunikasi juga berfungsi sebagai kegiatan
individu dan kelompok dalam tukar menukar data, fakta dan ide-ide yang di
bahasa, namun juga dapat disampaikan dalam bentuk simbol, gambar, lambang
Terdapat dua macam kode pada keterampilan berkomunikasi peserta didik, yaitu:
menuliskan hasil akhir diskusi, tata bahasa yang baik, pembicaraan singkat, jelas
dan mudah dimengerti serta suara terdengar jelas; dan (2) kode nonverbal ialah
bahasa isyarat atau bahasa diam (Cangara, 2011). Kode ini mempunyai beberapa
yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata, menunjukkan jati diri, dan
Kode nonverbal meliputi: melihat lawan bicara, ekspresi wajah yang ramah, dan
setiap interaksi sosial yang terjadi untuk menyampaikan perasaan, gagasan dan
pikiran kita kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis yang terjadi dalam
Siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran melalui keikutsertaan siswa yang
Komunikasi yang baik memiliki peranan penting dalam upaya siswa membentuk
Siswa adalah makhluk sosial yang berkomunikasi secara aktif dalam melakukan
perasaan, gagasan dan keinginan seseorang kepada orang lain melalui komunikasi
yang baik. Komunikasi yang terjadi pada proses pembelajaran baik antara guru
dengan peserta didik maupun antar peserta didik dapat berupa komunikasi verbal
interpersonal.
komunikasi baik verbal maupun nonverbal antara dua orang atau lebih yang saling
keterampilan berbicara. Hal ini terkait pendapat yang dinyatakan oleh (Tarigan,
penerima pesan. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal.
Melalui komunikasi, sikap seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh
pihak lain. “Komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan
dapat ditafsirkan sama oleh pemberi dan penerima pesan” (Iskandarwassid, 2011).
25
dkk, 2015).
kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi
Semua itu akan memudahkan peserta didik yang lainnya untuk memahami materi
D. Instrumen Penilaian
1. Pengertian penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan
saat ini. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
pencapaian hasil belajar peserta didik (Arikunto, 2010). Pada saat melakukan
penilaian hasil agar hasilnya dapat diterima oleh semua pihak, baik yang dinilai,
yang menilai, maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil penilaian, maka
Penilaian yang dilakukan oleh guru hendaknya tidak hanya penilaian atas
Dengan assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap
Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menilai dirinya sendiri atau
seseorang. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik itu sendiri (Delita, 2017).
gambaran kepada siswa kemana dan apa yang harus dilakukan selanjutnya (Black,
Harrison, Lee, Marshall, & Wiliam, 2003).Tujuan yang jelas dari aktivitas
Kejelasan prosedur serta kejelasan kriteria dari indikator perlu diperhatikan dalam
menerapkan self maupun peer assessment (Spiller, 2012). Jika siswa dapat
yang dimiliki (Hasana, Saptasari, & Wulandari, 2017). Penilaian diri didasarkan
maka pendekatan penilaian yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah assessment as learning yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam
kegiatan penilaian. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menilai dirinya
2. Penilaian Keterampilan
pada KI-3) yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal
Fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Untuk itu siswa
penggunaan alat dan bahan secara benar, analisis data dengan benar,
berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja , penilaian proyek, dan penilaian
Mengukur capaian
KINERJA pembelajaran berupa
keterampilan proses dan/atau
hasil (produk)
Mengukur capaian
pembelajaran berupa
PORTOFOLIO keterampilan proses dan/atau
OO hasil (produk)
3. Instrumen
instrumen, dan rubrik penilaian yang akan digunakan. Teknik, instrumen, dan
rubrik penilaian harus sesuai dengan jenis aspek atau kompetensi yang akan
diukur. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
instrument baku dan dapat pula dengan instrument yang dibuat sendiri (Rosidin,
2017). Instrumen penilaian terdiri dari instrumen penilaian tes dan non tes
(Hutabarat, 2004). Contoh instrumen penilaian tes adalah lembar tes tertulis yang
berisi soal pilihan jamak atau uraian. Sedangkan contoh instrumen penilaian non
tes adalah lembar pengamatan (observasi), wawancara, skala sikap, daftar cek
kognitif siswa sedangkan instrumen non tes biasanya digunakan untuk mengukur
penilaian yang akan digunakan (Burke, 2006). Atas dasar itu, instrumen penilaian
dapat disusun secara sederhana ataupun secara lengkap. Pada pembelajaran Fisika,
Penilaian keterampilan dapat juga dilakukan menggunakan check list (daftar cek).
Ada bermacam-macam aspek yang dicantumkan dalam daftar cek, kemudian guru
tinggal memberikan tanda cek (√) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan
hasil pengamatannya. Daftar cek berguna untuk mengukur hasil belajar berupa
produk maupun proses, yang dapat dirinci dalam komponen-komponen yang lebih
besar manfaatnya dalam pengukuran. Daftar cek terdiri atas komponen atau aspek
yang diamati dan tanda cek yang menyatakan ada tidaknya komponen itu dalam
Contoh daftar cek tentang kinerja peserta didik dalam presentasi dapat dilihat
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pada daftar cek hanya dapat dicatat ada
tidaknya variabel tingkah laku tertentu, kelemahannya adalah guru atau penilai
hanya mempunyai dua pilihan mutlak, ya-tidak. Siswa mendapatkan skor apabila
tetapi jika kriteria penguasaan kompetensi tidak dapat diamati maka siswa tidak
Selain daftar cek, ada skala lain yang dapat digunakan dalam instrumen observasi
untuk penilaian kinerja yaitu rating scale. Rating scale menyajikan gejala-gejala
Rating scale tidak hanya menilai secara mutlak ada atau tidaknya variabel
tertentu, tetapi lebih jauh dapat dinilai bagaimana intensitas gejalanya (Sukardjo
& Sari, 2009). Contoh rating scale dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tabel Contoh Rating Scale Partisipasi Peserta Didik dalam Mata
Pelajaran Fisika
informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu itu
dalam hubungannya dengan yang lain. Skala ini berisi seperangkat pernyataan
tentang karakteristik atau kualitas dari sesuatu yang akan diukur beserta
(Zainul, 2001). Jadi, suatu rating scale terdiri atas 2 bagian, yaitu (1) pernyataan
tentang keberadaan atau kualitas keberadaan suatu unsur atau karakteristik, (2)
dengan kriteria berupa rubrik yang lengkap (Sukardjo & Sari, 2009). Meskipun
penggunaan rubrik ini relatif menyita waktu, akan tetapi dengan rubrik yang
penilaian. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil yang akan diperoleh jika produk
Rubrik penilaian yang valid dan terstandar dengan baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik juga kepada siswa tentang apa yang akan dinilai jika
diterapkan di dalam kelas dan dapat memberikan hasil yang lebih baik dari proses
Jika rubrik yang dibuat sudah memenuhi standar yang baik maka dapat menjadi
dapat memberikan siswa target kemampuan yang jelas yang dapat ditunjukkan.
Rubrik yaitu seperangkat ekspektasi dan kriteria yang jelas digunakan untuk
membantu guru dan siswa fokus pada apa yang dinilai dalam subjek, topik, atau
kegiatan. Rubrik sebagai alat instruksional untuk memberikan umpan balik dalam
Sebuah alat penilaian yang secara eksplisit mewakili ekspektasi kinerja untuk
sebuah tugas. Sebuah rubrik membagi pekerjaan yang ditugaskan menjadi bagian-
bagian dan memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik dari pekerjaan
penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai atau
memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa. Rubrik penilaian perlu memuat
daftar karakteristik atau aspek pengamatan yang perlu ditunjukkan dalam suatu
karakteristik tersebut. Ada dua tipe dari jenis rubrik, yaitu rubrik holistik dan
analitik.
36
Rubrik holistik menuntut guru untuk memberikan skor untuk keseluruhan proses
atau produk secara utuh tanpa menilai bagian komponen secara terpisah (Nitko,
2001). Sedangkan rubrik analitik menuntut guru memberikan skor secara terpisah,
pertama guru memberikan skor pada produk atau kinerja individu, kemudian
merangkum nilai individu untuk memperoleh skor total (Moskal; 2000 & Nitko;
2001).
Rubrik holistik pada dasarnya menuntut guru untuk menilai dan memberikan skor
atas produk atau kinerja siswa hanya sekali dari apa yang berhasil dilakukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan rubrik analitik menuntut guru untuk
menghasilkan beberapa skor di awal, lalu diikuti oleh total skor pada penilaian
Contoh rubrik holistik dan analitik dijelaskan oleh Zainul (2001) sebagai berikut.
pada proses keseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponen
dijumlahkan skor individual itu untuk memperoleh skor total. Rubrik penilaian
alat yang digunakan untuk memberikan skor dan mengevaluasi dari apa yang
berlangsung.
38
Contoh rubrik yang dikembangkan oleh (Sim, Mohd, Azila, & Lian, 2006)
sebagai berikut.
Instrumen penilaian untuk masing-masing tipe rubrik pasti berbeda. Untuk rubrik
instrumen penilaian untuk rubrik holistik lebih praktis untuk digunakan. Jenis
instrumen penilaian atau tipe dari asesmen yang menggunakan rubrik holistik
adalah check list, simple rating scale, holistic rating scale, dan task specific.
Sedangkan untuk rubrik analitik, jenis instrumen penilaian terdiri dari detailed
menghasilkan sebuah rubrik penilaian yang valid dan dapat diterapkan dalam
terlebih dahulu apakah penampilan atau produk itu akan diskor secara holistik
atau analitik.
penampilan spesifik dan indikator yang dapat diamati sebagai langkah awal
deskripsi narasi lengkap untuk rubrik holistik dan analitik; (5) melengkapi rubrik
holistik dengan deskripsi untuk semua tingkatan antara dari kinerja dan
melengkapi rubrik analitik dengan uraian untuk semua tingkat antara dari kinerja
secara terpisah untuk setiap atribut; (6) mengumpulkan sampel yang mewakili
contoh setiap tingkat; (7) merevisi rubrik sesuai kebutuhan ( Zainul, 2001).
40
melalui beberapa tahapan atau langkah yang memang sesuai dengan prosedur
yang ada agar rubrik penskoran yang dirancang bersifat valid dan dapat
panduan agar rubrik yang dihasilkan bersifat valid dan layak, namun untuk
(Daryanto, 2014).
41
siswa sendiri yang menentukan proyek yang akan dikerjakan (Bellanca, 2012).
Pilihan siswa adalah bagian terpenting dari model ini. Sementara itu, Guru
berperan sebagai fasilitator, mengatur setiap tahapan dari proses Project Based
berikutnya (Bell, 2010). Dengan model project based learning siswa dapat
berpatisipasi penuh saat pembelajaran, karena model ini dituntut agar dapat
ada yang dianggap menumpang kepada anggota yang lain (Sucipto, 2017).
memoitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of
Model Pembelajaran Project Based Learning terdiri dari beberapa tahap dimana
setiap fase harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Tahapan-
Pada tahapan model project based learning memberikan ruang yang besar untuk
Hubungan antara setiap fase dalam project based learning dengan kedua
Introduction
Keterampilan
Essential Question Komunikasi
Product Creation
Keterampilan
Presentation Kolaborasi
Evaluation And
Reflection
Gambar 6. Hubungan antara Setiap Fase dalam Project Based Learning dengan
Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi
(Sumber: diadaptasi dari Cameron, 2014)
Tahapan model project based learning yang digunakan pada penelitian ini adalah
(Cameron, 2014). Setiap Fase dalam Project Based Learning dihubungkan dengan
learning bersifat autentik dimana penampilan siswa dinilai secara umum melalui
rubrik, namun aspek yang terpenting dari penilaian model ini adalah Self-
Pada penelitian ini self-evaluation disajikan dalam bentuk angket penilaian diri
sendiri yang masing-masing diisi oleh siswa. Siswa tidak hanya mengevaluasi
Pengembangan
3. Hermawan, Desain Rubrik Menghasilkan Mengembangkan
Parsaoran Siahaan, Kemampuan desain instrumen perangkat penilaian
Endi Suhendi, Ida Berkolaborasi Siswa rubrik kemampuan yang didalamnya
Kaniawati, Achmad SMP dalam Materi berkolaborasi menggunakan
Samsudin, Anggi Pemantulan Cahaya untuk siswa SMP rubrik dengan
Hanif Setyadin, dan pada materi mengadaptasi dan
Syarif Rokhmat pemantulan memodifikasi
Hidayat cahaya. Desain rubrik hasil
rubrik digunakan pengembangan
Volume : 3 observer untuk hermawan, dkk.
Nomor : 2 menilai
Tahun : 2017 kemampuan
Halaman : 167-174 kolaborasi siswa
Jurnal Penelitian & saat praktikum.
Pengembangan
Pendidikan Fisika
4. Adi Putra M. Daud Implementasi Hasil analisis data Perangkat penilaian
dan Dewanto pendekatan ilmiah angket dan keterampilan
(scientific approach) observasi kolaboratif dan
Volume : 05 dalam meningkatkan kemampuan komunikatif yang
Nomor : 01 kemampuan kolaborasi siswa akan dikembangkan
Tahun : 2016 kolaborasi dan hasil mengalami yaitu berbasis
Halaman : 123-129) belajar siswa peningkatan project based
Jurnal di SMK Negeri 5 setelah learning sesuai
Implementasi surabaya penyampaian dengan salah satu
Pendekatan Ilmiah materi diketahui metode pada
(Science Approach) dari hasil angket kurikulum 2013.
dan observasi
akhir lebih besar
dari hasil angket
dan observasi
awal.
5. Nurhardini Pengaruh self dan Penerapan self dan
peer assessment pada peer assessment
Volume : 05 materi ekosistem dalam metode
Nomor : 01 terhadap berpikir diskusi kelompok
Tahun : 2017 Aplikatif dan kritis pada materi
Halaman : 69-76 siswa ekosistem
Jurnal berpengaruh
Implementasi positif terhadap
Pendekatan Ilmiah berpikir kritis
(Science Approach)
Pengembangan
6. Himmatus penerapan self Hasil belajar siswa
Shofiyah, Wasis assesment (penilaian dengan
diri) pada kegiatan menerapkan self
Volume : 02 praktikum untuk assesment
No : 03 meningkatkan hasil (penilaian diri)
Tahun : 2013 belajar siswa kelas X pada kegiatan
Halaman: 139 – SMAN 1 SIDAYU. praktikum lebih
142 baik daripada hasil
Jurnal Inovasi belajar siswa tanpa
Pendidikan Fisika menerapkan self
assesment
(penilaian diri)
pada kegiatan
praktikum. Respon
siswa setelah
diterapkannya self
assesment
(penilaain diri)
pada kegiatan
praktikum juga
sangat baik
7. Siti Saenab, Siti PjBL untuk Model
Rahmah Yunus dan pengembangan Pembelajaran
Andi Nurul keterampilan Project Based
virninda (2014) mahasiswa: sebuah Learning (PjBL)
kajian deskriptif terdiri dari
Seminar Nasional tentang peran PjBL beberapa tahap
Lembaga Penelitian dalam melejitkan dimana dengan
UNM keterampilan tahapan-tahapan
komunikasi dan tersebut
kolaborasi keterampilan
mahasiswa komunikasi dan
kolaborasi akan
lebih terasah.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah yang telah dilakukan sebelumnya,
Cover
Daftar Isi
Ringkasan
Rasional
Bagian 1 Bagian 2
Rekomendasi
K. Kerangka Pemikiran
47
tentang standar kompetensi lulusan untuk setiap lulusan satuan pendidikan dasar
dan menengah yang menetapkan bahwa siswa harus memiliki kompetensi pada
Hal ini menunjukkan pentingnya keterampilan abad 21 untuk dimiliki oleh lulusan
siswa SMA.
kurikulum 2013. Hal utama yang berdampak bagi guru adalah pada perubahan
perencanaan penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh
keterampilan kolaborasi dan komunikasi secara kontinu. Hal ini karena teknik
komunikasi siswa baru menggunakan teknik observasi yang dirasa sulit jika harus
mengamati keterampilan seluruh siswa. Tentu hal ini membuat guru jarang atau
bahkan tidak melakukan penilaian pada siswa saat berkolaborasi dan komunikai.
Sehingga, masih banyak guru yang menilai aspek keterampilan secara subjektif
Tahapan model project based learning yang digunakan pada penelitian ini adalah
(Cameron, 2014). Setiap Fase dalam Project Based Learning dihubungkan dengan
pembelajaran selesai.
instrumen penilaian yang tepat. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti
Bagan kerangka berpikir penelitian ini dapa dilihat pada gambar berikut.
Kondisi Nyata:
Keterampilan
Essential Question (Pertanyaan Komunikasi:
Mendasar)
1. Keterbukaan
Keterampilan (Openness)
Kolaborasi: Research and Write (Meneliti dan 2. Empati (Empathy)
Menulis) 3. Dukungan
1. Kontribusi (Supportiveness)
2. manajemen waktu 4. Rasa positif
(Time management) (Positiveness )
3. teknik penyelidikan Product Creation (Pembuatan
5. Kesetaraan (Equality)
(Research techniques) Produk)
Presentation (Presentasi)
B. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua subjek yaitu, subjek penelitian dan subjek uji
uji coba dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok. Kelompok pertama
adalah subjek untuk melakukan analisis kebutuhan yang terdiri dari siswa dan
guru. Kelompok kedua adalah subjek untuk melakukan uji validitas terhadap
produk yang telah dikembangkan yaitu praktisi ahli. Kelompok ketiga adalah
subjek uji coba untuk mengetahui kepraktisan produk yaitu Guru dan Siswa.
Kelompok keempat adalah subjek uji coba keefektifan produk yaitu Siswa kelas
C. Desain Pengembangan
prosedur pengembangan menurut Borg and Gall (1989) yang dibatasi hanya 7
Revisi hasil uji coba; 6) Uji coba lapangan; 7) revisi produk operasional. Langkah
uji lapangan operasional, revisi produk akhir dan desiminasi pada model Borg &
Gall tidak dilaksanakan karena waktu dan biaya sebagai keterbatasan penelitian.
Learning. Pada proses pengembangan akan diberlakukan uji ahli dan uji coba
produk.
Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari produk yang
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangat penilaian berupa kisi-kisi
D. Prosedur Pengembangan
prosedur pengembangan menurut Borg and Gall (1989). Penelitian ini hanya
Pada tahap analisis penelitian dan analisis kebutuhan ini dimaksudkan untuk
2) Planning (Perencanaan)
analisis potensi dan masalah yang telah dilakukan sebelumnya, maka tahap
muatan awal terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, ringkasan,
penggunaan dan rasional. Sedangkan pada bagian isi terdiri dari, kisi-kisi,
muatan akhir terdiri dari rekapitulasi nilai akhir, rekomendasi dan daftar
pustaka.
54
diri, rubrik instrumen, dan pedoman penskoran untuk memperoleh nilai akhir
instrumen adalah lembar penilaian diri karena dianggap lebih efektif untuk
digunakan dan juga didukung oleh pendapat (Bellaca, 2012; Cameron, 2014;
autentik dimana penampilan siswa dinilai secara umum melalui rubrik, namun
aspek yang terpenting dari penilaian model ini adalah self-evaluation and
penilaian diri sendiri yang masing-masing diisi oleh siswa. Siswa tidak hanya
b. Penulisan instrumen
1) Tujuan Pengukuran
kolaborasi dan komunikasi siswa dapat dilihat pada proses pembelajaran yang
2) Kisi-Kisi
yang akan diamati saat proses pembelajaran. Indikator yang ada di dalam kisi-
Bentuk dan format instrumen adalah lembar penilaian diri yang dilengkapi
catatan guru.
56
c. Menentukan skala
komunikasi adalah rating scale dengan empat alternatif skor. Skala ini
disusun dalam bentuk aspek pengamatan dan diikuti oleh pilihan skor yang
yang dimiliki.
Kriteria dari pilihan skor tidak bergantung pada aspek pengamatan karena
kadang”, dan skor 1 menunjukkan “Tidak pernah”. Kriteria dari setiap skor
Pada tahap IV dilakukan uji coba awal desain produk dalam skala terbatas
yaitu uji validasi ahli. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui ketidaksesuaian
atau kesalahan pada produk yang dibuat baik dari komponen konstruksi,
komponen substansi, komponen tata bahasa. Data hasil validasi ahli dijadikan
sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap produk I. Pada tahapan uji
coba awal ini, peneliti menggunakan produk yang telah dikembangkan untuk
57
dilakukan ujicoba awal desain produk dalam skala terbatas yaitu uji validasi
learning yang dilakukan oleh dosen ahli Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd. sebagai
Validator 2 yang dipilih peneliti adalah dosen Universitas Lampung yang ahli
pengembangan ini juga dilakukan oleh 3 Guru yaitu Ibu yani Suryani, M.Pd.
Lampung dan validator 3 adalah Guru SMK Bhakti Utama Bandar Lampung.
Validator yang dipilih peneliti adalah guru yang berstrata S2 yang ahli dalam
perbaikan dari validasi ahli. Hasil revisi produk I disebut Produk II.
58
Setelah produk II diperoleh, dilakukan uji lapangan besar. Uji ini ditujukan
pada siswa kelas XI IPA di SMA Al- Anshor Pringsewu. Tujuan dari uji
pada tahap ini guru memberikan angket penilaian diri berupa angket penilaian
angket uji kepraktisan kepada guru dan siswa. Sedangkan untuk melihat
berbasis Projec Based Learning dengan menganalisis hasil pretes dan posttest
Setelah melalui tahap uji coba produk, langkah selanjutnya adalah melakukan
uji coba pemakaian. Uji coba kelompok luas diberikan kepada guru dan siswa.
Siswa yang menjadi uji coba kelompok kecil adalah siswa kelas XI SMA N
Sedangkan guru yang menjadi subjek uji coba pemakaian adalah guru Fisika
Peneliti memperoleh 10 guru dari seluruh sekolah yang dijadikan subjek uji
coba. Untuk subjek uji coba pemakaian produk, peneliti menetapkan kriteria
guru yang akan menjadi subjek uji coba dalam memberikan pendapat
pengguna.
Langkah-langkah penelitian Borg & Gall (1989) dapat terlihat dalam Gambar 10.
Ya
5. Main Product
4. Preliminary Field Testing (Uji
Revision (Revisi Valid Validasi Ahli
coba lapangan awal)
hasil uji coba)
Tidak
Keefektifan Tidak
Uji Coba
Kelompok Kecil
6. Main Field Ya
7. Operational Product
Ya Keefektifan Tidak
Revision
(Penyempurnaan produk
komunikatif berbasis PjBL menggunakan before and after without control design.
nilai pretest dan posttest yaitu nilai keterampilan kolaborasi dan komunikatif
sebelum dan sesudah mengerjakan tugas proyek. Hal ini dilakukan untuk
komunikasi berbasi PjBL yang dikembangkan. Before and after without control
Sumber data, instrument dan teknik analisis data yang digunakan pada
G. Sumber Data
Sumber data pada pengembangan ini berasal dari tahap pengumpulan data, tahap
validasi desain, tahap uji coba produk, dan tahap uji pemakaian.
1. Pada tahap pengumpulan data, data diperoleh dari pengisian angket oleh guru
jenis dan teknik yang diterapkan oleh guru untuk menilai hasil belajar siswa
2. Pada tahap validasi ahli, data diperoleh dari pengisian angket uji kesesuaian
3. Pada tahap uji coba produk dan uji coba pemakaian, data diperoleh dari
pengisian angket uji kepraktisan oleh guru Fisika terhadap perangkat penilaian
uji coba pemakaian di peroleh dari pengisian angket oleh siswa untuk
ini, pembagian angket dilakukan pada studi lapangan, tahap validasi desain, tahap
uji coba produk, dan tahap uji coba pemakaian. Data yang dikumpulkan dan
1. Data hasil validasi ahli berupa penilaian terhadap perangkat penilaian yang
diberikan kepada siswa yang dijadikan subjek uji coba oleh guru.
Angket penilaian diri. Desain penelitian yang digunakan pada tahap ini
tugas proyek.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket analisis kebutuhan,
angket uji kesesuaian konstruksi, substansi, dan bahasa serta angket untuk
sebagai berikut
sekolah, apakah sudah sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi inti serta
Komunikasi
komunikatif
Komunikatif
komunikasi.
Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data
instrumen diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji internal
Analisis data angket berdasarkan instrumen uji internal dan eksternal dilakukan
untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai instrumen
kolaboratif dan komunikatif oleh ahli serta uji kepraktisan perangkat penilaian
Untuk uji kelayakan perangkat penilaian oleh ahli desain memiliki pilihan
jawaban, yaitu “sangat baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”. Uji
pilihan jawaban, yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju” dan “tidak
setuju”.
Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “kurang”
dan “tidak” atau para ahli memberikan saran khusus terhadap perangkat penilaian
Adapun kegiatan dalam teknik analisis untuk data angket analisis kelayakan dan
a. Validasi Ahli
berdasarkan pertanyaan angket. Pada pengkodean data ini, lembar kode yang
skala Likert
pengubahan skor menjadi skala empat menurut Sudjana (2005: 47) dapat
X in %
S 100% (Sudjana, 2005: 50)
S maks
sebagai berikut
Xi%
X in %
(Sudjana, 2005: 67)
n
b. Kepraktisan Produk
dikembangkan dari aspek kepraktisan. Pada angket respons ini terdapat empat
X in %
S 100% (Sudjana, 2005: 50)
S maks
Xi%
X in %
(Sudjana, 2005: 67)
n
2. Uji Validitas
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Jika indeks korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen
adalah jika r = 0,3 (Sugiyono, 2015: 188). Uji validitas dalam penelitian ini
3. Reliabilitas
Butir soal yang telah dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.
Intrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan
∑
( )( )
Keterangan:
: koefisien reabilitas instrumen
∑ : jumlah varians dari tiap-tiap butir tes
: varians total
SPSS 21.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan pada skala
73
4. Keefektifan Produk
Analisis efektivitas produk yang diperoleh berdasarkan data skor pretes dan
postes siswa. Tahap ini dilakukan untuk melihat keefektifan dari produk yang
Setelah data nilai diperoleh kemudian dilakukan beberapa uji sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya
Nilai yang dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan kenormalan data
tersebut yaitu:
1. Jika nilai Sig. > 0,05, maka Ho diterima, artinya data berasal dari populasi
2. Jika nilai Sig. < 0,05, maka Ho ditolak, artinya data berasal dari populasi
sebagai berikut:
tugas proyek.
tugas proyek
tugas proyek.
Uji hipotesis ini dapat dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test jika
data berdistribusi normal, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal analisis
kolaborasi dan komunikasi siswa setelah melakukan tugas proyek dengan skor
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
berbasis Project Based Learning sangat baik secara kontruksi, subtansi dan
berbasis project based learning pada pembelajaran Fisika sangat tinggi dengan
berbasis Project Based Learning pada pembelajaran Fisika sebesar 86,7%, dan
81,8%.
berbasis project based learning pada pembelajaran Fisika cukup tinggi dengan
rata-rata nilai pretes dan postes pada keterampilan kolaborasi sebesar 2,55 dan
3,09 , nilai pretes dan postes pada keterampilan komunikasi sebesar 3,0 dan
111
3,2. Dari hasil pretes dan postes keterampilan kolaborasi dan komunikasi siswa
B. Saran
Berdasarkan hasil akhir penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal
berikut:
yang digunakan siswa bisa lebih akurat dalam mendeteksi keterampilan siswa
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Saregar, A., & Umam, R. (2018). The Effect Of Feedback As Soft
Scaffolding On Ongoing Assessment Toward The Quantum Physics Concept
Mastery Of The Prospective Physics Teachers. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 7(1), 41–47.
Afandi, Junanto, T., & Afriani, R. (2016). Implementasi Digital-Age Literacy
dalam Pendidikan Abad 21 Di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan
Sains, 113–120.
Afriana, J., dan Fitriani, A. (2016). “Penerapan Project Based Learning
Terintegrasi STEM Untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Kreativitas
Siswa Ditinjau dari Gender”. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2): 202–212.
Ansell, C. dan Gash, A. (2007). Collaborative Governance in Theory and
Practice, Journal of Publik Administration Research and Theory, 18:543-
571., doi: 10.1093/jopart/mum032 First published, November 13, 2007.
Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2018.
Apriono, D. (2011). Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa dalam Belajar
Melalui Pembelajaran Kolaboratif. Jurnal Prospektus, IX (2).
Ardianti, S.D., Pratiwi, I.A., dan Kanzunnudin, Moh. (2017). Implementasi
Project Based Learning (PjBL) Berpendekatan Science Edutainment
Terhadap Kreativitas Peserta Didik. Jurnal Refleksi Edukatika, 7(2): 145-
150.
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Barkley, E. E., Cross, K. P., & Major, C. H. (2012). Collaborative learning
techniques (Teknik-teknik pembelajaran kolaboratif). (Terjemahan Narulita
Yusron). Bandung: Penerbit Nusa Media: Nusa Media.
Barry, M. (2012). What skills will you need to succeed in the future? Phoenix
Forward (online). Tempe, AZ, University of Phoenix.
Bellanca, J. (2012). Proyek Pembelajaran yang Diperkaya: Jalur Praktis Menuju
Keterampilan Abad ke-21. Jakarta: Indeks.
Bell, S. (2010). Project Based Learning for The 21st Century: Skills for The
Future. The Clearing House. Routledge Tailor & Francis Group (2010). 83:
39-43.
Black, P., Harrison, C., Lee, C., Marshall, B., dan Wiliam, D. (2003). Assessment
for Learning: Putting It into Practice. Maidenhead, Berkshire, UK: Open
University Press.
113
Borg, W. R., & Gall, M.D. (1989). Educational research: An introduction (5th
ed.). New York: Longman.
Budiastuti, E., Karomah, P., Martanti, A., & Fatmawati, D. (2014).
Pengembangan instrumen Self Assessment Pada Praktik Menjahit Rok
Berfuring. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 22(1), 29–35.
Burke, K. (2006). From Standards to Rubios in 6 Steps. California: Corwin Press.
Cameron, S., & Carolyn C. (2014). Project-Based Learning Task for Common
Core State Standards, Grade 6-8. United State of America: Mark Twain
Media, Inc.
Cangara, H. (2011). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Chappuis, J. (2009). Creating and Recognizing Quality Rubrics. Upper Saddle
River, NJ: Pearson Education.
Crawford, A., Saul, W., Samuel, & Mathews, R. (2005). Teaching and Learning
Strategies for the Thinking Classroom. New York: The International Debate
Education Association.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Gava Media
Daud, A. P. M. & Dewanto, (2016). Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific
Approach) dalam Meningkatkan Kemampuan Kolaborasi dan Hasil Belajar
Ssiswa di SMK Negeri 5 Surabaya. Implementasi Pendekatan Ilmiah
(Science Approach), pp. 123-129.
Delita, F.(2016). Penerapan Authentic Assesment Pada Mata Kuliah IPS Terpadu
Semester Gasal Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Geografi , 9(2). 133-140.
Depdiknas. (2017). Panduan Penilaian. Depdiknas: Jakarta.
De Vito, J.A. (1992). The Interpersonal Communication Book 6th Ed. New York:
Harper Collins Publisher.
Emdin, C. (2010). Dimensions of Communication in Urban Science Education:
Interactions and Transactions. Wiley Periodicals, Inc.
Faisal, Saleh,A., Saenab,S., dan Adnan .(2013). Penerapan Pembelajaran
Kolaboratif Melalui Kegiatan Lesson Study Untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Biologi. Jurnal
Bionature. 14(2), 88-94.
Garcia, J. T. (2018). Science Communication Communicating Discovery-Based
Research Results to the News : A Real-World Lesson in Science
Communication for Undergraduate Students. Journal of Microbiology &
Biologi Education, 19(1), 9–11. https://doi.org/10.1128/jmbe.v18i2.1287
114
Griffin, P., McGaw, B. and Care, E. (eds). (2012). Assessment and Teaching of
21st Century Skills. Dordrecht, NL, Springer.
Hasana, I., Saptasari, M., & Wulandari, N. (2017). Pengembangan Instrumen
Penilaian Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas XI Materi Sistem Ekskresi
Dan Koordinasi di SMAN 9 Malang. Jurnal Pendidikan Biologi, 8(2), 52–56.
Heitink, M. C., Van der Kleij, F. M., Veldkamp, B. P., Schildkamp, K., &
Kippers, W. B. (2016). A Systematic Review of Prerequisites for
Implementing Assessment for Learning in Classroom Practice. Educational
Research Review, 17, 50–62. https://doi.org/10.1016/j.edurev.2015.12.002
Hermawan, H., Siahaan, P., Suhendi, E., Kaniawati, I., Samsudin, A., Setyadin, A.
H., & Hidayat, S. R. (2017). Desain Instrumen Rubrik Kemampuan
Berkolaborasi Siswa SMP dalam Materi Pemantulan Cahaya. Jurnal
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2), 167–174.
https://doi.org/10.21009/1.03207
Hidayata, S.R, Setyadin, A.H, Hermawan, Kaniawati. I. (2017). Pengembangan
Instrumen Tes Keterampilan Pemecahan Masalah pada Materi Getaran,
Gelombang, dan Bunyi. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan
Fisika. 3(2).157-166
Hutabarat, O. R. (2004). Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK.
Bandung: Bina Media Informasi.
Innes, J.E. dan Booher, D.E. (2000). Collaborative Dialogue as a Policy Making
Strategy, Institute of Urban and Regional Development UC Berkeley, IURD
Working Paper, http:// escholarship.org/uc/item/8523r5zt. Diunduh pada
tanggal 13 Desember 2018.
Iskandarwassid. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Iyengar, S., & Massey, D. S. (2018). Scientific Communication in a Post-Truth
Society. PNAS Latest Articles, 1–6.
https://doi.org/10.1073/pnas.1805868115.
Karkehabadi, Sharon. (2013). Using Rubrics to Measure and Enhance Student
Performance. Virginia: Northern Virginia Comunity College.
Kemendikbud. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Kothari, C.R,. (2004). Research Methodology. New Delhi: New Age Internasional
Publisher.
Kulsum, U., & Nugroho, S. E. (2014). Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Konsep dan Komunikasi Ilmiah Siswa pada Mata Pelajaran Fisika. Unnes
Physics Education Journal, 3(2), 73–78.
115
P21. (2007a). The Intellectual and Policy Foundations of the 21st Century Skills
Framework. Washington DC, Partnership for 21st Century Skills.
Ponzio, N. M., Alder, J., Nucci, M., Dannenfelser, D., Hilton, H., Linardopoulos,
N., & Lutz, C. (2018). Learning Science Communication Skills Using
Improvisation, Video Recordings, and Practice, Practice, Practice. Journal of
Microbiology & Biologi Education, 19(1), 1–8.
Prasetyorini, H., Mustaji, & Bachri, B. S. (2016). Pengembangan Materi Pelajaran
IPA dalam Platform Course Networking sebagai Media Pembelajaran secara
Blended Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan
Kolaborasi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan ,1(1),49–57.
Pratiwi, I. A., Ardianti, S. D., & Moh.Kanzunnudin. (2018). Peningkatan
Kemampuan Kerjasama Melalui Model ProjectT Based Learning (PjBL)
Berbantuan Metode Edutaiment Pada Mata Pelajaran IPS. Jurnal Refleksi
Edukatika, 8(2), 177-182.
ReadWriteThingk. (2005). Collaborative Work Skills Rubric. Internasional
Reading Association.
Rosidin, U. (2017). Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran.Yogyakarta: Media
Akademi.
Ryan, M., Utari, S., & Feranie, S. (2015).Profil Keterampilan Komunikasi Siswa
SMP Pada Pembelajaran dengan Strategi Reading Infusion dan Penggunaan
Socrative. Jurnal Pendidikan Sains, 3(1), 1–9.
Saenab, S., Yunus, S. R., & Virninda, A. N. (2006). PjBL untuk Pengembangan
Keterampilan Mahasiswa : Sebuah kajian deskriptif tentang peran PjBL
dalam melejitkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi mahasiswa. 45–
50.
Satata. (2012). Bahasa Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Sheydaei, M., Adibsereshki, N., & Movallali, G. (2015). The Effectiveness of
Emotional Intelligence Training on Communication Skills in Students with
Intellectual Disabilities. Iranian Rehabilitation Journal, 13(3), 7–12.
Shofiyah, H., & Wasis.(2013). Penerapan Self Assesment (Penilaian Diri) Pada
Kegiatan Praktikum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMAN 1 SIDAYU. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(3)T, 139 – 142.
Sim, S., Mohd, N., Azila, A., & Lian, L. (2006). A Simple Instrument for the
Assessment of Student Performance in Problem-based Learning Tutorials.
Annals Academy of Mediecine, 35(9), 634–641.
Softwan, M., & Habibi, A. (2018). Problematika Dunia Pendidikan Islam Abad 21
dan Tantangan Pondok Pesantren di Jambi. Jurnal Kependidikan, 46(2),
271–280.
Spiller, D. (2012). Assessment Matters : Self-Assessment and Peer Assessment.
117
Wirawan, F & Mubarak, F.A. (2014). Kajian Teoritis Model Productive: Suatu
Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek yang Dikembangkan melalui
Kegiatan Komunikatif. Jurnal Prosiding Pendidikan Sains , 1(1) FKIP
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wusqo, I.U., Taufiq, M., & Handayani, R. (2016). Pengembangan Asesmen
Alternatif Praktikum Kimia Dasar Melalui Chemistry Fair Project (CFP)
Berbasis Konservasi Dengan Memanfaatkan Daily Chemical. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 33(2). 145-154
Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas.
Zechia, D. C. (2017). Professional Communication Skills and ESP Teaching in
the Digital World. Mircea Cel Batran” Naval Academy Scientific Bulletin",
20(1), 546–548. https://doi.org/10.21279/1454-864X-17-I1-088