Anda di halaman 1dari 22

BAB I

KONSEP DASAR

A. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis (Hardi & Huda, 2015)
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok
(ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi
banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera
membaik dengan pengobatan. (Ardian, dkk, 2013)
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran,
2001). Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan (J. Reves, 1999). Gastritis adalah peradangan mukosa
lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh
makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.
B. Etiologi & Faktor Resiko
Menurut Hardi & Huda, (2015) beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri
Bakteri masuk melalui makanan/udara/zat zat lain yang
terkontaminasi oleh bakteri H.Pylori melalui mulut sampai ke lambung
(gaster) bakteri tersebut hidup dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung, bakteri tersebut akan merusak lapisan pelindung dinding lambung
sehingga terjadi athropi gastritis, dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak yang menjadi tingkat asam lambung rendah

1
2

yang dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak


dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Bakteri ini juga
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan tersering sebagai
penyebab gastritis (Hardi & Huda, 2015)
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen masuk ke dalam lambung → obat bereaksi
mengurangi prostaglandin (fungsi prostaglandin yaitu melindungi dinding
lambung) → infiltrasi sel-sel radang → atrofi progresif sel epitel kelenjar
mukosa → kehilangan sel parietal & chief sel → dinding lambung menipis
→ peradangan. Pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis
dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol masuk ke dalam lambung → dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga terjadi
peradangan pada lambung.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung → mengiritasi dinding lambung dan
menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan
pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

7. Crohn's disease
3

Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada


dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi dan kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric
valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika
katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam
lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal. Apabila
disimpulkan dari penyebab diatas maka semua itu termasuk dari faktor :
a. Faktor imunologi
b. Faktor bakteriologi
c. Faktor lain seperti : NSAID (aspirin), merokok, alkohol, kafein, stres/
ansietas, refluk usus-lambung, bahan kimia.

C. Patofisiologi Gastritis
4

Alkohol,Makan makanan yang mengan dung asam,pedas,bakteri,dll



Peningkatan Asam Lambung

Merangsang keluarnya Histamin, serotonin, Dopamin, Asatilkolin
↙↘
Nyeri Epigastrium Peningkatan permeabilitas Kapiler dan Fasodilatasi
↓↓
Atropi tunika Mukosa
↙↘
Edema Pada Sel Lambung,Erosi superfisial
Sel parietal ↓produksi Hcl ↓
↓↓
Mual dan muntah
↓↓
Atropi dan infiltrasi sel gangguan digesti
↓↓
Malabsorbsi Vitamin B12 Sisa makanan didigesti bakteri colon
↓↓
anemia pernisiosa Pembentukan Gas
↓↓
Penurunan Hb Darah Kembung, rasa begah, mual dan muntah

D. Kalsifikasi
Menurut Ardian, dkk (2013) gastritis dibagi kedalam dua klasifikasi yaitu :
1. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan biasanya
terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering berkaitan
dengan penggunaan obat obat anti inflamasi nonsteroid (khususnya, aspirin)
dalam waktu yang lama dan dosis tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan pembedahan), iskemia dan
syokjuga menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi, uremia,
infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alakali, iradiasi lambung, trauma
mekanik, dan gastrektomi distal.

2. Gastritis kronis
5

Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan


inflamatorik yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi
atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar belakang
terjadinya dysplasia dan karsinoma
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari gastritis akut adalah sindrom dyspepsia berupa
nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah, merupakan salah satu keluhan
yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
Sedangkan pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai
keluhan, hanya sebagian kecil mengalami nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan
pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan (Mansjoer, 1999: 492-493).
Pada pemeriksaan penunjang, Endoskopi dapat dilihat adanya gambaran
lesi di mukosa lambung, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
histopatologi yang dilakukan dengan tiga komponen yaitu:
1. Etiologi untuk menyebutkan adanya helicobacter pylori,
2. Topografi adanya gastritis kronik antrum, korpus,
3. Morfologi yang menerangkan adanya inflamasi, atrofi, metaplasia intestinal
dan helicobacter pylori dan dari biopsi pada mukosa lambung akan
dihasilkan Ropid Ureum Test (CLO) dan PA positif.
Pemeriksaan kultur ditemukannya infeksi helicobacter pyllori apalagi
jika ditemukan ulkus pada lambung dan duodenum dan pada pemeriksaan
serologi ditemukan helicobacter pylori, sedangkan pada pemeriksaan radiologi
ditemukan adanya gambaran kontras tunggal yang sukar untuk melihat adanya
lesi pada permukaan superficial, maka sebaiknya digunakan konttras ganda.
(Mansjoer, 1999 : 493 ; Suyono, 2001 : 131 ).
6

F. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang
diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada
tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.
pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
7

sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang
lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat
tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
4. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
(Lindseth GN. 2012)
H. Penatalaksanaan Gastritis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor
utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut :
a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang;
ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. ika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie
yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
sukralfat (untuk sitoprotektor).
e. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
f.Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
2. Gastritis Kronis :
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
8

b. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau


amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) (Lindseth GN. 2012)
9

BAB II
WOC GASTRITIS KRONIS
Stress Alkhohol, Obat-obatan (NSAID) Makanan merangsang Helicobakter pylori
Panas, pedas, asam

Menghambat aktivitas siklooksigensi gesekan antar dinding2 lambung dlm suasana asam yg tinggi
menyerang bag. Fundus gaster
merangsang Erosi pd lambung
saraf simpatis & Produksi prostaglandin menurun
N.vagus Iritasi sel epitel kolumner gaster Desquamasi sel

kerusakan topikal Merusak fx. Defensive utk pengeluaran mukus produksi HCL meningkat ,

obat bersifat korosif Mengiritasi mukosa lambung


Produksi mukus berkurang
Merusak sel-se epitel mukosa Nyeri epigastrium perangsangan medulla oblongata
Respon radang
kronis:
Mokusakarida & mukopelipetida menurun meransang saraf simpatik N. vagus - destruksi kelenjar
Gangguan Rasa
nyaman: Nyeri Menekan impuls mual,
Vitamin B12 rusak sebelum diabsorbsi muntah, & anoreksia sel mukosa hilang

GASTRITIS KRONIS
Nutrisi kurang dari
Sel darah banyak immature ulkus membesar kebutuhan tubuh

Ulkus mengalami perdarahan


Anemia perniciosa
Darah masuk ke colon

GASTRITIS AKUT Tinja berwarna hitam seperti aspal

Melena Hematemesis
10

Kekurangan volume
cairan & elektrolit
WOC
GASTRITIS AKUT

Obat-obatan AINS Makanan yang merangsang Diet yang tidak baik Stress Kuman
(Analgetik dan Anti Imfflamasi) (Pedas, Asam, Mgndng Gas) (Helicobacter pylorus )

Menghambat prostatglandin Menghambat sel epite lambung Lambung kosong Merangsang Nervus Vagus Menyerang mukosa lambung

Vasodilatasi di lapisan mukosa peningkatan produksi HCL Peradangan lapisan mukosa lambung

Produksi Mukus lambung turun iritasi dinding lambung

Proteksi lapisan mukosa turun


Peradangan lapisan mukosa lambung

GASTRITIS AKUT

HCL meningkat Peradangan oleh Helicobacter pylorus

Sensasi Kenyang Iritasi Menekan refleks muntah destruksi kelenjer mukosa Metaplasia dengan desquamosa

Anoreksia eksfeliasi (pengelupasan) mual Kerusakan pembuluh darah elastisitas lambung turun
MK : kekurangan volume
Penurunan nafsu makan Erosi lapisan mukosa cairan kekakuan

Perdarahan lambung Nyeri gangguan pencernaan


MK: Kebutuhan nutrisi
kurang MK : Ggn perfusi jaringan MK : Nyeri
11
12

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Asuhan Keprawatan
Asuhan keperawatan pada pasien gastritis mengikuti proses keperawatan yang
terdiri dariunsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, intervensi, dan evaluasi (Nursalam, 2016)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian adalah
proses pengumpulan semua data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian dilakukan secara
komprehensip terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual
(Kozier dkk, 2010). Adapun beberapa aspek yang dikaji berkaitan dengan gastritis
adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas atau Istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan
irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan darah, takikardi, penyakit
serebrovaskular, distrimia, kulit pucat, sianisis, diaforesis.
c. Integritas Ego
Berhubungan dengan faktor stress akut atau kronis dapat ditandai dengan
ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar.
d. Eliminasi
Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka
peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses. Dapat ditandai dengan nyeri tekan abdomen,
distensi, bunyi usus sering hiperaktif, diare, atau konstipasi dapat terjadi
(penggunaan antasida), haluaran urine menurun atau pekat.
13

e. Makanan atau cairan


Makanan yang menimbulkan gas, makanan pedas, anoreksia, mual, muntah,
masalah menelan seperti cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau
muntah.
f. Neurosensori Pusing, sakit kepala, perubahan keterjagaan, gangguan
pengelihatan, respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan),
penurunan retina optik.
g. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat
tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar
setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri di ulu
hati melebar ke kiri.
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea noctural paroksimal, ortopnea, riwayat merokok,
bunyi nafas tambahan, sianosis, distres respirasi.
i. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung
kaki dapat mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pemeriksaan fisik diperlukan
empat modalitas dasar yang digunakan meliputi :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk
mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Perawat
yang berpengalaman melakukan beberapa observasi hampir secara
bersamaan, sambil menjadi sangat perseptif terhadap tanda dini adanya
abnormalitas. Dalam melakukan pemeriksaan inspeksi adalah selalu
memberi perhatian pada pasien. Perhatikan semua gerakan dan lihat dengan
cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi. Data yang didapat
berupa, wajah tampak pucat, tampak berhati-hati pada daerah yang sakit,
dan berkeringat.
14

2) Palpasi
Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk
membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus fisik.
Keterampilan ini sering kali digunakan bersamaan dengan inspeksi. Selama
palpasi, pasien diusahakan dalam keadaan santai sehingga tidak terjadi
ketegangan otot yang dapat mempengaruhi optimalitas dari hasil
pemeriksaan. Pada pasien gastritis ulu hati akan terasa nyeri saat di palpasi.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan
tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan
konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk menemukan adanya
cairan di dalam rongga tubuh. Dengan teknik perkusi lokasi, ukuran, dan
densitas struktur dapat ditentukan. Perkusi membantu memastikan
abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau pengkajian
melalui palpasi dan auskultasi. Pada pasien gastritis suara perkusi abdomen
timpani.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan telinga tanpa alat
bantu, meskipun sebagian bunyi dapat didengar dengan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi dan karakteristik. Pada pasien gastritis suara auskultasi
bising lambung dan usus sering terdengar hiperaktif
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan keputusan terhadap respon klien tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawatan. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosis keperawatan ini adalah Nausea. Nausea adalah keadaan tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah (PPNI, 2016).
15

Tabel 1 Diagnosis Keperawatan berdasarkan SDKI pada Pasien Gastritis dengan


Nausea
Masalah Penyebab Tanda dan gejala
Nausea Iritasi lambung - Mayor Subjektif :
Kategori : Psikologis 1. Mengeluh mual
Subkategori : Nyeri dan 2. Merasa ingin muntah
Kenyamana 3. Tidak berminat makan
Objektif : (tidak
tersedia)
- Minor Subjektif :
1. Merasa asam dimulut
2. Sensasi panas/dingin
3. Sering menelan
- Objektif :
1. Saliva meningkat
2. Pucat
Nyeri ulu hati inflamasi mukosa lambung - Subjek
Klien mengeluh nyeri
- Objektif
Terdapat nyeri tekan
merintih
Ketidakseimbangan cairan Pemasukan cairan dan - Mayor Subjektif
elektrolit yang kurang, 1. Mengeluh muntah
muntah, perdarahan. 2. Tidak ada nafsu makan
Aktivitas intolerance - Objektif
berhubungan dengan 1. Pucat
kelemahan fisik. 2. perubahan tandatanda
vital
3. mukosa kulit basah
tanda-tanda dehidrasi.

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan fase proses keperawatan yang penuh
pertimbangan dan sistematis dan mencangkup pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah, perencanaan merujuk pada data pengkajian pasien dan
pernyataan diagnosa sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan pasien dan
merancang intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah,
mengurangi, atau mengilangkan masalah pasien (Kozier, dkk, 2010).
16

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan


yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Tujuan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan
Intervensi berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) pada
nausea, meliputi :
Tabel 2 Tujuan Berdasarkan SLKI dan Intervensi

Diagnosis Tujuan ( SLKI ) Intervensi ( SIKI )


keperawatan
Nausea Tingkat mual dan muntah Manajemen mual
menurun. Observasi
Kriteria hasil: 1. Identifikasi pengalaman mual
1. Keluhan mual 2. Identifikasi dampak mual
menurun terhadap kualitas hidup
2. Perasaan ingin muntah 3. Identifikasi faktor penyebab mual
menurun Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual
2. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual
3. Berikan makanan dalam jumlah
kecil.
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
2. Anjurkan makan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
3. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetic jika perlu Manajemen
muntah
Observasi
1. Identifikasi karakteristik muntah
2. Identifikasi faktor penyebab
muntah
3. Identifikasi kerusakan
esophagus dan faring posterior
Terapeutik
1. Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah
2. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab muntah
17

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
istirahat
2. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetik
jika perlu
Nyeri Ulu Hati Paint control Setelah di Pain menegent
lakukan tindakan 1. Observasi tingkat nyeri klien
keperawatan Pain secara baik meliputi frekuensi,
menegent Observasi lokasi, intensitas, reaksi.
tingkat nyeri klien secara 2. Observasi tanda- tanda vital
Mengidentifikasi nyeri 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas
untuk melakukan dalam
intervensi Kekurangan 4. Edukasi keluarga untuk terlibat
Volume cairan dalam asuhan keperawatan
berhubungan dengan 5. Jelaskan sebab - sebab nyeri
pemasukan elektolit yang kepada klien
kurang, mual, muntah 6. Kolaborasi pemberian analgesik
selama... jam
diharapakan nyeri
berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil :
3. Klien mengatakan rasa
nyeri berkurang atau
hilang
4. Tekanan darah 90/60-
140/90 mmHg
5. Nadi 60- 100x/menit
6. Respirasi 16-
24x/menit
7. Nyeri ringan 2- 3 6.
Wajah klien tidak
menyeringai
Ketidakseimbanga Setelah di lakukan 1. Awasi masukan dan haluaran,
n cairam tindakan kepeawatan karakter dan frekuensi muntah.
selama... jam 2. Kaji tandatanda vital.
diharapakan klien dapat 3. Ukur berat badan tiap hari.
menunjukkan pemasukan 4. Kolaborasi pemberian antiemetik
elektrolit yang kuat pada keadaan akut
dengan kriteria hasil
1.
berat badan
2.
18

4. Pelaksanaan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam
tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut
(Kozier, 2010).
5. Aplikasi Pemikiran Kritis Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gastritis
dengan Ak
a. Pengertian
Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan dan
pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu
akupunktur (Nurhanifah et al., 2019). Penelitian lain menyebutkan Akupresur
merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional Cina yang dapat
digunakan untuk menurunkan nyeri, mengobati penyakit dan cidera.
Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada beberapa titik
pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan
keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Teknik akupresur ini tidak invasif,
aman, dan efektif. Akupresur terbukti dapat mengurangi nyeri punggung,
kepala, osteoarthritis, otot, leher, nyeri pre-operasi dan postoperasi, mual
muntah dan masalah tidur. Lama tindakan akupresur berdurasi antara 2 menit
sampai 30 menit (Enggal Hadi Kurniawan, 2016).
b. Etiologi
Akupresur menurut pandangan peneliti dapat menurunkan mual muntah
pada pasien gastritis. Proses dengan teknik akupresur menitik beratkan pada
titik-titik saraf tubuh (Fengge, 2012).
Istilah titik akupresur yang dimaksud dalam buku panduan ini sama
dengan titik akupunktur, selanjutnya titik akupunktur dalam buku panduan ini
disebut sebagai titik akupresur. Titik akupresur merupakan tempat
terpusatnya energi vital (qi) sekaligus merupakan tempat untuk melakukan
19

penekanan sehingga tercapai keseimbangan yin yang dalam tubuh. Jenis –


jenis, Titik akupresur ada 3 jenis yaitu :
1) Titik akupresur umum adalah titik akupresur yang terletak di jalur
meridian umum dan meridian istimewa.
2) Titik akupresur ekstra adalah titik akupresur yang terletak di luar jalur
meridian umum dan meridian istimewa
3) Titik nyeri adalah titik akupresur yang bukan merupakan titik akupresur
umum maupun titik akupresur ekstra. Pada titik tersebut akan dirasakan
nyeri apabila dilakukan penekanan (dalam fase pasif) maupun tidak
dilakukan penekanan (dalam fase aktif).
Pada penanganan kasus gastritis menggunakan titik sebagai berikut:
1) Zusanli (ST36)
Titik ini merupakan titik He lambung, meregulasi Qi lambung dan
meredakan nyeri
2) Neiguan (PC6)
Titik ini merupakan titik dominan dari delapan meridian istimewa, yang
mempunyai indikasi melancarkan Qi pada San Jiao, menenangkan
Shen/jiwa dan memodulasi Wei-lambung, serta melancarkan Qi dan
menghilangkan tekanan pada dada dan perut.
3) Hegu (LI4)
Titik ini dikenal sebagai titik nyeri tubuh, berguna untuk setiap kondisi
yang berhubungan dengan wajah, kepala, dan sirkulasi tubuh berupa
angina dan panas.
4) Neiting (ST 44)
Titik ini merupakan titik ying lambung yang berfungsi untuk
menghilangkan panas dalam perut (Jie, 2014).
c. Prosedur Pemberian Alat Terapi
Alat yang digunakan dalam terapi akupresure adalah stik kayu tumpul.
Pemijatan kadang juga menggunakan jari sebagai penekan. Adapun tahap
pelaksanaan akupresur adalah sebagai berikut:
20

1) Relaksasi : Relaksasi dilakukan dengan memijat tengkuk, bahu, lengan,


tangan, pinggang, paha dan kaki dengan menggunakan jari dan telapak
tangan, masing-masing sebanyak 5 (lima) kali.
2) Menentukan titik-titik akupresur yang akan ditekan.
3) Penekanan/pemijatan dilakukan pada titik-titik akupresur sebanyak 20
sampai 30 kali tekanan, kekuatan tekanan dianggap cukup apabila sepertiga
kuku menjadi putih pada saat penekanan dilakukan. Kekuatan tekanan
disesuaikan apabila dilakukan dengan alat bantu tumpul. (Depkes RI, 2015)
d. Kesimpulan
Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan
dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Berguna untuk mengurangi
bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan
penyakit. Salah satu bentuk dari pembedahan dengan menusukkan jarum-jarum
ke titik-titik tertentu di badan, akupresur menyembuhkan sakit dan nyeri yang
sukar disembuhkan, nyeri punggung, spondilitis, kram perut, gangguan
neurologis, artritis, mual, muntah
21

DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2013. Mengenal dan Menanggulangi Penyakit Perut. Bandung: CV Putra
Setia

Ardian Ratu R & G. Made Adwan.2013, Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien,
Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.

Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. (S. C. Smeltzer
& B. G. Bare, Eds.) (8th ed.). Jakarta: EGC.

Friedman, E. T. Bowden. V. & Jones. E. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga :


Riset, Teori, dan Praktik. (5th ed.). Jakarta: EGC.

Lindseth GN. 2012. Gangguan Lambung dan Duodenum Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit. Edisi ke 6. Jakarta: EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: PPNI.

Saydam. 2011. Memahami Baerbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan Gangguan


Pencernaan). Bandung: Alfabeta.
22

Anda mungkin juga menyukai