Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi perkembangan yang diampu
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Emosi ialah Perasaan, atau efek, yang terjadi ketika seseorang berada dalam
keadaan atau interaksi yang penting baginya. Emosi dicirikan oleh perilaku yang
mencerminkan (mengekspresikan) kesenangan atau ketidaknyamanan dari keadaan
seseorang atau transaksi yang sedang dialami.(Bayi & Sosial, n.d.)
Pengaruh emosi terhadap Biologis dan Lingkungan ialah Emosi dipengaruhi
keduanya oleh dasar yaitu biologis dan pengalaman seseorang.
Pola asuh antara orang tua-anak pada masa bayi dan kanak-kanak sangat
menentukan pola kepribadian dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Pola asuh
tersebut merupakan sumber dari emosional dan kognitif yang memberikan
kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan di kehidupan sosial. Relasi
ini dimulai sejak anak terlahir ke dunia, atau sudah dimulai sejak janin berada dalam
Rahim ibu.(Cenceng, 2015)
PEMBAHASAN
Tangisan dan senyuman merupakan dua ekspresi emosi yang ditunjukkan bayi
saat berinteraksi dengan orang tua. Menangis adalah mekanisme terpenting yang
dimiliki bayi baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunia mereka. Tangisan pertama
membuktikan bahwa paru-paru bayi telah terisi udara. Tangisan juga dapat
memberikan informasi tentang kesehatan sistem saraf pusat bayi baru lahir. Bayi baru
lahir bahkan cenderung merespon dengan tangisan dan ekspresi wajah yang negatif
ketika mendengar bayi baru lahir lainnya menangis.(Bayi & Sosial, n.d.)
Tangisan dasar: Pola ritme yang biasanya terdiri dari teriakan, diikuti
dengan hening yang lebih singkat, kemudian peluit yang lebih pendek
dengan nada yang lebih tinggi daripada teriakan utama, kemudian
istirahat singkat lainnya sebelum tangisan berikutnya. Beberapa ahli
bayi percaya bahwa kelaparan adalah salah satu kondisi yang memicu
tangisan dasar.
Tangisan marah: Variasi teriakan dasar di mana lebih banyak udara
berlebih dipaksa melalui pita suara.
Sakit menangis: Seruan keras awal yang tiba-tiba diikuti dengan
menahan napas; tidak ada rintihan awal. Jeritan nyeri dirangsang oleh
rangsangan intensitas tinggi. (Bayi & Sosial, n.d.)
Cenceng. (2015). Perilaku Kelekatan Pada Anak Usia Dini (Perspektif John Bowlby).
Lentera, IXX(2), 141–153.