Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bergulirnya era reformasi di Indonesia, telah menghadirkan titik

perubahan pada struktur pemerintahan salah satu di antaranya adalah dalam hal

pengelolaan keuangan. Perubahan dimulai dari agenda reformasi yang salah

satunya yaitu desentralisasi keuangan dan otonomi daerah yang dituangkan dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Adanya desentralisasi mengharuskan

sistem pengelolaan keuangan daerah dikelola mandiri oleh pemerintah daerah

(Jayanti dkk., 2014:5).

Otonomi daerah merupakan bagian dari demokratisasi dalam menciptakan

sebuah sistem yang power share setiap level pemerintahan serta menuntut

kemandirian sistem manajemen di daerah. Pemberian otonomi luas kepada daerah

diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pemerintah

daerah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan informasi

keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat

dipercaya sehingga dituntut untuk memiliki sistem informasi yang andal. Dalam

rangka memantapkan otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah

1
2

hendaknya sudah mulai memikirkan investasi untuk pengembangan sistem

informasi akuntansi (Latifah dan Sabeni, 2017:3).

Tranparansi merupakan mempertanggungjawabkan apa yang telah

dilakukan dengan memberi informasi yang relevan atau laporan yang terbuka

pada pihak luar atau organisasi mandiri (legislator, auditor, publik) dan

dipublikasikan. Pada akhirnya transparansi menjadi suatu kebutuhan di dalam

pengelolaan pemerintah termasuk bidang keuangan khususnya dalam hal

penyusunan anggaran berbasis kinerja (Haryatmoko 2011:112)

Sedangkan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan

ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian

hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut (Ernie

dan Saefullah 2015:317). Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah

sangat penting dilakukan, karena pengawasan merupakan suatu usaha untuk

menjamin adanya keserasian antara penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah

(pusat) dan menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah. Dalam

pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan selama ini, negara telah membuat

aparatur pemerintah yang bergerak dalam kegiatan pengelolaan keuangan daerah

tidak lagi dianggap berada dalam kelompok profesi manajemen oleh para

profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan

keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintah yang baik

yang sesuai dengan lingkungan pemerintah (PP No 60 Tahun 2008).

Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, terdapat banyak penyimpangan

yang berkaitan dengan anggaran di suatu instansi pemerintah. Penyalahgunaan


3

wewenang dalam pengelolaan anggaran daerah kerap terjadi dan muncul ke

permukaan sehingga masyarakat seringkali mempertanyakan kinerja pemimpin

daerah. Berbagai kasus terkuak ke publik dan terjadi di kota-kota besar yang

mengindikasikan kota-kota lainnya berpotensi pula terjadi penyimpangan tersebut

salah satunya di Kota Lhokseumawe. Kinerja pemerintah yang semakin menurun

selama ini dengan kinerja pemerintah Kota Lhokseumawe secara umum masih

mempunyai kelemahan terutama yang terkait dengan pengelolaan keuangan Kota

Lhokseumawe. Hal ini terjadi karena transparansi keuangan daerah dan

pengawasan keuangan daerah belum maksimal, dimana seharusnya pengelolaan

keuangan daerah yang baik adalah kemampuan mengontrol kebijakan keuangan

daerah secara ekonomis, efisien, transparan dan akuntabel. Agar laporan

pertanggungjawaban yang disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

yang artinya masih ada target kinerja dalam pembangunan Kota Lhokseumawe

yang belum tercapai sesuai dengan sasaran target (Sadjiarto, 2011:29)

Pemerintah Kota Lhokseumawe memiliki catatan laporan keuangan  pada

realisasi anggaran terdapat cukup banyak pendapatan yang tidak mencapai target.

Misalnya pada kelompok pendapatan asli daerah hanya terealisasi sebesar 84 %,

pada kelompok pendapatan transfer pemerintah pusat lainnya terealisasi sebesar

72,5% dan pada kelompok pendapatan transfer pemerintah provinsi hanya

terealisasi sebesar 42,7%. Tingginya berbagai asumsi masyarakat terhadap

pelaksanaan otonomi daerah menyebabkan kinerja pemerintah menjadi salah satu

isu yang menjadi sorotan publik. Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah

dituntut untuk melaksanakan kinerja yang baik dalam menjalankan tugas dan
4

tanggung jawabnya. Tuntutan akan kinerja pemerintah yang baik ini terjadi

hampir disemua pemerintahan seiring dengan diterapkannya konsep otonomi

daerah dan penetapan perundang-undangan terkait dengan pengelolaan

pemerintahan termasuk pemerintah di Kota Lhokseumawe (Rizal, 2017).

Pemerintahan Kota Lhokseumawe di tahun 2017 yang harus dibayar

kepada pihak ketiga dengan anggaran 2018 mencapai Rp. 254,48 miliar lebih.

Jumlah hutang pemerintah Kota Lhokseumawe sebanyak Rp. 254,48 miliar

tersebut berdasarkan perhitungan Badan Pengelolaan Keuangan Kota

Lhokseumawe, sedangkan anggaran pemerintahan Kota Lhokseumawe di tahun

2018 hanya Rp. 437,993,320,240. Perhitungan jumlah kewajiban tersebut belum

final. Pasalnya, saat penyusunan rancangan PPAS 2017 lalu, DPKAD Kota

Lhokseumawe sedang mengadakan review khusus dengan tujuan validasi

penetapan jumlah nilai kewajiban yang harus dibayarkan oleh Satuan Kerja

Perangkat Daerah/Kota (SKPD/SKPK). Sampai saat ini pihak DPKAD Kota

Lhokseumawe masih bekerja melakukan validasi data jumlah hutang pemko

Lhokseumawe, seharusnya masing-masing kepala SKPK membuat surat

pernyataan tentang jumlah hutang yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga.

Selanjutnya ditetapkan Peraturan Wali Kota (Perwal) sebagai dasar pembayaran

hutang tersebut (Rizal, 2017)

Berdasarkan dari banyaknya hutang pemerintahan Kota Lhokseumawe

akibat defisit (kekurangan) anggaran tidak hanya dialami Lhokseumawe saja,

tetapi hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia (www.portalsatu.com, 2017),

jadi diperlukan pengawasan yang lebih ketat dari inspektorat dan DPKAD Kota
5

Lhokseumawe sebagai pengawasan internal dibawah bupati agar tidak terjadinya

pemborosan dan kebocoran anggaran sehingga diperlukanya transparansi dan

pengawasan dalam pengelolaan keuangan daerah di Kota Lhokseumawe.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul ”Pengaruh Transparansi dan Pengawasan Keuangan

Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kota Lhokseumawe (Studi

pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Lhokseumawe) ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah di Badan

Pengelolaan Keungan Daerah Kota Lhokseumawe?

2. Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap kinerja pemerintah di Badan

Pengelolaan Keungan Daerah Kota Lhokseumawe?

3. Bagaimana pengaruh transparansi dan pengawasan keuangan terhadap kinerja

pemerintah di Badan Pengelolaan Keungan Daerah Kota Lhokseumawe?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah di Badan

Pengelolaan Keungan Daerah Kota Lhokseumawe


6

2. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap kinerja pemerintah di Badan

Pengelolaan Keungan Daerah Kota Lhokseumawe

3. Untuk mengetahui pengaruh transparansi dan pengawasan keuangan terhadap

kinerja pemerintah di Badan Pengelolaan Keungan Daerah Kota Lhokseumawe

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Adapun manfaat Praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan atau perbandingan bagi pihak organisasi mengenai

pengaruh transparansi dan pengawasan keuangan daerah terhadap kinerja

pemerintah Kota Lhokseumawe

2. Sebagai hasil karya dalam menambah wawasan pengetahuan yang dapat lebih

memperluas pola pikir pembaca khususnya mengenai pengaruh transparansi

dan pengawasan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah Kota

Lhokseumawe

1.4.2 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat Teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dalam memperluas wawasan khususnya

tentang pengaruh transparansi dan pengawasan keuangan daerah terhadap

kinerja pemerintah Kota Lhokseumawe serta mengetahui sejauh mana

hubungan antara teori yang diperoleh di perkuliahan dengan kondisi nyata yang

ada di lapangan.
7

3. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai tambahan literatur kepustakaan universitas di bidang penelitian tentang

pengaruh transparansi dan pengawasan keuangan daerah terhadap kinerja

pemerintah Kota Lhokseumawe

4. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang ingin mengadakan penelitian

sejenis pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai