Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

SRI WAHYUNI

P2002117

PROGRAM PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA


2021
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan
A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensor: Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori perspsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,2008)
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan
dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu “khayal”, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “terespsi”.
2. Tanda dan gejala
Menurut Hamid (200), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
a. Bicara sendiri
b. Senyum sendiri
c. Ketawa sendiri
d. Menggerakan bibir tanpa suara
e. Pergerakan mata yang cepat
f. Respon verbal yang lambat
g. Menarik diri dari orang lain
h. Berusaha untuk menghindari orang lain
i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
j. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
m. Ekspresi muka tegang
n. Mudah tersinggung, jengkel dan marah
o. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
p. Sulit berhubungan dengan orang lain
q. Tampak termor dan berkeringat
r. Perilaku panik
s. Agitasi dan kataton
t. Curiga dan bermusuhan
u. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
v. Ketakutan
w. Tidak dapat mengurus diri
x. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang

3. Rentang Respon

Respon Adaptif Repon Maladaptif

Pikiran logis persepsi akurat Distorsi pikiran (pikiran Gangguan Pikir/delusi


emosi konsisten dengan kotor) Halusinasi
pengalaman perilaku sesuai Ilusi Perilaku disorganisasi
Hubungan Sosia Reaksi emosi berlebihan atau Isolasi Sosial
kurang
Perilaku aneh dan tidak bisa
menarik diri

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosisal budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut respon maladaptif
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
di lingkungan
b. Respon psikososial
Respon psikosial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indra
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah satu atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati
4) Isolasi sosial adalah kondiri kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
4. Penyebab
a Faktor Predisposisi
Menurut yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi
adalah :
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu mialnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebakan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasak disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorag maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adaktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam megambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat uanh diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah
halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu
sebagai makhluk yang dibangun atas unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu:
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh bebrapap kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan
demam hingga delirium, inkonteksikasi alkohol dan kesulitan
untuk tidur dalam wakti yang lama
b) Dimensi emosional
Perasaan ceman yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyeba halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga
dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
c) Dimensi itelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan implus yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien
d) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien menganggap bahwa hidpu bersosialisasi
dialami nyata sangat membahayakan. Klien asyik denga
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosialm control diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontol oleh individu tersebut, sehingga
jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang
lain individu cenderung keperawatan kloen dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah
dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri,
irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut
malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa
dan tidak jelan tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdit tetapi
lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan
lingkungan dan orang lain yang menyebabakan takdirnya
memburuk.
C. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri


sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal

Effect

Gangguan persepsi sensori:


Halusinasi

Core Problem

Isolasi Sosial

Cause
D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
a. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal)
b. Gsangguan persepsi sensori: Halusinasi
c. Isolasi Sosial
E. Data Yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasisosial : menarikdiri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandang antar jam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :

1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan


dengan stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :

1) Klien berbicara dan tertawa sendiri


2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4) Disorientasi
c. Isolasisosial : menarik diri
Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih


alternative tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan

F. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
b. Isolasisosial : menarik diri
G. Rencana Tindakan Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Gangguan persepsi sensori : halusinasi Manajemen halusinasi (I.09288)
(D.0085) Persepsi sensori (L.13124) 1. Monitor perilaku yang meng
Definisi : tidak mampu mempertahankan keutuhan 1. Verbalisasi mendengar bisikan identifikasi halusinasi
persepsi terhadap identitas diri
2. Verbalisasi melihat bayangan 2. Mnitor dan sesuaikan tingkat aktivitas
Gejala mayor
Subjektif : persepsi terhadap diri 3. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui dan stimulus lingkungan
berubah,bingung dengan nilai nilai budaya, tujuan indra peraba 3. Monitor isi halusinasii misal,
hidup, jenis kelamin, atau nilai nilai ideal. 4. Verbalisasi merasaka melalui indra kekerasan, atau membahayakan diri
Perasaan yang fluktuatif terhadap diri. penciuman 4. Pertahankan lngkugan yang amna
Objektif perilkau tidak konsisten hubungan yang
5. Verbalisasi merasakan melalui indra 5. Diskusikan perasaan dan respon
tidak efektif, strategi kopin yang tidak efektif,
penampilan perak tidak efektif
pengecap halusinasi
6. Distorsi sensori 6. Hindari perdebatan tentang validitas
Gejala minor 7. Perilaku halusinasi halusinasi
Subjektif : - 8. Menarik diri 7. Anjurka monitor sendiri situasi
Objektif : -
9. Melamun terjadinya halusinasi
10. Respon sesuai stimulus 8. Anjurkan bicara pada orang yang
dipercaya untuk memberi dukunga da
Keterangan
1 : munurun umpan korektif terhadap halusinasi
2 : cukup menurun 9. Ajarkan melakuka distraksi
3 : sedang 10. Ajarkan pasien dan keluarga
4 : cukup meningkat mengontrol halusinasi
5 : meningkat 11. Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas.
Isolasi sosial (D.0121) Keterlibatan sosial ( L.13115) Terapi aktivitas (I.05186)
Definisi : 1. Minat interaksi 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Kemampuan untuk membina hubungan yang erat,
2. Verbalisasi isolasi 2. Identifikasi kemampuan beradaptasi
hangta bterbuka dan interdependen dengan orang
lain. 3. Minat terhadap aktivitas 3. Identifikasi sumber daya untuk
Gejala mayor 4. Verbalisasi ketidak nyamanan di aktivitas yang diinginkan
Subjektif : merasa ingin sendiri dan merasa tidak tempat umu 4. Monitor respon emosional,fisik,sosial
aman di tempat umum 5. Afek murung/sedih dan spiritual terhadap aktivitas
Objektif : menarik diri tidak berminat/menolak
6. Perilaku bermusuhan 5. Fasilitasi fokus pada kemampuan
berinteraksi dengan orang lain ata lingkungan.
7. Perilaku bertujuan bukan defisit yang dialami
Gejala minor 8. Kontak mata 6. Koordinasikan pemilihan aktivitas
Subjektif : merasa berbeda denga orang lain, sesuai kemapuan
merasa asyik dengan pikiran sendir, merasa tidak Keterangan 7. Libatkan keluarga dalam aktivitas
mempunyai tujuan jelaso 1 : munurun 8. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
Objektif : aafek datar,afek sedih,. Riwayat ditlak, 2 : cukup menurun sehari-hari
menunjukan permussuhan, tidak mampu mmenuhi
3 : sedang
harapan, kondisi difabel, perkembangan terlambat, 9. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
4 : cukup meningkat
tidak ada kontak mata,tidak bergairah.
5 : meningkat kelompok atau terapi
10. Kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan danmemonitr
program aktivitas
11. Rujuk pada pusat dan program
aktivitas komunitas.
STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI

A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas serta melihat bayangan-bayangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi

Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan
merawat bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak
siapa?Bapak Senang dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara
tersebut? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri
atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”

Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara
itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama
kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak
katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-
suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini
kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah
nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi
saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00?
Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi.
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita
latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar
cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.
Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang
telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara
dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi
seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan
siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar
punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi
untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan.

Anda mungkin juga menyukai