Anda di halaman 1dari 2

Isolasi Mandiri (Homecare)

Indikasi pasien untuk melakukan isolasi mandiri atau homecare treatment adalah klinis
pasien infeksi ringan dan hasil tes virologi memberika hasil dua kali berturut-turut negatif
dengan interval pengambilan minimal 24 jam. Pada keadaan tertentu seperti kapasitas penuh di
fasilitas kesehatan, isolasi mandiri dapat dilakukan dengan pemantauan ketat. Pertimbangan
indikasi isolasi mandiri di rumah antara lain pasien terjangkau untuk proses monitoring, ada
keluarga atau caregiver yang dapat merawat dalam keadaan sehat, dan tidak terdapat komorbid
seperti penyakit paru, jantung, ginjal, dan sitem imun.(Susilo et al., 2020)

Pasien ditempatkan di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik dan terpisah dari
ruangan anggota keluarga lain minimal jarak ruangan satu meter. Satu orang caregiver harus
dipastikan sehat dan dapat memberikan perawatan. (Susilo et al., 2020)

Pasien rawat hendaknya memakai masker surgical yang setiap hari diganti, menerapkan
etika batuk, cuci tangan dengan langkah yang benar. Bila dalam satu ruangan, caregiver harus
memakai masker surgical dan menggunakan sarung tangan medis bila harus berkontak dengan
cairan tubuh pasien. Peralatan personal seperti alat makan dipisah dan dicuci tersendiri dengan
sabun dan air mengalir. Desinfeksi ruangan kamar pasien dan kamar mandi dengan sabun atau
detergen dilanjutkan dengan larutan sodium hipoklorit 0.1%. (Susilo et al., 2020)

Edukasi pemenuhan gizi pasien juga diperlukan. Kebutuhan makronutrien dipenuhi


sesuai dengan kebutuhan energi total. Kebutuhan mikronutrien diberikan tergantung kondisi
pasien dengan memerhatikan tanda defisiensi dan kebutuhan antiinflamasi, antioksidan,
imunonutrisi, pre/probiotik. Pemberian vitamin C baik diberikan pada pasien untuk fungsi
antiinflamasi. Vitamin C intravena direkomendasikan karena efeknya sepuluh kali lebih kuat
disbanding oral. Pemberian suplementasi zinc ionophore dapat diberikan untuk mengganggu
replikasi virus SARS Cov-2 secara efisien. Hidrasi yang cukup juga dibutuhkan karena infeksi
virus pada mukosa usus dan karena pemberian obat-obatan antiviral dan antibiotik. (Nurpudji A,
Dadang Arief, Wijayanto, Nur Ainun, Mariniar, Aryanti, 2020)

Nurpudji A, Dadang Arief, Wijayanto, Nur Ainun, Mariniar, Aryanti, A. F. dan D. (2020).
Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi COVID-19. Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi
Klinik Indonesia, 1, 1–51.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H.,
Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E.,
Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020).
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia,
7(1), 45. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

Anda mungkin juga menyukai