Anda di halaman 1dari 6

Gingerol (Zingiber officinale)

Gingerol (1-[4′-hydroxy-3′-methoxyphenyl]-5-hydroxy-3-decanone) merupakan fenolik


homolog yang diisolasi dari akar tanaman rimpang Zingiber officinale atau tanaman jahe yang
banyak digunakan sebagai rempah bumbu masakan. Jahe merupakan rempah-rempah yang
dimanfaatkan rimpangnya untuk kebutuhan memasak dan diekstrak sebagai obat herbal yang
berguna untuk kesehatan.

Gambar Stuktur Kimia Gingerol

Park et al. pada tahun 1998 memaparkan bahwa aplikasi topikal dari ginerol pada
percobaan dengan tikus secara signifikan menghambat formasi papilloma pada kulit. Gingerol
berperan sebagi antiinflamasi dengan mengurangi aktivitas epidermal ornithine dekarboksilase,
menginhibisi cyclooxygenase-2 (COX-2) dan mensupresi faktor nuclear factor kappa-light-
chain-enhancer teraktivasi sel B (NF-KB) dengan memodulasi aktivitas p38 mitogen-activated
protein kinase (MAPK). Gingerol juga berperan sebagai antioksidan di mana perannya
mengurangi UV radiation-induced intracellular ROS levels, aktivase caspase-3. -8.-9, dan
ekspresi Fas. Walaupun belum terdapat publikasi pada percobaan klinis manusia terkini, sudah
dijalankan investigasi terhadap gingerol pada nanopartikel solid lipid untuk penggunaan topikal
untuk meningkatkan stabilitas kimia kulit.
Curcumin

Curcumin (diferuloylmethane ;1,7-bis(4- hidroksi-3-metoksifenol)-1,6-hepdiena-3,5-


dion) adalah polifenol fitokemikal derivat dari rizoma tanaman the golden spice yaitu kunyit
yang biasa dipakai sebagai rempah bumbu masakan dan dikenal pula dapat dimanfaatkan.
Curcumin diisolasi dari bagian rimpang tanaman kunyit (Curcuma longa). Curcumin diekstrak
dari kunyit yang memiliki pigmen warna kuning alami.

Gambar Struktur Kimia Curcumin

Beberapa penelitian menyatakan adanya signifikansi sifat antiinflamasi dan antioksidatif


pada curcumin. Curcumin juga memliki sifat cancer-preventive dengan memodulasi COX-2, NF-
KB, 5-lipoxygenase (5-LOX), STAT3, C-reactive protein (CRP), prostaglandin E2 (PGE2).
Kuttan et al. yang pertama memaparkan aktivitas anti-kanker curcumin pada manusia di mana ia
menemukan curcumin secara topikal dapat menunjukkan berkurangnya ukuran lesi kanker
eksternal.

Dahmke. Et al melaporkan sifat onkotik pada kurkumin pada sebuah pecobaan tikus
dengan melanoma di mana curcumin meningkatkan ekspresi miRNA-205-5p yang berperan
signifikan pada meregulasi proliferasi sel dan apoptosis sehingga curcumin dapat dikatakan
bersifat antiproliferative pada skin cancer.
• Yee Ng C, Yen H, Hsiao Hui Y, Su Shih C. Phytochemicals in Skin Cancer Prevention
and Treatment: An Updated Review. Int J Molecular Sciences [Internet]. 2018 Mar [cited
2022 Feb 11];19(4):941 Available from ncbi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5979545/
• Cullen Jason K, Simmons Jacinta L, Parsons Peter G, Boyle Glen M. Topical treatments
for skin cancer. Adv Drug Delivery Reviews [Internet]. 2020 Jan [cited 2022 Feb 11];54-
64 Available from Elsevier:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0169409X19301930
Tatalaksana Medikamentosa dan Non-Medikamentosa Basal Cell Carcinoma (BCC)
Pemilihan modalitas terapi tergantung dari usia pasien, jenis kelamin, ukuran lesi, dan jenis lesi.
Tidak ada tatalaksana secara spesifik ideal untuk semua lesi atau untuk semua pasien.
Hendaknya pemeriksaan biopsi dilakukan untuk mengonfirmasi dan menentukan subtipe
histologi nya.

Tujuan utama dari tatalaksana BCC adalah mengangkat total tumor dan mencegah rekurensi di
kemudian hari, mengoreksi kelainan fungsional yang diakibatkan tumor, dan memberikan hasil
yang secara kosmetik memuaskan terkhusus karena kebanyakan BCC terdapat pada wajah.

Tatalaksana pada BCC biasanya berbasis operasi namun dapat pula dilakukan tatalaksana medis
dan rasiasi. Beberapa terapi yang dapat dilakukan adalah Mohs micrographic surgery (MMS),
eksisi standar, EDC, radiasi, fotodinamik terapi, cryosurgery, terapi topikal, dan tatalaksana
secara sistemik dengan obat contohnya Vismodegib.

Pada Mohs surgery memberikan hasil jangka panjang yang baik dan merupakan modalitas utama
terapi BCC serta mencegah rekurensi terjadi. Pada lesi fasial, eksisi sederhana dengan margin
sempit seringkali tidak adekuat untuk pengangkatan efektif. EDC sering digunakan untuk
tatalaksana BCC risiko rendah. Radiasi juga merupakan opsi untuk tatalaksana BCC di mana ia
berperan sebagai terapi adjuvan di mana pada tatalaksana operatif dapat memberikan dampak
buruk pada persarafan dan struktur vital, atau jika didapatkan invasi perineural oleh sel kanker.
Kekurangan terapi radiasi adalah mahal, berdampak kosmetik buruk pada pasien,
memperpanjang jumlah unjungan pasien, dan meningkatkan risiko kanker kulit lain.

Cryosurgery juga merupakan opsi tatalaksana untuk BCC risiko rendah. Tatalaksana ini
melibatkan aplikasi terkontrol dari nitrogen cair yang secara klinis terlihat dan margin sekitar
kulit normal dan dilakukan pendinginan dengan temperature -60oC. Tatalaksana topikal untuk
BCC adalah dengan 5-fluorouracil (5-FU) dan Imiquimod 5%. Kedua terapi topikal ini
merupakan pilihan yang baik untuk pasien BCC superfisial dan tidak kooperatif untuk dilakukan
operasi. Reaksi pada bagian yang diaplikasikan dapat berupa eritema, pruritus, nyerim edema,
hipopigmentasi, hiperpigmentasi, pembentukan krusta, perdarahan, dan erosi. Kekurangan lain
adalah tidak ada konfirmasi histologik atas hilangnya tumor.
McDaniel B, Badri T, Steele Robert B. Basal Cell Carcinoma. StatPearls [Internet]. 2021 [Cited
2021 Februari 16]; Available from :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482439/

Tatalaksana Medikamentosa dan Non-Medikamentosa Squamous Cell Carcinoma (SCC)

Tatalaksana operatif adalah tatalaksana utama untuk SCC. Mohs micrographic surgery
merupakan tatalaksana pilihan untuk SCC pada kepala dan leher. Mohs Surgery juga merupakan
tatalaksana pilihan untuk pasien SCC yang imunosupresi, rekuren, dan memliki fitur agresif
secara histologic, serta SCC dengan kedalaman lebih dari sama dengan 2 mm. Terkait actinic
keratosis dapat ditatalaksana dengan beberapa modalitas terapi termasuk Mohs Surgery, eksisi,
tergantung dari klinis dan tampilan histologi.

Terapi lain meliputi retinoid oral atau topikal untuk mengurangi perkembangan SCC.
Fotodinamik terapi dan 5-fluorouracil (5FU) topikal atau imiquimod dapat dipakai untuk
mengurangi perkembangan SCC.

Jesse Y, Howell, L Michael, Ramsey. Squamous Cell Skin Cancer. StatPearls [Internet]. 2021.
[Cited 2021 Februari 16]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441939/

Komplikasi Basal Cell Carcinoma

Komplikasi dari Basal Cell Carcinoma meliputi rekurensi, metastasis ke organ atau jaringan lain,
dan peningkatan risiko terbentuknya kanker kulit lain.

Fagan J, Brooks J, Michael L, Ramsey. Basal Cell Cancer. StatPearls [Internet].2021. [Cited
2022 Februari 16]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470301/

Komplikasi Squamous Cell Carcinoma

Komplikasi dari Squamous Cell Carcinoma meliputi metastasis ke organ atau jaringan lain,
invasi local, nyeri, kehilangan fungsi, buruk secara estetika, dan kematian.
Jesse Y, Howell, L Michael, Ramsey. Squamous Cell Skin Cancer. StatPearls [Internet]. 2021.
[Cited 2022 February 16]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441939/

Pencegahan

Pencegahan terhadap terjadinya BCC ataupun SCC dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Penggunaan pakaian tertutup yang benar dan penggunaan sunscreen merupakan cara utama
dalam pencegahan. Pencegahan utama adalah menghindari paparan cahaya UV matahari. Bila
memungkinkan pasien dapat dimonitor UV indeksnya. Penggunaan UV protektif seperti topi
wide-brimmed, pakaian lengan panjang, dan kacamata hitam UV-protektif perlu disarankan ke
pasien.

Guerra K, Zafar N, Jonathan S. Crane. Skin Cancer Prevention. StatPearls [Internet].2021. [Cited
2022 February 16]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519527/

Anda mungkin juga menyukai