Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

DISUSUN OLEH:

MIFTAHUL JANNAH
(P031914401021)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


DIII KEPERAWATAN
TINGKAT 2A
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr wb.
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang masih
memberikan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Makalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)”. Tidak lupa shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan
inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada para dosen yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ini. Jika
ada yang kurang dari makalah ini dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik
yang yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari pembaca guna
penyempurnaan dan perbaikan pada pembuatan makalah mendatang.

Wassalamu’alaikum.wr.wb

Pekanbaru, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................... 2
D. Manfaat ............................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Konsep Dasar BBLR.......................................................... 3
1. Definisi........................................................................ 3
2. Etiologi........................................................................ 4
3. Tanda-Tanda Klinis.................................................... 5
4. Komplikasi pada BBLR.............................................. 6
5. Pencegahan................................................................. 9
6. Perawatan.................................................................... 9
B. Asuhan Keperawatan BBLR.............................................. 10
1. Pengkajian................................................................... 10
2. Diagnosis Keperawatan.............................................. 14
3. Intervensi Keperawatam............................................. 14
4. Implementasi Keperawatan......................................... 17
5. Evaluasi....................................................................... 17

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................ 18
B. Saran................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil
yang menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat
ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang
indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-
negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi
berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini
diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5
juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah.
Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500
gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana
17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara
berkembang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda-tanda klinis BBLR  ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana pencegahan pada BBLR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda-tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda-tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar BBLR


1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan
lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk
mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di
London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
a. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai
37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
c. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
            World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan
2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir
rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir
 BBLR      : BB < 2500gr
 BBLSR    : BB 1000-1500gr
 BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan
1) Prematur, adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan

3
untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai
Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2) Dismaturitas, adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi
dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga
Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK
), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

2. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
            BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Penyakit:
a) Toksemia gravidarum
b) Perdarahan antepartum
c) Truma fisik dan psikologis
d) Nefritis akut
e) Diabetes mellitus

2) Usia Ibu
a) Usia <16 tahun
b) Usia >35 tahun
c) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
3) Keadaan social
a) Golongan social ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak sah
4) Sebab lain
a) Ibu yang perokok

4
b) Ibu peminum alcohol
c) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromosom
c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat racun.

3. Tanda-Tanda Klinis
a. Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
- Berat kurang dari 2500 gram
- Panjang kurang dari 45 cm
- Lingkar dada kurang dari 30 cm
- Lingkar kepala kurang dari 33 cm
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
- Kepala lebih besar
- Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
- Otot hipotonik lemah
- Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
- Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
- Kepala tidak mampu tegak
- Pernapasan 40 – 50 kali / menit
- Nadi 100 – 140 kali / menit

b. Gambaran klinis BBLR secara khusus :


1) Tanda-tanda Bayi Prematur
a) BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
b) Umur kehamilan kurang dari 37 mg.

5
c) Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
d) Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
e) Kepala mengarah ke satu sisi.
f) Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan
kurang, sering tampak peristaltik usus.
g) Tulang rawan dan daun telinga imatur.
h) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
i) Pergerakan kurang dan lemah.
j) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
k) Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
l) Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau
lurus.
m) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki
laki).
2) Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
a) Preterm sama dengan bayi premature
b) Term dan post term :
- Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
- Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
- Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
- Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
- Tali pusat kuning kehijauan.
- Mekonium kering.
- Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

4. Komplikasi pada BBLR


Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah, terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir
diantaranya:

6
 Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
 Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
 Termoregulasi: Hipotermia
 Hipoglikemia simtomatik

a. Pada prematur yaitu :


1) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit
membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk
membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
2) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna,
sering ditemukan pada bayi prematur.
3) Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan
oleh karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan
pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya
ditemukan pada atopsi.
4) Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor
kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi
bilirubium direk belum sempurna.
5) Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum
sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan
bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga
cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas
rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu
banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar
(36,5 – 37,5 0C)

7
b. Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan
di dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah
berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan
berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah
hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan
terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
1) Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan
stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
2) Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai
hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia
kronik di dalam uterus.
3) Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi.
4) Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang
pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterine dan sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai
berikut:
a. Suhu tubuh yang tidak stabil.
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR.
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
d. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
e. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
f. Gangguan immunologic.

8
5. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin
yang dikandung dengan baik.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.

6. Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
a. Mempertahankan suhu tubuh optimal
b. Mempertahankan oksigenasi
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Mencegah dan mengatasi infeksi
e. Mengatasi hiperbilirubinemia
f. Memenuhi kebutuhan psikologis
g. Melibatkan program imunisasi

9
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat
namun seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai

APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau


adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2009).
a. Biodata Pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal
lahir jenis kelamin. Biodata penanggung jawab meliputi: nama (ayah
dan ibu), umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan antenatal
 Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
 Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa
tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas
kesehatan.
 Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
 Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.

10
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.

c. Riwayat kesehatan Post natal


 Pengkajian awal
Metode yang paling sering digunakan untuk mengkaji
penyesuaian segera bayii baru lahir terhadap kehidupan
ekstrauterin adalah sistem skoring APGAR. Skor ini
didasarkan pada observasi denyut jantung, usaha bernafas,
tonus otot, reflek iritabilitas dan warna. Setiap item diberi skor
0,1, atau 2. Evaluasi pada kelima kategori tersebutdibuat pada
menit 1 dan 5 setelah kelahiran dan diulang sampai kondisi
bayi stabil.
 Pengkajian umum
 Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan
denganmenggunakan timbangan elektronik.
 Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
 Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur
saatistirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi
edema.
 Observasi adanya deformitas yang tampak.
 Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk,
hipotonia,tidak responsive, dan apnea.
 Pengkajian respirasi
 Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya
insisi,slang dada, atau devisiasi lainnya.
 Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan
cuping hidung atau retraksi substernal, interkostal atau
subklavikular.
 Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.

11
 Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor,
krepitasi, mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa
suara, grunting), berkurangnya masukan udara, dan
kesamaan suara napas.
 Tentukan apakah diperlukan pengisapan.

 Pengkajian kardiovaskuler
 Tentukan denyut jantung dan iramanya.
 Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
 Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum
intensity/PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling
keras terdengar danteraba (perubahan PMI menunjukkan
adanya pergeseran imediastinum).
 Jelaskan warna bayi (bisa karena gangguan jantung,
respirasi atauhematopoetik), sianosis pucat, plethora,
jaundis, dan bercak-bercak.
 Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
 Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang
dipakai.
 Pengkajian gastrointestinal
 Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema
dindingabdomen, tampak pelistaltik, tampak gulungan
usus, dan status umbilicus.
 Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang
berkaitan dengan pemberian makanan, karakter dan
jumlah residu jika makanan keluar, jika terpasang selang
nasogasrtik, jelaskan tipepenghisap, dan haluaran (warna,
konsistensi, pH).
 Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
 Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa
adanya darah.
 Jelaskan bising usus.

12
 Pengkajian genitourinaria
 Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
 Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan),
warna pH,temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk
menyaring kecukupan hidrasi).
 Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam
mengkaji hidrasi).
 Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
 Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat
aktivitas terhadaprangsang, dan evaluasi sesuai masa
gestasinya.
 Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
 Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking,
plantar, tonickneck, palmar).
 Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
 Suhu tubuh
 Tentukan suhu kulit dan aksila.
 Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
 Pengkajian kulit
 Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang
memerah, tanda iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah
terkelupas, terutama dimanaperalatan pemantau infus
atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
 Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai
(missal plester, povidone-jodine).
 Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut,
bersisik, terkelupas dan lain-lain.
 Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang sering muncul menurut (Wong, 2009) :

13
1. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan Imaturitas paru
dan neuromuscular, penurunan energy dan keletihan
2. Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan kontrol
suhu imatur dan berkurangnya lemak tubuh subkutan.
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan defek pertahanan
imunologik
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko) yang
berhubungan dengan ketidakmampuan mengingesti nutrient karena
imaturitas dan/ atau sakit

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut (Wong, 2009)

a. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan Imaturitas


paru dan neuromuscular, penurunan energy dan keletihan

Tujuan : pasien memperlihatkan parameter oksigenasi yang adekuat


Tindakan :

 Posisikan telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung


menghadap keatas dalam posisi “mengendus”.

Rasional : untuk mencegah penyempitan nafas

 Selama penggantian popok, angkat bayi sedikit dibawah panggul dan


jangan menaikkaan kaki dan tungkai

Rasional : karena perut akan menekan bagian dada

 Laksanakan program yang ditetapkan untuk terapi suplemen


oksigen (pertahankan konsentrasi O2 ruangan pada tingkat FiO2
minimal berdasarkan pada gas darah arteri SaO2)

Rasional : untuk meningkatkan O2

 Observasi adanya tanda gawat nafas, pernafasan cuping hidung,


retraksi, takipnea, apnea, grunting , sianosis, saturasi oksigen
(SaO2 rendah)

14
b. Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan kontrol
suhu imatur dan berkurangnya lemak tubuh subkutan.

Tujuan : pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang stabil

 Letakkan bayi dalam inkubator, penghangat, radiasi, atau pakaian hangat


dalam tempat tidur terbuka untuk mempetahankan kestabilan suhu tubuh.

Rasional : agar bayi tiidak kehilangan panas tubuh

 Hindari situasi bayi yang mendesprosisikan bayi pada


kehilangan panas, seperti pajanan terhadap udara dingin kekeringan,
mandi, timbangan dingin atau Kasur dingin. Rasional : untuk menstabilkan
suhu tubuh bayi
 Pantau kadar glukosa serum

Rasional : untuk menjamin eugikemia

 Pantau suhu aksila bayi yang tidak stabil(gunakan probe kulit atau kontrol
suhu udara, periksa fungsi servokontrol, bila digunakan)

Rasional : untuk mengetahui kondisi suhu bayi

c. Resiko infeksi yang berhubungan dengan defek pertahanan imunologik

Tujuan : pasien tidak memperlihatkan tanda infeksi nosokomial

Tindakan :

 Yakinkan semua pemberi asuhan telah mencuci tangan sebelum dan


setelah menangani bayi

Rasional : untuk meminnimalkan pajanan organisme infeksi

 Cegah personel yang mengalami infeksi saluran nafas atas atau infeksi
menular untuk tidak kontak langsung dengan bayi Rasional : bayi memiliki
sistem imun yang lemah sehingga mudah tertular penyakit.

15
 Berikan antibiotika sesuai permintaan

Rasional : antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi

 Yakinkan asepsis dan/atau sterilitas ketat pada prosedur invasif dan


peralatan sepertiterapi IV perifer, tusukan lumbal dan pemasangan kateter
arteri/vena

Rasional : sterilitas pada prosedur invasif dapat mencegah terjadinya infeksi

d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko) yang


berhubungan dengan ketidakmampuan mengingesti nutrient karena
imaturitas dan/ atau sakit

Tujuan ; pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan asupan kalori untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen dan memperlihatkan pertambahan berat
badan yang bermakna.

Tindakan :

 Kaji kesiapan untuk menyusu, terutama kemampuan untuk mengoordinasi


penelanan dan pernafasan

Rasional : Bayi berat badan lahir rendah memiliki sistem pencernaan yang belum
matang

 Bantu ibu memerah payudaranya

Rasional : untuk mempertahankan dan memastikan laktasi sampai bayi dapat


menyusu payudara.

 Gunakan selang orogastrik bila bayi mudah kelelahan atau refleks,


menghisap, muntah, atau menelan lemah

Rasional : karena pemberian susu dengan menyusu payudara sering


mengakibatkan penurunan berat badan.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan menurut (Wong, 2009)

a. Mempertahankan patensi jalan nafas

16
b. Mempertahankan kestabilan suhu tubuh
c. Perlindungan dari infeksi dan cidera
d. Pertahankan keadekuatan nutrisi

5. Evaluasi
Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian
berulang dan evaluasi terus menerus asuhan berdasarkan pada panduan
observasi berikut (Wong, 2009)

a. Ukur tanda vital dan lakukan pengkajian respirasi dengan interval


waktuberdasarkan kondisi dan kebutuhan bayi, observasi usaha
respirasi bayi dan responnya terhadap terapi, periksa fungsi
peralatan, periksa hasil uji laboratorium.
b. Ukur suhu kulit abdomen dan aksila dengan interval tertentu.
c. Obervasi tingkah laku dan penampilan bayi untuk melihan adanya
tanda sepsis.
d. Kaji hidrasi, kaji dan ukur asupan cairan, observasi bayi selama
pemberian nutrisi, ukur jumlah susu formula atau asupan
parenteral, timbang setiap hari.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.  

18
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, Ika, S.sit. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta:nuha medika.


Proverati, Atikah,SKM, MPH dan Cahyo, Ismawati Sulistyorini, S.Kep., Ns.
2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: nuha medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM. 2010. Asuhan Neonates, bayi
dan anak balita. Jakarta: trans info media.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

19

Anda mungkin juga menyukai