Disusun oleh:
Nama : Santi Yulian
NIM : KHGC18047
Kelas/Prodi : 3A/S1 Keperawtan
PENDAHULUAN
Salah satu amanat Undang-Undang Dasar 1945 saat berdirinya Indonesia ada- lah
memberikan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia. Hal ini menjadi
tugas penting bagi semua elemen untuk dapat saling bahu-membahu dalam
mensejahterakan rakyat dan memberikan rasa am- an termasuk saat dalam kegiatan
ekonomi dan investasi di Negara ini. Salah satu persoalan yang dihadapi dalam bidang
perekonomian adalah masih rumitnya iklim investasi di Indonesia dan korupsi di
bidang perizinan menjadi masalah serius yang merata dan tersebar di seluruh
pemerintah daerah negeri ini.
Selain itu efek yang ditimbulkan bagi daerah seperti menghasilkan pandangan
bahwa desentralisasi memiliki konsekuensi yang ambigu : pada satu sisi
memungkinkan daerah untuk lebih memiliki kewenangan sehingga fleksibel dan
responsif dalam melakukan pelayanan publik; tapi pada sisi lain, juga menyebabkan
para pejabatnya lebih memiliki kesempatan untuk korup. Korupsi oleh pejabat terpilih
dan pegawai pu blik dapat menjadi sumber utama ketidak puasan publik terhadap
pemerintah daerah. Ketika pejabat mengkorup uang dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (AP-BD), atau meminta uang dari individu atau perusahaan yang
berbisnis dengan atau diatur oleh pemerintah daerah, maka akan terjadi kenaikan biaya
pemerintah, peraturan yang tak dijalankan, dan secara umum mereduksi kualitas
penyelenggaraan pemerintahan. Akhirnya, korupsi menghancurkan harapan pelayanan
publik yang baik sebagai tujuan desentralisasi itu sendiri. Indonesia Corruption Watch
(ICW) menyebutkan bahwa korupsi di daerah telah menyebabkan buruknya kualitas
pelayanan publik, khususnya di sektor pendidikan, transportasi, kesehatan, investasi
perizinan dan lain sebagainya.
Maraknya korupsi di level lokal ini sejalan dengan kondisi serupa di level nasional.
Indikasi maraknya praktek korupsi di Indonesia dapat dilihat dari angka persepsi
korupsi, misalnya hasil studi yang dilakukan Transparency International. Secara global,
dalam sepuluh tahun terakhir, survei Transparency International (TI) menempatkan
Indonesia masuk dalam kelompok negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi. Dari
Corruption Perception Index (CPI) untuk skor 10 (terbersih) hingga skor 0 (ter- korup),
Indonesia sejak tahun 2001 hingga 2010 selalu dibawah skor 3,0 atau masih tergolong
negara sangat korup. Baru pada tahun 2012 tren positif kenaikan skor CPI mulai
terlihat. Terbukti dengan perolehan skor Indonesia naik menjadi 3,2 Persen.
BAB 2
PEMBAHASAN
Sejak awal reformasi yang ditandai dengan jatuhnya Soeharto dari kursi
kepresidenan. Korupsi tidak mengenal waktu dan kondisi. Hampir setiap hari kita
disuguhkan dengan berita Operas Tangkap Tangan yang dilakukan oleh KPK dan ini
terus berlangsung hingga hari ini. Lebih jauh lagi para pejabat Negara tidak memiliki
kepekaan Anti korupsi. Bukti ini ditunjukan dengan makin banyaknya kepala daerah
yang memberi tempat terhormat bagi para mantan napi korupsi yang dipromosi- kan
dalam jabatan-jabatan tertentu di lingkungan Pemda di Indonesia. Ini menjadi persoalan
pelik bagi pembe- rantasan korupsi di Indonesia.
Salah satu masalah yang dihadapi terkait korupsi adalah birokrasi pemerintahan.
Secara tidak langsung pemerintah diberi kewenangan yang sangat besar sesuai dengan
fungsinya yang diwujudkan dalam bentuk hak dan kewajiban. Sistem ini mendasarkan
pada aspek hukum guna memberikan arah tuntutan berbagai kehidupan yang berakar
pada keyakinan bangsa Indonesia. Secara tidak langsung birokrasi pemerintahan yang
dalam hal ini adalah ASN (Aparatur Sipil Negara berkedudukan sebagai aparatur
Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
professional, jujur, adil dan merata dalam penyelengaraan tugas negara, Pemerintahan
dan pembangunan. Dan secara garis besar objek hukum administrasi negara adalah
kekuasaan pemerintah yang dalam kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh ASN.
Dalam konteks birokrasi, pelaksanaan fungsi ASN berkenaan dengan konsep
personal administration yang berarti bahwa administrasi dari suatu Negara adalah hasil
produk dari pengaruh-pengaruh politik dan sosial sepanjang sejarah Negara yang
bersangkutan. Oleh karena itu suatu sistem administrasi tidak akan cukup dipahami
dengan baik tanpa adanya pengetahuan administrasi dalam bentuk lampau.
Perkembangan saat ini adalah Negara akan mengembangkan administrasinya deng an
sistem yang sama satu dengan lainnya.
3.1. Kesimpulan
Pengungkapan kasus korupsi perizinan di Indonesia memberikan sinyalemen
bahwa semakin hari permasalahan perizinan menjadi persoalan serius yang harus
dibenahi untuk dapat segera diselesaian. Penegakan hukum terhadap pemberantasan
tindak pidana korupsi mutlak harus dilaukan sebagai cara untuk memperbaiki birokrasi
negeri ini. Salah satu kewenangan tersebut adalah dengan cara melakukan pencabutan
terhadap perizinan yang terindiasi koruptif. Halini diatur dalam ketentuan pasal 12 hu-
ruf G Undang-Undang KPK yang menyatakan bahwa KPK berwenang untuk mencabut
sementara perizinan, lisensi, serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka
atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti permulaan yang cukkup ada hubungan
dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa. Pencabutan sementara tersebut
dmaksudkan untuk menghindari kerugian Negara yang lebih besar. Kemudian jika
memang terbukti ada korupsi dalam penerbitan izin adalah tugas pemerintah untuk
membatalkannya. Pemerintah harus berperan aktf untuk mengoreksi keputusan-
keputusan yang koruptif. Ini berangkat dari asas ius contrarius actus yang menyatakan
bahwa badan atau pejabat yang menerbitkan keputusan pemerintah dengan sendirinya
berwenang untuk membatalkan keputusannya tersebut. Hal ini dapat menjadi cara bagi
pemerintah untuk membatalkan izin yang terindikasi korupsi ataupun suap.
Daftar Pustaka
Natal Kristiono, Buku Ajar Otonomi Daerah, Universitas Negeri Searang, 2015.
Oce Madril, Membatalkan perizinan Koruptif, Kompas Kolom Opini.
Sulardi, Menyelamatkan Negara dari Bencana Korupsi, Setara Pers, 2013.
Ika Vera Tika, Laporan Akhir Tahun 2017 Hukum dan Kriminalitas: Kepala
Daerah, Korupsi, dan Modus Baru, https://www.pikiran-rakyat.com, diakses pada
tanggal 2 januari 2018.