T.A 2018/2019
Bab I
PENDAHULUAN
Islam adalah salah satu agama terbesar di Indonesia. Mereka ini juga mengimani satu
Tuhan yaitu Allah. Catatan terakhir pengikut sekitar 1,8 miliar orang pengikut di seluruh dunia
dan menjadi agama tebesar kedua di dunia setelah Kristen. Pengikut ajaran Islam disebut Muslim
yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan” atau lebih lengkapnya adalah muslimin bagi
laki-laki dan muslimat bagi perempuan1. Agama ini adalah agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan rasul sebagai utusan-Nya yang terakhir menjadi pedoman hidup seluruh
umat manusia hingga akhir zaman. Yang berintikan tauhid atau Keesaan Tuhan dimanpun dan
kapanpun dan dibawa berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu
angkatan ke angkatan berikutnya sebagai rahmat, hidayat, dan petunjuk manusia dan merupakan
manifestasi dari sifat Allah SWT.
Kata “Islam” sendiri berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu dengan arti semantik
sebagai berikut: tunduk dan patuh (khadha’awa istaslama), berserah diri, menyerahkan,
memasrahkan (sallama), mengikuti (atba’a), menunaikan, menyampaikan (adda), masuk dalam
kedamaian, keselamatan atau kemurnian. Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri;
ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas
terhadap ketentuan dan hukum-hukum-Nya.
Pada perkembangan masa ini, agama Islam sangat besar dan mendirikansebuah
organisasi mendirikan organisasi-organisasi keagamaan yang berlandaskan agama mereka
sendiri. Salah satunya adalah Front Pembela Islam atau yang disingkat FPI. Di Indonesia sendiri,
masyakarat luas mengenal mereka sebagai pembuat onar dan kegaduhan. Segala hal yang tidak
sejalan dan sepaham dengan landasan milik mereka, akan dirusak bahkan tindakan anarkis pun
menjadi tujuan utama. Tidak mengenal agama, bahkan perayaan agama mereka sendiri
pun,malah mereka rusak jika tidak berkenan bagi mereka.
Makalah ini merupakan kajian teoritis yang dirangkum oleh kelompok untuk melengkapi
tugas mata kuliah Agama Islam I di STT-HKBP Pematangsiantar. Makalah ini akan menyajikan
Memberikan pengetahuan dan pengajaran tentang ajaran FPI yang selama ini mulai
dipertanyakan oleh masyarakat-masyarakat Indonesia
Memberikan Informasi yang belum diketahui sehingga memperkaya wawasan
masyarakat di tengah-tengah negara yang Pluralistik
BAB II
PEMBAHASAN
FPI
(Front Pembela Islam)
1. Sejarah
Pada tahun 2002 pada tablig akbar ulang tahun FPI yang juga dihadiri oleh
mantan Menteri Agama dan terdakwa kasus korupsi Dana Abadi Umat (DAU), Said Agil Husin
Al Munawar, FPI menuntut agar syariat Islam dimasukkan pada pasal 29 UUD 45 yang
berbunyi, "Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan menambahkan "kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" seperti yang tertera pada butir pertama
dari Piagam Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 ke dalam amendemen UUD
1945 yang sedang di bahas di MPR sambil membawa spanduk bertuliskan "Syariat
Islam".Namun Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Dr. J. Soedjati
Djiwandono berpendapat bahwa dimasukkannya tujuh kata Piagam Jakarta ke dalam UUD 1945
yang diamendemen, justru dikhawatirkan akan memecah belah kesatuan bangsa dan negara,
mengingat karekteristik bangsa yang majemuk.Pembentukan organisasi yang memperjuangkan
syariat Islam dan bukan Pancasila inilah yang kemudian menjadi wacana pemerintah Indonesia
untuk membubarkan ormas Islam yang bermasalah pada tahun 2006.
Di samping aksi kontroversial yang dilakukan, FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi
kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, [6] bantuan
relawan dan logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan
lainnya.Tindakan FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan main hakim sendiri yang
berujung pada perusakan hak milik orang lain. Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah satu-
satunya intitusi yang berhak melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan bahwa Polri
tidak memiliki insiatif untuk melakukannya.Rizieq, sebagai ketua FPI, menyatakan bahwa FPI
merupakan gerakan lugas dan tanpa kompromi sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap.
Menurut Rizieq kekerasan yang dilakukan FPI dikarenakan kemandulan dalam sistem penegakan
hukum dan berkata bahwa FPI akan mundur bila hukum sudah ditegakkan. Ia menolak anggapan
bahwa beberapa pihak menyatakan FPI anarkis dan kekerasan yang dilakukannya merupakan
cermin kebengisan hati dan kekasaran sikap.
Dalam suasan dimana kekuasaan yang ada tidak mampu menjalankan fungsinya secara
efektif, kelompok dapat secara bebas memperjuangkan dan dan mengekpresikan kepentingannya
yang sekalipun beretentangan dengan hukum yang berlaku. Munculnya konflik sosial yang
diwarnai dengan berbagai tindakan kekerasan yang terjadi dimana-mana seperti Aceh, Ambon,
Irian, Poso dan beberapa wilayah lainnya. Reformasi merupakan arus balik gerakan sosial dari
dominasi kekuatan negara kekuatan rakyat. Tidak tercapainya situasi yang kondusif yang
memadai, terjadinya arus balik tidak menimbullkan iklim sosial politik yang kondusif terhadap
tumbuhnya demokrasi, justru sebaliknya menjadi sebuah ajang balas dendam yang melahirkan
sebuah konflik dan kekerasan sosial. Tiap kelompok justru saling merebut kepentingan dan
menjadikan reformasi dan demokrasi sebagai sebuah wadah untuk tindakan masing-masing.
Umat muslim merupakan bagian mayoritas di negara Indonesia, merasa bahwa reformasi
mereupakan sebuah momentum yang sangat tepat untuk merebut posisi yang penting dalam
sebuah kekuasaan. Sebagian umat Islam menggalang kekuatan untuk mengambil peran politik
yang lebih strategis. Umat islam memiliki kesempatan untuk menawarkaan nilai islam sebagai
cara alternatif untuk menjawab masalah bangsa tanpa harus merasa khawatir dicurigai sebagai
kelompok yang ekstrim yang harus diberantas.
Selain alasan tersebut, bangkitnya kekuatan islam ini juga didorong oleh suatu keinginan
untuk menjaga serta mempertahankan martabat islam dan sekaligus umat Islam. Kelompok yang
melihat bahwa perlu diadakannya sebuah konsolidasi kekuatan islam guna membela umat Islam
yang diserang oleh kelompok lain, dan atas dasar ini lahirlah laskar Islam. Laskar ini banyak
melakukan pelatihan kemiliteran untuk memberi perlindungan kepada umat islam yang ada
didaerah konflik dan untuk memberantas kemaksiatan. Akhirnya pada tanggal 17 agustus 1998,
bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 53, sejumlah ustadz, kyai dan juga para
ulama yang sebagian besar berasal dari daerah jabodetabek berkumpul mengadakan pertemuan
yang dimaksudkan dengan memperingati dan mensyukuri hari kemerdekaan sekaligus untuk
membicarakan persoalan yang sedang terjadi dimasyarakat dari ketidakadilan sampai kepada
HAM. Dalam pertemuan itulah dihasilakan sebuah kesepakatan untuk membentuk sebuah wadah
yang bertujuan menampung aspirasi umat sekaligus mencarikan solusi terhadap persoalan-
persoalan diatas.
Pemiliihan nama “front pemebela Islam” untuk organisasi ini memiliki arti tersendiri dari
kata “Front : menunjukkan bahwa organisasi ini selalu berusaha untuk berada pada garis depan
dan memiliki sikap tega dalam setiap langkah dan perjuangan”. Kata “pembela: organisasi ini
berperan penting membela serta memperjuangkan hak islam”. Semantara kata “islam:
mencirikan bahwa perjuangan organisasi ini tidak lepas dari ajaran agama Islam yang lurus dan
benar”. Organisasi gerakan Islam baru ini memiliki basis ideologi, pemikiran dan strategi
gerakan yang berbeda dengan ormas-ormas Islam sebelumnya, memiliki karakter yang lebih
militan, radikal, skripturalis, konservatif, dan ekslusif, dengan visi dan misi mewujudkan
penerapan syari’at Islam di Indonsia. Secara keseluruhan kelompok ini menganut paham
”salafisme radikal”, yakni berorientasi pada penciptaan kembali masyarakat salafi (generasi Nabi
Muhammad dan para sahabatnya), dengan cara-cara keras dan radikal. Bagi kelomppok ini Islam
pada masa kaum salafi inilah merupakan Islam paling sempurna, masih murni dan bersih dari
berbagai tambahan atau campuran (bid’ah) yang dipandang mengotori Islam.Gerakan Islam versi
mereka lebih bercorak konfrontatif terhadap sistem sosial dan politik yang ada, menghendaki
adanya perubahan mendasar terhadap sistem yang ada saat ini (yang mereka sebut sistem sekuler
atau (jahiliah modern), dan berupaya menggantinya dengan sistem baru yang mereka anggap
sebagai sistem Islam (nidzam Islam).Islam sebagai alternatif (al–Islam kabadil), Islam adalah
solusi (al-Islam huwa al-hall).Syariat Islam adalah solusi krisis, dan merupakan jargon-jargon
yang menyemangati gerakan mereka. Andri Rosadi mengindentifikasi bahwa organisasi ini
adalah: kelompok tarbiyah, yang kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonsia (MMI), Laskar Jihad (Yogyakarta), Laskar
Jadullah (Sulawesi Selatan), dan Front Pembela Islam (FPI).
3. Struktur organisasi FPI
Situasi sosial politik yang melatarbelakangi FPI yang dirumuskan oleh para aktivis
gerekan ini yakni
a. Terjadinya penderitaan panjang yang dialami oleh umat Islam sebagai akibat dari
adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh para oknum penguasa.
b. Adanya kewajiban bagi setiap umat muslim untuk menjaga serta mempertahankan
harkat dan martabat Islam serta umat Islam.
c. Adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat menegakkan mar ma’aruf nahi
munkar.
4. Tujuan FPI
Adanyadokumen yang mendukung untuk dapat berdirinya FPI dalam sebuah dokumen
risalah historis yang merupakan garis besar perjuangan FPI. Salah satu yang melatarbelaknginya
yaitu untuk melaksanakan amar maaruf nahi munkar dengan tujuan mengutamakan metode
kebijaksanaan dengan proses yang lembut untuk melalui langkah serta berdiskusi dengan cara
yang lebih baik. Kelahiran FPI di sekitar fase reformasi politik di Indonesia, lebih tepat lagi jika
dipahami dalam konteks reaksi terhadap negara yang sedang lemah, baik oleh serbuan
kapitalismeglobal maupun karena ambruknya Orde Baru, dan krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Di sisi lain, pengalaman politik Orde Baru masa silam yang cenderung tidak
menghormati hak asasi manusia, telah meninggalkan duka dan kekecewaan yang mendalam di
hati umat Islam. Sulit untuk di sangkal, bahwa kelompok yang menjadi korban politik Orde Baru
tersebut sebagian besar kalangan umat Islam.
Kemudian, di samping asfek historis tersebut di atas, realitas sosial juga memberikan
konstribusi penting dalam melahirkan FPI, antara lain keberadaan, premanisme, perjudian,
pelacuran, pornografi, dan segala bentuk kemungkaran yang dilarang agama terus berkembang
bebas tanpa kontrol yang berarti dari aparat penegak hukum. Tampaknya pusat-pusat perjudian,
pelacuran, dan hiburan adalah milik para investor dengan tidak mempertimbangkan dampak
yang diakibatkannya terhadap masyarakat, mereka diuntungkan oleh mekanisme pasar yang
semakin terbuka, dimana legalitas hukum dari Pemerintah Daerah merupakan senjata utama
untuk mengelak dari penolakan masyarakat. FPI melihat bahwa ada strategi pihak Barat untuk
menghacurkan Islam di Indoneisa, yaitu dengan melakukan Amerikanisassi, mulai dari aspek
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sementara, Amerika dan sekutunya telah merekrut
sebanyak-banyaknya muslim Indonesai agar belajar di negara-negara Barat untuk dicuci otaknya,
dan di sisi lain di Indonesia sendiri, pihak Barat telah banyak mensuplai VCD porno, mesin judi,
narkoba, dan minuman keras.
Kaum FPI memahami aswaja (berpegang pada kebenaran yang pasti) sebagaimana yang
tertera dalam Alqur’an. Perasaan senasib inilah yang telah memperkuat ikatan emosional dalam
komunitas yang terkadang terekspesikan dalam bentuk anti Barat atau anti Amerika.Dari sejak
berdirinya hingga sekarang, aliran Wahabi ini melakukan aksinya dengan dua fokus kerja yang
dianggap sebagai paham radikal dan membedakannya dengan FPI:
1. Penghancuran ekspresi kultur Islam tradisional. Kultur Islam tradisional ini dipandang
oleh kaum Wahabi sebagai tahyul, bid’ah, dan khurafat. Ini terentang mulai dari ziarah
kubur waliyullah, kesenian tradisional, praktik sufisme populis, adat istiadat lokal yang
telah membaur dengan ekspresi Islam populis seperti perayaan maulid, db.
2. Pengkafiran dan menuding sesat (ini adalah bentuk penghancuran kultur Islam
tradisionalis dalam ranah pemikiran) para ulama dalam 4 pilar tradisi intelektual spiritual
Islam (Fiqih-Ushul Fiqih Madzhab, Tasawuf-Thariqat, Filsafat Islam, dan Ilmu Kalam
Asy’ariyah-Maturidiyah
Ada beberapa alasan yang membedakan paham radikal dengan paham organisasi FPI:
a. Para sahabat nabi merupakan umat yang adil, yang dibimbing langsung oleh Rasulullah.
b. Para sahabat nabi juga menjadi teladan utama setelah nabi (QS, al-Baqarah 2:137)
c. Kebaikan oleh sahabat nabi tidak dapat disamai oleh siapapun.
d. Para sahabat nabi sebaik-baiknya menjadi generasi penerus.
Dalam pembagian mengenai urusan agama dalam dua tataran seperti itu dipandang
sebagai bid’ah (perbuatan menurut contoh yang ditetapkan). Semua persoalan agama baik yang
usul, simbolik, maupun yang substansi (isi, pokok) adalah penting, terlebih lagi dalam
menghidupkansunnah nabi yang merupakan hal yang penting meski pada dataran yang paling
simbolik sekalipun. FPI merupakan salah satu organisasi yang didirikan untuk merespon untuk
kondisi sosial politik di Indonesia yang didirikan 17 agustus 1998 yang dipelopori dan menjadi
ketua umumnya Muhammad Habib Rizieq. Dalam upaya menegakkan keadilan dan mencegah
kedurhakaan.
Diskusi
1. Bagaimana kelompok melihat realita keberadaan FPI itu sendiri? Pernahkah FPI
memberikan proposal kepada pemerintah untuk biaya yang dibutuhkan FPI itu sendiri?
Jawab: Dalam analisa kelompok, FPI didirikan bukanlah untuk tujuan Negatif dalam arti, bukan
seperti yang dilakukan ditengah republik ini sekarang. FPI sekarang banyak melakukan Demo,
penggusuran peribadahan, menggerakkan massa untuk menghancurkan tempat ibadah,
memprovokasi massa dan lain sebagainya. Hal ini bukanlah menjadi tujuan pertama dan utama
FPI didirikan. Jika kita seksasa membaca sajian kelompok, maka telah disajikan disana uapaya
mempertahankan umat Islam agar tidak terlalu jatuh ke dalam kemiskinan. Zaman Rezim
Soeharto telah banyak menimbulkan kerugian baik untuk negara sendiri maupun kelompok-
kelompok kecil atau agama, misalnya pedagang kecil yang tidak mampu bersaing dengan usaha-
usaha menengah. Jadi tidak ada alasan menyebut cikal bakal FPI itu adalah kelompok yang
negatif.
Jawab:
3. Apa yang sudah terjadi pada tahun 1998 sehingga FPI pun harus didirikan?
Jawab: ada beberapa poin untuk menjelaskan pertanyaan saudara, antara lain:
Islam yang dipandang sebelah mata. Jumlah penduduk banyak namun keahlian yang
sangat minim
Ekonomi Islam memburuk. Pemerintah lebih banyak peluang pada pengusaha ketimbang
kelas kecil (pedagang Islam)
Keinginan membentuk Partai Demokrasi Islam, tetapi Soeharto melarang
Keinginan Partai Masyumi tetapi ditolak menganggu Pembangunan Nasional
Pemerintah melakukan Depolitisasi Islam dengan menyebarkan praktek Politik berbasis
aliran
Pemilu 1977 Partai-partai Islam mendapat hubungan yang sangat sedikit.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dijabarkan diatas, organisasi FPI adalah organisasi
keagamaan yang di awal didirikan bukan untuk menjadi sebuah organisasi yang ingin merusak
tatanan keagamaan agama lain. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa FPI didirikan sebagai
bentuk keprihatinan mayarakat Islam kala itu dengan kondisi NKRI yang sangat menjatuhkan
dan memarginalkan penganut Islam kala itu. maka FPI hadir untuk meminimalisir bentuk-bentuk
penderitaan tersebut agar mereka dapat layak hidup di bumi Indonesia. Jika dilihat seksama,
wajar saja penganut Islam terkena dampak yang paling besar, salah satu alasan utama adalah
dikarenakan mereka sebagai penganut agama terbesar di Indonesia. Disamping itu,
penyalahgunaan wewenang menteri agama yang saat itu dipegang oleh seorang muslimin,
menambah kekecewaan mereka. Sehingga terjadi pemaksaan memasukkan Syariat Islam ke
dalam Piagam Jakarta yang dulu pernah ditolak oleh era Soekarno.
Akan tetapi, pada perkembangannya Islam menjadi organisasi yang memiliki pandangan
tersendiri diluar agama mereka. FPI sedikit menjauhkan diri dari ajaran-ajaran organisasi Islam
lain, semisal NU, Muhammdiyah, Ahmadiyah dan sebagainya. Sehingga para pengikut juga
didoktrin untuk mengikuti ajaran yang mereka anggap paling benar itu.
Tetapi disamping hal tersebut, kita sebagai manusia yang sebangsa dan setanah air
haruslah menilai dengan bijak tindakan-tindakan FPI ini. Baiknya kita terlebih dahulu hal-hal
yang melatar belakangi tindakan mereka. Sehingga kebencian tidak terus timbul dan
penghakiman yang tidak baik muncul dalam pikiran kita terhadap organisasi ini. Baiklah kita
mengenal FPI sebagai kekayaan organisasi keagamaan di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan demikian kita dapat menjadi warga negara yang merasa kita cintai oleh
Negara dan Negara mecintai kita para warganya.
I. Daftar Pustaka
Abdullah Hajjaj, Jihad dalam Islam (Al-jihad fi al-islam), Jakarta : Penerbit Republika
2011
KH. Abdurrahman wahid, Ilusi Negara Islam, Jakarta : PT. Desantara Utama Media,
2009