Di susun oleh :
Kelompok 3
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
"Memahami Pengertian dan Fungsi Perbankan Syariah" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
ISI....................................................................................................................................................7
PENUTUP....................................................................................................................................11
Kesimpulan................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
Lampiran:.......................................................................................................................................13
Soal............................................................................................................................................13
JAWABAN................................................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai hidayah dan
rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan hidup
material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman. Ajaran yang diturunkan Allah tercantum dalam
Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih (Maqbul) berupa perintah, larangan dan petunjuk
untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang
meliputi bidang aqidah, akhlaq, ibadah, dan muamalah duniawiyah (Abdurrahman, 2000: 9).
Dalam kehidupan dunia ini menuju kehidupan akhirat nanti, pada hakikatnya Islam
dapat dirasakan, diamati, ditunjukkan, dibuktikan, dan membuahkan rahmat bagi semesta
alam sebagai amanah manhaj kehidupan (sistem kehidupan) apabila sungguh–sungguh secara
nyata diamalkan oleh pemeluknya. Dengan demikian, Islam menjadi sistem keyakinan,
sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu dalam diri setiap muslim dan kaum
muslimin sebagaimana menjadi pesan utama risalah dakwah Islam (Abdurrahman, 2000: 11)
Allah memberi manusia nafs yang berfungsi sebagai pendorong untuk berbuat
kebaikan dan kejahatan. Dua hal dalam nafsu yang saling bertentangan namun al Qur’an
menunjukkan bahwa potensi manusia untuk hal yang positif lebih kuat (Nata, 2001).
3
Potensi nafs kepada perbuatan buruk harus dijaga agar nafsu menjadi suci dan jalan untuk
mendekatkan diri kepada tuhan lebih mudah.
“Allah berfirman, Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah
Tuhan yang segala sesuatu bergantng kepadaNya, Dia tidak melahirkan dan juga tidak
melahirkan, dan tiada seorang yang setara dengan Dia”
Larangan untuk berbuat syirik juga diungkapkan dalam Al Qur’an surat Luqman, 13,
“Allah berfirman: Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, Hai
anakku janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-
benar kedhaliman
yang besar”..
Perintah ini mengandung pengertian bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada
Allah semata dan tidak boleh tunduk kepada yang lain. Dan manusia tidak boleh tunduk
kepada selain-Nya karena manusia adalah ciptaanNya yang terbaik (Madjid, 1998).
Manusia oleh Allah dijadikan khalifah di muka bumi, maka alam selain manusia
ditundukkan oleh Allah untuk manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Allah
dalam al Qur’an surat Ibrahim, ayat 33 ,
“…dan dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus-
menerus beredar (dalam orbitnya) dan Dia telah menundukkan bagimu siang dan
malam”.
Demikian pula yang ditegaskan dalam al Qur’an surat An Nahl, ayat 12)
“Allah berfirman , dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu, dan binatang-binatang ditundukkan dengan perintah-Nya.
4
Dalam ayat yang lain disebutkan al Qur’an surat al Luqman, ayat 20
Sesuai dengan firman Allah yang telah disebutkan diatas nampak jelas bahwa
segala sesuatu disediakan untuk manusia. Manusia sesuai dengan perintah Allah dilarang
untuk tunduk kepada selain-Nya. Uraian ini adalah bagian dari proses keimanan atau
yang lebih dikenal dengan tauhid. Ajaran ketauhidan mendorong kepada pemenuhan
perintah Allah dan kepatuhan untuk menjauhi larangan Allah. . Konsekuensi lain yang
muncul dari tauhid adalah manusia diberi tanggung jawab oleh Allah untuk menguasai
alam dan memeliharanya namun tetap tunduk kepada ketentuan Allah.
Peran manusia ini ditegaskan oleh Islam dalam kehidupan manusia agar terbentu
komunitas yang progresif dan mengembangkan kehidupan. Langkah untuk menguasai
alam dilakukan melalui pengembangan ilmu atau sains dan hal ini juga merupakan
komitmen dari keimanan kepada Allah.
5
BAB II
ISI
Perdebatan tentang ilmu Islam dan ilmu bukan Islam yang berkembang di
permukaan sebagai dampak umum pandangan tentang sekolah umum dan madrasah di
Indonesia. Hal ini menurut Madjid (1998) menyatakan bahwa hubungan organik antara
iman dan ilmu dalam Islam adalah hasil dari perlaksanaan perintah Tuhan untuk
memperhatikan dan memahami alam raya ciptaanNya. Implikasi dari upaya manusia
untuk menyingkap tabir alam dilakukan melalui ilmu pengetahuan. Madjid (1998)
mengupas hal ini dengan menunjukkan seorang filosof muslim seperti Ibnu Rusyd yang
menekankan hal ini dalam karyanya yaitu, fashl al-Maqaal wa Taqrir ma Bain al
Hikmah wa al Syaria’ah min al Ittishal dengan menunjukkan antara ilmu dan iman tidak
terpisahkan, meskipun dapat dibedakan. Iman dapat mendorong bahkan menghasilkan
ilmu sekaligus mampu memberikan pertimbangan moral dan etika dalam penggunaannya,
sedangkan ilmu dibangun melalui observasi terhadap alam dan tersusun melalui proses
penalaran rasional. Iman bersandar kepada kebenaran yang disampaikan oleh utusan
Allah yaitu nabi yang membawa berita kebenaran tersebut kepada umat manusia. Iman
juga mengandung penalaran rasional yang menyangkut berbagai persoalan manusia dan
alam unsur dari ciptaan tuhan.
Jagad raya memiliki makna penting bagi manusia sebagai sesuatu yang
diciptakan untuk kebahagian hidup manusia. Jagad raya atau alam adalah tanda kebesaran
tuhan, manifestasi tuhan dan sebagian dari rahasiaNya. Tuhan adalah sumber
pengetahuan yang disampaikan melalui wahyuNya lewat para rasul dan nabi yang harus
diterima oleh manusia dan dipelajari. Kenyataan yang berkembang dalam hal ini adalah
tidak semua manusia memiliki kemampuan untuk membaca tanda-tanda kebesaran yang
telah diberikan oleh tuhan. Madjid (1980) menunjukkan bahwa tipe manusia yang
mampu menangkap berbagai pertanda tuhan adalah,
Mereka yang mampu berfikir mendalam atau lebih dikenal dengan istilah ulul al bab.
Mereka yang memiliki kesadaran dan tujuan serta makna hidup abadi.
Mereka yang menyadari penciptaan alam raya sebagai manifestasi wujud transedensi.
Mereka yang berpandangan positif dan optimis terhadap alam raya dan menyadari
sepenuhnya bahwa kebahagiaan dapat hilang karena pandangan yang negatif dan
berlawanan dengan pandangan tersebut.
6
Dalam Al Qur’an surah al Baqarah Ayat 164 yaitu,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya, malam dan
siang, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan segala jenis air itu, Dia
menghidupkan bumi yang sesudah matinya, dan Dia sebarkan di bumi segala hewan,
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-
tanda (kebesaran dan keesaan Allah ) bagi kaum yang memikirkan”.
Kehadiran ilmu eksakta yang tengah berkembang psat sesungguhnya tidak lepas dari
peran para ahli Islam untuk mengembangkannya. Ilmu-ilmu eksakta yang bersifat
empiris dan bersifat pasti menurut Bakar (1994) menyatakan bahwa kesaksian iman, la
illaha illa Allah adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang realitas. Pandangan Islam
menunjukkan bahwa berbagai sains, ilmu alam dan ilmu sosial sebagai bukti kebenaran
yang paling fundamental tentang Islam itu sendiri.
Matematika
Astronomi
Ulama muslim yang menekuni bidang ini adalah Jabir bin Hayan dan Zakaria al
Razi, mereka luas di Eropa dengan nama Gaber dan Rhazes. Perbedaan mendasar yang
ada antara ilmu kimia yang ada di masa kejayaan Yunani dan masa kejayaan Islam adalah
dasar pengembangan yang dilakukan. Para ilmuwan Yunani mendasarkan kimia kepada
spekulasi sedangkan para ulama muslim membangun ilmu kimia dengan dasar
percobaan-percobaan.
Optik
Dalam bidang optik ulama muslim yang terkenal adalah Ibnu Haitsam dengan
mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan Euklid dan Plotomeus tentang teori
penglihatan. Euklid dan Plotomeus menganggap bahwa benda dapat dilihat karena mata
mengeluarkan cahaya ke benda, melalui cahaya itulah mata dapat melihat benda.
Sedangkan ibnu Haitsam menunjukkan bahwa benda mengeluarkan cahaya yang dapat
diterima oleh mata sehinggat kita dapat melihat benda itu. Pendapat ini telah dikaji oleh
ilmu pengetahuan modern dan teori IbnuHaitsam yang benar. Karya monumental ini telah
ditunjukkan oleh umat Islam dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan (Nasution
dan Solisa, 1994).
8
yang berbeda-beda. Keadaan umat Islam yang cukup memprihatinkan ini terjadi kerena
tidak mampu menangkap ajaran Islam yang lebih dinamis dan otentik. Sukarno dalam
Madjid (1998) bahwa kita harus mampu menangkap api Islam dan meninggalkan abunya.
Pernyataan ini sangat relevan terhadap usaha kita untuk menangkap kembali ajaran Islam
yang otentik dan dinamis sehingga mendorong akselerasi kebangkitan penguasaan ilmu-
ilmu eksakta sehingga umat Islam terhindar dari kemunduran.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Eksistensi manusia secara jelas dikemukakan dalam al Qur’an surat as Syam ayat 91
sebagai mahluk yang memiliki potensi nafs baik dan buruk.
2. Agama mengandung proses fungsional melalui aspek ketauhidan yang mendidik manusia
untuk tunduk dan mengesakan Allah sesuai dengan al Qur’an surat al Ikhlas ayat 1-4,
mencegah syirik serta mengangkat derajat manusia sebagai khalifah di bumi al Qur’an
surat al Ibrahim ayat 33.
3. Ajaran tauhid merupakan pemenhan perintah Allah dan dasar dari sikap mental untuk
lebihmenghargai, memlihara alam maupun ilmu pengetahuan sebagai penunjang
kehidupan. Disamping itu ajaran tauhid melahirkan tanggung jawab manusia untuk
menguasai dan memelihara alam dalam kerangka ketentuan Allah swt.
4. Hubungan iman dan ilmu tak terpisahkan keduanya merupakan pelaksanaan perintah
Allah. Dan al Qur’an mendorong manusia untuk berfikir dan menggali ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran :
10
Soal
JAWABAN
1. Agama bertujuan membentuk pribadi yang cakap untuk hidup dalam masyarakat di
kehidupan dunia yang merupakan jembatan menuju akhirat. Agama mengandung nilai-nilai
rohani yang merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia, bahkan kebutuhan fitrah
karena tanpa landasan spiritual yaitu agama manusia tidak akan mampu mewujudkan
keseimbangan antara dua kekuatan yang bertentangan yaitu kebaikan dan kejahatan. Nilai-
nilai Agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial, bahkan tanpa nilai
tersebut manusia akan turun ketingkatan kehidupan hewan yang amat rendah karena agama
mengandung unsur kuratif terhadap penyakit sosial. Nilai itu bersumber dari:
a. Nilai Ilahi, yaitu nilai yang dititahkan Tuhan melalui para Rasul-Nya yang berbentuk
taqwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Ilahi.17 Al-Quran dan Sunnah
merupakan sumber nilai Ilahi,sehingga bersiafat statis dan kebenarannya mutlak. Nilai-
nilai Ilahi mungkin dapat mengalami perubahan, namun secara instrinsiknya tetap tidak
berubah. Hal ini karena bila instrinsik nilai tersebut berubah makna kewahyuan dari
sumber nilai yang
berupa kitab suci Al-Quran akan mengalami kerusakan.
b. Nilai Insani atau duniawi yaitu Nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup
dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai moral yang pertama bersumber dari
Ra’yu atau pikiran yaitu memberikan penafsiran atau penjelasan terhadap Al-Quran dan
Sunnah, hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang tidak diataur dalam Al-
Quran dan Sunnah. Yang kedua bersumber pada adat istiadat seperti tata cara
komunikasi, interaksi antar sesama manusia dan sebagainya. Yang ketiga bersumber pada
kenyataan alam seperti tata cara berpakaian, tata cara makan dan sebagainya. Dari
sumber nilai tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa setiap tingkah laku
manusia haruslah mengandung nilai-nilai Islami yang pada dasarnya bersumber dari Al-
Quran dan Sunnah yang harus senantiasa dicerminkan oleh setiap manusia dalam tingkah
lakunya dalam kehidupan sehari-hari dari hal-hal kecil sampai yang besar sehingga ia
akan menjadikan manusia yang berperilaku utama dan berbudi mulia.
11
2. Pemikiran bahwa Tauhîd sebagai konsep yang berisikan nilai-nilai fundamental yang harus
dijadikan paradigma sains Islam merupakan kebutuhan teologis filosofis. Sebab tauhid
sebagai pandangan dunia Islam menjadi dasar atau fundamen bangunan Islam. Oleh karena
itu, sains dan teknologi harus dibangun di atas landasan yang benar dari pandangan dunia
tauhid. Sains dan teknologi dalam pandangan tauhid adalah yang berlandaskan nilai-nilai
ilahiah (teologis) sebagai landasan etis normative dan nilai-nilai insaniyah [antropo-
sosiologis] dan alamiah [kosmologis] sebagai basis praksis- operasional. Hubungan tauhid
dengan sains dan teknologi secara garis besar dapat dilihat berdasarkan tinjauan ideology
[tauhid] yang mendasari hubungan keduanya, ada tiga paradigma. Paradigma sekuler.
.Prof. Wahbah Zuhaili dalam kitab beliau yang fenomenal, yaitu Tafsir Al-Munir
menjelaskan konsep ilmu manusia dan makhluk lainnya sebagai bekal dalam kehidupan ini.
Saat menjelaskan tafsir surat al-Fatihah ayat 6 beliau menerangkan bahwa makhluk memiliki
lima tingkatan ilmu.
Panca indera
Panca indera dimiliki oleh hewan dan manusia. Bahkan pada awal kehidupan, panca
indera hewan lebih berfungsi daripada manusia.
12
Akal
Dengan akal inilah manusia mengelola informasi yang diterima oleh panca inderanya.
Dengan akal manusia menelurkan konsep-konsep dan pemikiran yang berpengaruh ke tingkah
laku dan peradabannya sebagai manusia. Maka dengan akal inilah peradaban manusia
berkembang dan tidak statis sebagaimana hewan.
Hidayah agama
Akal manusia memiliki keterbatasan. Terlebih lagi, akal sering dikaburkan dengan
keinginan hawa nafsu. Hal ini membuat manusia rentan melakukan kesalahan dalam tingkah
lakunya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan panduan baku yang bersih dari polusi hawa
nafsu. Ialah hidayah/ilmu agama. Ilmu agama berasal dari Allah Ta’ala dan terbebas dari hawa
nafsu, subhanallah. Ilmu agama sudah pasti kebenarannya, dan seharusnya digunakan oleh
makhluk untuk mengatur tingkah lakunya.
Hidayah taufik
Banyak orang mendapatkan nasihat dan arahan agama. Namun pada kenyataannya,
seringkali manusia berpaling dari ilmu yang telah datang kepadanya tersebut. Hal ini terjadi
karena tidak semua manusia mendapatkan hidayah taufik dari Allah Ta’ala. Taufik adalah
kecocokan hati seseorang untuk tunduk dan menerima nasihat/ilmu agama yang datang
kepadanya. Inilah hidayah yang sering kita minta dengan lafadz ihdinash shirathal mustaqim.
Inilah perbedaan besar antara paradigma ilmu sekuler dengan paradigma ilmu peradaban
Islam. Paradigma sekuler mengingkari keberadaan “ilmu Tuhan”. Mereka menganut empirisme
untuk mengakui ilmu. Empirisme adalah suatu prinsip bahwa semua pengetahuan didapatkan
dengan pengalaman. Apa yang tidak dialami atau tidak bisa dijelaskan dengan akal mereka, tidak
diakui sebagai ilmu. Pada akhirnya dibuanglah segala konsep agama dari bahasan ilmu
pengetahuan dalam paradigma sekuler.
13
1