Farfis
Farfis
DISUSUN OLEH
Siti Rahmawati Naue
NIM. 821419043
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
RANGKUMAN
1. Kelarutan gas dalam cairan, kelarutan cairan dalam cairan dan
kelarutan padat dalam cairan
Jawab
Kelarutan dapat dijelaskan sebagai kemampuan jumlah maksimum zat kimia
tertentu yang dapat larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu
dapat larut dengan perbandingan komposisi berapa pun terhadap suatu pelarut
(solvent). Pada umumnya pelarut merupakan suatu cairan yang berupa zat murni
maupun zat campuran. Sedangkan zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain,
atau padat. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui
untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil (Darmaji,
2005).
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram
zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di
absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya (Tungandi, 2009).
A. Kelarutan gas dalam cairan
Kelarutan gas dalam cairan adalah konsentrasi gas terlarut apabila berada
dalam kesetimbangan dengan gas murni di atas larutan. Prinsip kelarutan gas dalam
cairan adalah “like dissolve like” yang berarti zat pelarut dan terlarut saling
melarutkan, apabila mempunyai kemiripan kepolaran. Jadi suatu gas akan larut dalam
cairan ji m cairan jika mirip kepolarannya sehingga ka mirip kepolarannya sehingga
saling melarutkan. Kelarutan bergantung pada tekanan, suhu, adanya garam, reaksi
kimia. suhu, adanya garam, reaksi kimia.
1) Tekanan : tekanan gas diatas carian naik maka ke carian naik maka kelarutan
akan bertambah
2) Suhu : jika suhu naik, maka kelarutan akan turun
3) Adanya garam : penambahan garam ( gas terlarut ) maka akan membebaskan
zat terlarut
4) Reaksi kimia : gas tertentu karena memberikan re gas tertentu karena
memberikan reaksi kimia kelarut aksi kimia kelarutannya menjadi lebih besar
annya menjadi lebih besar
Kelarutan gas dalam cairan dinyatakan dalam Hukum Henry
C2 = σp
Dimana :
C2 = konsentrasi gas terlarut dalam gram/liter pelarut.
p = tekanan parsial gas yang tidak terlarut di atas larutan dalam mm Hg.
σ = tetapan perbandingan untuk lrutan tertentu yang sedang diselidiki. (Koefisien
kelarutan).
Kelarutan gas dalam cairan kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatan baik
deng dapat dinyatan baik dengan tetapan an tetapan σ hukum Henry maupun dengan
koefisien absorpsi Bunsen, α. Koefisien Bunsen α, didefinisikan sebagai volume gas
dalam liter (reduksi pada keadaan standar 0⁰ C dan tekanan 760 mm Hg ) yang larut
dalam 1 liter pelarut pada kanan parsial liter pelarut pada kanan parsial gas 1 atmosfer
pad gas 1 atmosfer pada temperature tertentu. a temperature tertentu.
Dimana Vgas adalah volume gas pada STP, yang terlarut dalam suatu volume
larutan Vlarutan pada tekanan gas parsial p. Koefisien Bunsen α untuk beberapa gas
dalam air pada 0⁰ C dan 25⁰ C.
B. Kelarutan cairan dalam cairan
Jika kelarutan cairan dalam cairan berdasarkan hukum Raoult maka disebut
sebagai Larutan Ideal. Apabila larutan dianggap mendekati ideal, tekanan dalam
(kal/cm3) diperoleh dengan menggunakan persamaan.
Dimana:
∆Hv = panas penguapan
V = volume molar cairan pada temperatur T
Seringkali satu atau lebih cairan dicampurkan dalam pembuatan larutan
farmasetik. Misalnya alkohol ditambahkan dalam air membentuk larutan
hidroalkohol, minyak menguap dengan air, minyak menguap dengan alkohol
membentuk spirit, dan lain-lain. Contoh sediaan dalam bidang Farmasi yaitu sirup
eliksir, parfum, dan spirit.
C. Kelarutan zat padat dalam cairan
Kelarutan padatan dapat juga disebut Kelarutan endapan adaalh suatu kondisi
kimia dalam cairan, di mana suatu zat padat terdispersi seluruhnya dalam cairan dan
pada titik di mana penambahan zat padat akan menyebabkan terjadinya endapan.
Terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Larutan Ideal
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal bergantung pada temperatur, titik leleh
zat padat, panas peleburan molar ΔHf.
dimana:
X2 = kelarutan ideal zat terlarut (fraksi mol)
ΔHf = panas peleburan molar
R = bilangan Avogadro = 1,987
To = Titik leleh zat terlarut (oK)( oC + 273)
T = Temperatur mutlak larutan (oK) )( oC + 273)
2) Larutan Non Ideal
Kelarutan zat padat dalam larutan nonideal dinyatakan dalam persamaan
berikut.
di mana:
y2 = koefisien keaktifan
3) Kelarutan Elektrolit Lemah yang Dipengaruhi pH
Sebuah larutan yang homogen yang jernih untuk mencapai keefektifan yang
maksimum, pembuatannya harus disesuaikan dengan pH maksimum. pH
maksimum dari larutan ini bergantung dari sifat keelektrolitan dari zat terlarut.
Asam Tidak Terdisosiasi
Untuk mencari pH maksimum sebuah larutan jika zat terlarutnya adalah
elektrolit lemah dan tidak terdisosiasi jelas maka dapat digunakan rumus di
bawah ini.
dimana:
pHp = pH di mana di bawah pH ini obat akan terpisah dari larutan sebagai
asam tidakterdisosiasi
S = konsentrasi molar awal
So = konsentrasi molar dari asam tidak terdisosiasi
Basa Lemah
Untuk menentukan pH maksimum pada kelarutan basa lemah, maka dapat
dilihat pada persamaan berikut.
dimana:
S = konsentrasi obat yang mula-mula ditambahkan sebagai garam
So = kelarutan molar basa bebas dalam air
pHp = pH dimana di atas pH tersebut obat mulai mengendap sebagai basa
bebas.
Kelarutan zat padat dalam cair dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1) Temperatur
Temperatur dapat meningkatkan kelarutan zatpadat terutama kelarutan garam
dalam air, sedangkan kelarutan senyawa non polae hanya sedikit sekali
dipengaruhi oleh temperatur.
2) Pengaruh penambahan zat lain
Apabila dilakukan penambahan ion sejenis, jika elektrolit sukar larut
dilarutkan untuk membentuk larutan jenuh maka kelarutan digambarkan
sebagai Ksp sedangkan jika kelarutan menurun dengan adanya ion sejenis,
maka akan meningkat dengan penambahan ion tidak sejenis. Apabila
dilakukan penambahan surfaktan (molekul ampifilik yang tersusun dari bagian
polar/hidrofilik yaitu head dan bagian nonpolar/hidrofobik atau tail) dimana
bagian kepala dapat berupa anionik, kationik, zwitterion (dipolar) dan
nonionik serta bagian ekor merupakan senyawa hidrokarbon rantai panjang.
3) Pengaruh pH
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat dipengaruhi oleh pH
sedangkan kelarutan senyawa non elektrolit yang tidak terionisasi dalam air
hanya sedikit dipengaruhi pH. Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan
senyawa asam lemah, dan penurunan pH dapat meningkatkan kelarutan
senyawa basa lemah.
4) Pengaruh polaritas pelarut
Polaritas molekul pelarut dan zat terlarut dapat mempengaruhi kelarutan.
Secara umum, molekul zat terlarut polar akan terlarut pada pelarut polar.
Molekul zat terlarut non-polar akan terlarut dalam pelarut nonpolar.
5) Pengaruh konstanta dielektrik
Senyawa hidrofobik meningkat kelarutannya dalam air dengan adanya
perubahan konstanta dielektrik pelarut yang dapat dilakukan dengan
penambahan pelarut lain (kosolven). Konstanta dielektrik dari suatu sistem
pelarut campur merupakan jumlah hasil perkalian fraksi pelarut dengan
konstanta dielektrik masing-masing pelarut dari sistem pelarut campur
tersebut.
6) Pengaruh ukuran partikel dan molekul
Ukuran partikel dapat memengaruhi kelarutan karena semakin kecil partikel,
rasio antara luas permukaan dan volume meningkat. Meningkatnya luas
permukaan memungkinkan interaksi antara solut dan solvent lebih besar.
Semakin besar ukuran molekul maka akan semakin berkurang kelarutan suatu
senyawa. Semakin besar ukuran molekul zat terlarut semakin sulit molekul
pelarut mengelilinginya untuk memungkinkan terjadinya proses pelarutan.
Dalam senyawa organik, percabangan akan meningkatkan kelarutan karena
semakin banyak percabangan maka akan memperkecil ukuran molekul,
sehingga mempermudah prose pelarutan oleh molekul pelarut.
7) Pengaruh polimorfisme
Polimorfisme adalah kapasitas suatu senyawa untuk terkristalisasi menjadi
lebih satu jenis bentuk kristal. Perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk
yang lain adlaah reversibel, proses ini disebut enantiotropik.
Jika konsentrasi asam dan basa konjugat dinyatakan dalam mol per liter
larutan, maka dari persamaam tersebut diperoleh :
Dari persamaan ini akan dapat dihitung harga pH dari suatu larutan
penyangga yang mengandung campuran asam lemah dan basa
konjugatnya.
2) Larutan Penyangga basa lemah dan asam konjugasinya
Bentuk kedua dari larutan buffer adalah larutan buffer yang berasal dari
basa lemah dan asam konjugasinya, maka jenis buffer ini juga mengalami
kesetimbangan. Dengan cara yang sama, kita dapat memperoleh harga
kesetimbangan larutan buffer dari basa lemah dan asam konjugasinya,
yaitu:
5. Koefisien Partisi
Jawab
Koefisien distribusi sering disebut juga dengan koefisien partisi. Koefisiennya
yakni angka dalam persamaan kimia yang menunjukkan kuantitas relatif spesies yang
terlihat dalam suatu reaksi. Tetapan kesetimbangannya yang menjelaskan distribusi
spesies zat terlarut diantara dua pelarut yang tak campur. Dalam penggunaan notasi
pH memungkinkan semuua tingkat keasaman dan kebasaan yang banyak dijumpai
dalam bidang kimia dinyatakan dalam skala 0 sampai 14 sesuai dengan konsentrasi
ion H+ yang terdapat didalam larutan. Larutan dengan pH <7 dinyatakan sebagai
asam, larutan dengan pH >7 dinyatakan sebagai basa, sementara larutan dengan pH
=7 dinyatakan sebagai larutan netral. Tingkat penetrasi sebuah substansi koefisien
partisi senya(a yang sama mudahnya larut dalam air yang mudah menerobos
masuk kedalam. Kebanyakan obat mele(ati membran sel dengan cara difusi pasif.
Dalam proses ini diperlukan energi! dan obat bergerak menembus membran sel
berdasarkan adanya suatu perbedaan kadar obat antara dua permukaan membran serta
kelarutan obat dalam lipid bilayer yang membentuk membran sel. Selain bergantung
pada kelarutan obat dalam lipid kecepatan difusi juga dipengaruhi oleh koefisien
partisi lipid-air dari obat tersebut (Day dan Underwood, 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi 3. Jakarta :
Erlangga.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika I. Jambi : Universitas Jambi.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Gokani., Desai., N. Kinjal., Rina. H. 2012. Stability Study : Regulatory
Requirenment. International Journal of Advances in Pharmaceutical
Analysis. 2(3) : 62-67.
Krisbiyanto Adi. 2008. Panduan Kimia Praktis. Jakarta: Pustaka Widyatama.
McMurry, J and R.C. Fay. 2004. Chemistry 4th Edition. Belmond CA : Pearson
Education International.
Santi Sinala. 2016. Farmasi Fisika. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Sunarya Yayan. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Tungadi, Robert. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Gorontalo : Jurusan