Bom berdaya ledak rendah yang meledak di Vihara Ekayana
Jakarta Barat memang tidak mengakibatkan korban jiwa. Tetapi dampak yang diberitakan seakan-akan sudah merusak Indonesia secara nasional, dan dunia secara Internasional. Sedangkan setelah peristiwa terjadi, umat vihara maupun para biksu tidak terlalu menunjukkan kengerian terhadap kejadian peledakan tersebut. Vihara juga tetap dibuka untuk umum, segera setelah polisi selesai melakukan olah TKP.
Menanggapi situasi yang terjadi dengan Viharanya, Bhiksu Arya
Maitri justru mengajak umat untuk mendoakan pelaku dibalik peledakan ini. Sikap welas asih ini membuat umat Budha maupun masyarakat Indonesia, khususnya yang merayakan hari raya, tetap bisa tenang dan tidak tersulut emosi karena kejadian ini.
Beberapa pendapat polisi yang sebenarnya perlu kita komentari.
Deradikalisasi tidak berjalan, aparat gagal, dan keburukan-keburukan yang terungkap dalam wawancara media, justru menakut-nakuti masyarakat Indonesia. Boleh saja mereka berpendapat begitu, tetapi sebagai wakil rakyat, mereka juga mempunyai kewajiban untuk menenangkan rakyat agar tidak panik dan tetapi menjalankan aktifitas jelang Ramadhan dengan penuh hikmat.
Saat-saat seperti ini merupakan cobaan terberat bagi bangsa
Indonesia. Perlu persatuan dan kesatua guna menjaga hal sensitif soal agama. Saling menjelekkan adalah jalan menuju kebrobokan. Apalagi menjelekkan aparat. Bukan untuk membela aparat tetapi kondisi sekarang ini adalah saat yang tepat untuk mempercayakan keamanan rakyat kepada aparat, dengan membantu melaporkan hal-hal mencurigakan. Kalau tidak dilindungi aparat, siapa lagi.