Anda di halaman 1dari 37

PRESENTASI KASUS

Low back Pain, Hipertensi grade II, hemiparesis dextra ec post stroke haemorhagic
pada Perempuan lanjut usia dengan aktivitas fisik yang kurang, pola makan tidak
sehat, sebagai perokok pasif, dan pengetahuan yang rendah serta mispersepsi
terhadap penyakitnya pada rumah tangga yang tidak berperilaku hidup bersih dan
sehat.

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian


Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Sanggit Fajar Priyanto
20194010069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KLINIK PRATAMA FIRDAUS YOGYAKARTA

Low back Pain, Hipertensi grade II, hemiparesis dextra ec post stroke haemorhagic
pada Perempuan lanjut usia dengan aktivitas fisik yang kurang, pola makan tidak
sehat, sebagai perokok pasif, dan pengetahuan yang rendah serta mispersepsi terhadap
penyakitnya pada rumah tangga yang tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SANGGIT FAJAR PRIYANTO


NIPP : 20194010069
Telah dipresentasikan pada tanggal 13 Desember 2020

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing FKTP

Dr. Oryzati Hilman, M.Sc., CMFM, Ph. D, Sp. DLP dr. Zulfia

Mengetahui Kepala Klinik Firdaus

DR. dr. Arlina Dewi, M.Kes


BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 28 Oktober 1957
Usia : 63 tahun
Alamat Asli : Sumodaran rt 02 rw 10, Banyuraden, Gamping, Sleman.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Jaminan : Tidak didapatkan data
No. BPJS : Tidak didapatkan data
Tanggal periksa di Klinik Firdaus : 9 Desember 2020
Tanggal visit : I = 9 Desember 2020 (Chat Whatsapp)
(online) II = 10 Desember 2020 (Chat Whatsapp)
III= 13 Desember 2020 (Chat Whatsapp)

B. Anamnesis Penyakit(Disease)
1. Keluhan Utama
Nyeri di bagian punggung menjalar sampai kedua kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan berusia 63 tahun datang ke Klinik Pratama Firdaus dengan
keluhan nyeri pada daerah punggung yang dirasa menjalar sampai ke kedua kaki.
Nyeri dirasa memberat ketika pasien beraktifitas dan mereda ketika pasien
beristirahat, skor VAS 5. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien rutin kontrol untuk keluhan yang dirasa sekarang di Rumah Sakit Ludira
Husada. Dalam penangannya pasien diberi suntikan dan pasien merasa keluhan
membaik setelah terapi tersebut. Selain untuk meminta rujukan pasien datang ke
Klinik Pratama Firdaus untuk kontrol rutin mengenai hipertensi. Pada saat dilakukan
pengukuran tekanan darah menunjukan angka 150/90 mmHg. Keluhan hipertensi
pertama kali diketahui pasien pada tahun 2009, mulanya pasien sering mengeluhkan
pusing yang tidak kunjung mereda, kemudian pasien memutuskan untuk datang ke
Rumah Sakit untuk memeriksakan keadannya dan saat sampai di Rumah Sakit pasien
di diagnosis Hipertensi sampai harus rawat inap. Setelah keluar dari Rumah sakit,
pasien menganggap bahwa penyakit hipertensi yang di derita pasien sudah dinyatakan
sembuh, untuk itu pasien hanya membeli obat di apotek ketika terdapat keluhan saja.
Satu tahun berselang pada tahun 2010, awalnya Pihak keluarga menceritakan sebelum
kejadian ini, adik dari ibu pasien meninggal dunia karena stroke, setelah hal ini pasien
sering mengeluhkan pusing secara terus menerus yang hanya diterapi dengan
meminum obat dari warung. Selang beberapa hari pasien mengeluh tiba tiba bibir
pasien pelo, kemudian dibawa oleh keluarganya ke PKU kota. Dalam perjalanan
menuju PKU pasien masih bisa diajak komunikasi, tetapi saat sampai di PKU pasien
sudah tidak bisa diajak bicara dan mengalami kelemahan anggota gerak. Dalam
perawatan pasien pernah dilakukan Ct-Scan, dan oleh dokter di diagnosis stroke. Hal
itu membuat pasien merasa sedih, takut, dan ada rasa kawatir saat pertama kali
mengetahui bahwa pasien menderita penyakit stroke. Sedih yang dirasa pasien
berkaitan dengan pekerjaan yang terganggu. Sebelumnya pasien bekerja sebagai
pedagang keliling sembako antar kampung-kampung, hal itu membuat pasien berpikir
tidak dapat untuk meneruskan pekerjaannya. Rasa kawatir yang ada pada pasien
berkaitan dengan respon keluarga. Pasien mengira nantinya hanya akan merepotkan
keluarga akibat penyakit yang diderita ini. Dan ada rasa takut pada pasien berkaitan
dengan penyakit stroke yang tidak dapat sembuh dan menyebabkan kematian. Pasien
dirawat di PKU kota selama 15 hari, karena dirasa belum ada perubahan pada pasien,
pihak keluarga memutuskan untuk merawat dirumah. Pihak keluarga memilih untuk
terapi alternatif di klaten. Dalam terapinya pihak keluarga menceritakan pasien
diterapi dengan disinar dan ditusuk jarum. Selanjutnya dirumah pihak keluarga untuk
merebus ceker ayam, dari keterangan agar banyak mengkonsumsi sum-sum dari ceker
tersebut. Selang dua bulan pasien mengalami kemajuan terapi bahwa pasien sudah
bisa mulai di ajak komunikasi, yang di ikuti perlahan sudah mulai bisa berdiri dan
perlahan berjalan. Terapi tersebut dilakukan pihak keluarga dan pasien selama 2
tahun. Selain terapi alternatif pasien juga masih terapi di PKU kota, setiap bulan
pasien kontrol di PKU kota dari awal tahun 2010. obat yang dikonsumsi secara rutin
oleh pasien yaitu Amlodipin dan aspilet.
Gejala sisa saat pasien datang ke klinik pratama firdaus, tampak pada pasien
mengalami kelemahan pada anggota gerak tangan kanan. Pada tangan kanan pasien
terasa lemas, tampak lunglai, dan susah untuk melakukan aktifitas. Bahkan untuk
melakukan aktivitas seperti makan dan minum pasien menggunakan tangan kiri. Hal
tersebut sangat berdampak pada kehidupan pasien karena yang pada awalnya dapat
melakukan aktivitas sehari hari dengan baik dan mandiri untuk sekarang pasien harus
dibantu oleh suami, hal itu berdampak pada perasaan pasien, pada awalnya pasien
merasa hidupnya beban untuk keluarga terutama untuk suami pasien, hal itu membaik
ketika pasien dapat dukungan dari keluarga, bahkan awalnya suami yang bekerja
sebagai sopir dengan kendaraan minibus milik pribadi, suami memutuskan untuk
menjualnya dan merawat istrinya. Selain itu pasien tinggal bersama 2 anaknya dan 2
anak lainnya rumahnya dekat dengan pasien hanya bersebelahan dengan rumah pasien
sehingga pasien tidak merasa hidupnya kesepian dan dapat menerima sakit yang di
derita sekarang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat asam urat dan kolesterol yang tinggi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat Hipertensi (+) pada kedua orang tua


- Riwayat Stroke (+) pada adik pasien. Meninggal akibat stroke
- Riwayat Penyakit Jantung (+) pada suami pasien
- Riwayat Diabetes Mellitus (-)
- Riwayat Asam urat tinggi (-)
- Riwayat Asma (-)
- Riwayat keganasan (-)

5. Penyakit Riwayat Personal Sosial dan Gaya Hidup


a. Riwayat Pendidikan : Riwayat pendidikan terakhir pada pasien adalah lulusan
SD
b. Riwayat Pekerjaan :Sebelumnya pasien bekerja sebagai pedagang keliling
sembako, yang mengelilingi antar kampung kampung. Pasien sudah bekerja
selama 20 tahun. Bekerja dari pagi sampai sore hari.
c. Riwayat Perkawinan dan Interaksi Keluarga : P Pasien sudah menikah satu
kali, mempunyai empat anak, dua perempuan dan dua laki laki. komunikasi
antar keluarga terjalin sangat baik, pasien tinggal bersama anak pertama dan
kedua. rumah anak ketiga dan keempat berada di samping dan belakang rumah
pasien. Apabila ada permasalahan baik dari pasien atau dalam keluarga selalu
dapat diselesaikan dengan komunikasi antar keluarga.
d. Gaya Hidup
a. Pola Makan :
- Sebelum sakit, pasien makan sekitar 3x sehari. Lauk yang paling sering
dikonsumsi adalah daging dagingan, gorengan, dan makanan dengan tinggi
garam.
- Setelah sakit, pasien makan 3x sehari, menu yang sering dikonsumsi sayur
sayuran. Pasien sering memasak sayuran yang dibeli sendiri di dekat rumah.
b. Pola aktivitas fisik :
- Aktivitas fisik pasien berkaitan dengan pekerjaan pasien. Dahulu sebelum
sakit pasien sering berkeliling kampung kampung untuk menjual sembako, akan
tetapi karena sakit yang di derita sekarang, aktivitas pasien menjadi sangat
berkurang. Kegiatan yang sering dilakukan pasien yaitu pada pagi hari berjalan
dan berjemur dipagi hari di sekitar rumah, selain hal itu waktu-waktu pasien
dihabiskan bersama cucu pasien.
c. Pola istirahat :
- Sebelum sakit, istirahat pasien sangat kurang dari jam 01.00-05.00 ( 4 jam)
karena harus bekerja dari pagi sampe sore hari dan malam biasanya digunakan
oleh pasien untuk berbelanja dan menyiapkan barang dagangannya.
- Setelah sakit, pasien dapat memperbaiki pola istirahat dengan tidur rutin
apabila sudah jam 21.00 terbangun jam 04.00. ( 7 jam istirahat)
d. Manajemen stres :
- Sebelum sakit, pengelolalan stress pasien hanya mengobrol dengan suami.
- Setelah sakit, pasien lebih mendapat perhatian dari semua pihak keluarga,
termasuk kakak ataupun adik dari suami. Semua keluhan pasien selalu direspon
baik oleh keluarga dan diberi dukungan ketika pasien mengeluhkan tentang
penyakit yang diderita.
e. Kebiasaan buruk :
Konsumsi alcohol (-), merokok (-), free sex (-). Didalam keluarga suami pasien
dan anak ketiga pasien merokok. Untuk sekarang pada saat setelah suami
terkena penyakit jantung berhenti merokok. Dan anak ketiga masih merokok
tetapi diluar rumah. Termasuk dalam perokok pasif
6. Review Sistem
Anamnesis sistem tanggal 9 Desember 2020
 Sistem Saraf Pusat : kelemahan tangan kanan (+) tidak saya lakukan
pemeriksaan fisik,

2 5

3 5

: Demam (-), Sakit kepala (-),Kejang (-)


 Sistem Saraf Perifer : Nyeri (+) pada punggung menjalar ke kaki, Kesemutan
(+)
 Sistem Kardiovaskular : Nyeri dada (-)
 Sistem Respirasi : Sesak napas (-), Batuk (-), Pilek (-), Nyeri
tenggorokan (-)
 Sistem Gastrointestinal : Nyeri perut (-), Mual (-), Muntah (-)
 Sistem Urogenital : BAK nyeri (-), BAK (+) Normal
 Sistem Musculoskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
 Sistem Integumentum : Tidak ada keluhan

C. Anamnesis PengalamanSakit (Illness)


1. Pikiran: Pasien kurang memahami tentang penyakit yang diderita terkait definisi,
faktor risiko, komplikasi serta pencegahannya. Pasien hanya mengetahui bahwa
hipertensi yang diderita pasien akan terkontrol dengan minum obat.
2. Perasaan:
- Reaksi pertama saat pasien terdiagnosis hipertensi, pasien bersikap cuek.
Kemudian setelah pasien di diagnosis stroke pasien merasa takut kawatir dan sedih
karena pasien menganggap bahwa stroke tidak dapat disembuhkan dan
menyebabkan kematian, dari skala 0-10 pasien memilih angka 9.
- Tahap penerimaan pasien saat pertama kali dari skala 0-10 di angka 2 (denial).
untuk saat ini pasien sudah bisa menerima penyakitnya, dari skala 0-10 diangka 8
( Acceptance)
- Rasa kawatir saat pertama kali di diagnosis hipertensi hampir tidak ada cenderung
menyepelekan dari angka 0-10 diangka 1, Rasa kawatir muncul pada saat pasien
terkena stoke, dari skala 0-10 diangka 9 ( Khawatir berlebih) Untuk sekarang
tingkat kekawatiran dari skala 0-10 diangka 5 ( cukup)
3. Efek pada fungsi: Pasien kehilangan kemampuan untuk menjalankan aktivitas
sehari harinya, anggota gerak tangan kanan tidak dapat digunakan untuk
beraktifitas seperti makan dan minum. Tetapi pasien masih suka untuk membeli
sayur dan masak meskipun menggunakan tangan kiri. Berdasarkan instrument
ADL pasien memperoleh skor 5 yang artinya independent/ mandiri .
4. Harapan: Untuk harapan yang disampaikan pasien yaitu agar penyakitnya bisa
sembuh. Terutama tangan kanan pasien sehingga dapat menjalankan aktivitas
seperti dahulu dan berhenti untuk minum obat rutin yang selama ini sudah
dikonsumsi.
D. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 9 Desember 2020
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : ComposMentis
Tandavital :
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ₀ C

Antropometri :
 Tinggibadan : 150 cm
 Beratbadan : 50 kg
 IMT : 22,2 kg/m2
 Lingkarpinggang : Tidak didapatkan data
 Lingkarpanggul : Tidak didapatkan data
 Waist-hipratio : Tidak didapatkan data
 LILA : Tidak didapatkan data
 Status gizi : Normal (menurut WHO untuk Asia-Pasifik)

Pemeriksaan Umum
Kulit : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Kelenjar Limfe : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Otot : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Tulang : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Sendi : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Khusus
Kepala : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Leher : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan

Paru-paru : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan

E. PemeriksaanPenunjang
Laboratorium :
- Tanggal 27 Juli 2016
Asam Urat = 9,8
Cholestrol = 225
- Tanggal 8 Maret 2018
GDP = 124
Asam Urat = 6,4
Cholestrol = 211
- Tanggal 29 Desember 2018
GDP = 117
Asam Urat = 5,6
Cholestrol = 252
- Tanggal 30 Juli 2019
Asam Urat = 4,0
Cholestrol = 382
Radiologi :
Dahulu pernah dilakukan Ct-Scan kepala akan tetapi untuk hasilnya lupa.
harusnya Edukasi pasien untuk menyimpan hasilnya.
Lainnya : -

F. Diagnosis Klinis dan Differensial Diagnosis


 Hipertensi Grade II DD Hipertensi Heart Diseases
 Hemiparesis dextra ec post Stroke Hemorhagic DD TIA
 Low Back Paint DD HNP
G. Data Anggota Keluarga Inti
No. Nama Jenis Tgl Lahir/ Pekerjaan No.HP Status
Kelamin Umur Kesehatan
1. Mardjono L /68 Tahun Wiraswasta (0274) 617281 Penyakit
H. Jantung
2. Mujiati P /63 Tahun IRT (0274) 617281 Hipertensi
HNP
3. Kustiningsih P /46 Tahun
Ekarini

4. Dwi Wuriam S P /44 Tahun 081717291724

5. Rahma Tri S L /37 Tahun -

6. Muhammad L /35 Tahun -


Padmananto

Data AnggotaKeluarga yang TinggalSerumah

No. Nama Jenis Tgl Pekerjaan No.HP Status


Kelamin Lahir/ Kesehatan
Umur
1. Mardjono L /68 Tahun Wiraswasta (0274) 617281 Penyakit
Jantung
2. Mujiati P /63 Tahun IRT (0274) 617281 Hipertensi
stroke
LBP
3. Kustiningsih Ekarini P /46 Tahun

4. Gatot Wiranjani L /-
(Menantu / suami
kustiningsih )
5. Dwi Wuriam S P /43 Tahun 081717291724

6. Arif Romadoni L /44 Tahun


( menantu / Suami
dwi)
7. Khoirunisa Trisna P /18 Tahun
Safitri ( cucu)
8. Aura Fitrianingrum P /17 Tahun
9. Miftahul Rizqia L /13 Tahun
10. Khalid Aruna L /7 Tahun
Darmawan
J. Instrumen Penilaian Keluarga
1. Genogram

Legenda :
= laki-laki

= perempuan
---- = tinggal serumah
X =meninggal
S = Stroke
J = Penyakit Jantung
HT = hipertensi
|___| = menikah
AU : Asam Urat
K : Kolestrol
2. BentukKeluarga (Family Structure)
Extended Family ( keluarga besar). goldenberg (1980)
3. TahapanSiklusKehidupanKeluarga (Family Life Cycle)
Launching Family
4. Peta Keluarga (Family Map)

= perempuan P = Pasien
= Laki-laki S = Suami
= Pasien A= Anak (1-4)
M = Menantu (1-4)
= fungsional
C = Cucu (1-7)

5. APGAR Keluarga (Family APGAR)

11
APGAR Keluarga Hampir Kadang- Hampir
selalu kadang tidak
(2) (1) pernah (0)
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya 2
menghadapi permasalahan
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya membahas
berbagai hal dengan saya dan berbagi masalah dengan 2
saya.
3. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan-keinginan saya untuk memulai 2
kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya.
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
2
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan, kesedihan
dan cinta.
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan saya
2
berbagi waktu bersama.
Skor Total 10 (Sangat Fungsional)

1. Family SCREEM

12
Aspek Sumber Daya Patologis
SCREEM
Social
- Pasien mempunyai interaksi Tidak terdapat patologis pada aspek
yang baik dengan suami ataupun social
keluarganya
- keluarga memberi dukungan
terhadap sakit yang diderita oleh
pasien

Cultural Merebus ceker ayam untuk


mendapatkan manfaat sumsum
dari rebusan dan dikonsumsi
setiaphari. Diikuti dengan terapi
dari dokter ( beriringan)

Religious Pasien beragama islam, sholat


tapat waktu 5 waktu. terkadang
sering ke masjid dan mengikuti
pengajian

Educational - Pengetahuan mengenai penyakit


yang di derita masih kurang
- Pendidikan terakhir SD

Economic - Sumber dana di peroleh dari


keluarga (adik-kakak pasien)
standar UMR 500 rb, dibawah
UMR jogja
- Untuk pemenuhan makanan
ditanggung oleh anak anak dari
pasien
Medical -Pasien memiliki jaminan
kesehatan BPJS kelas 3
- Rutin kontrol ke KPF sebulan
sekali
- Akses Yankes dari rumah jauh
- Punya kendaraan pribadi

2. Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

13
Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness
(Tahun)
2009 53 Tahun Adik meninggal karena HT Stressor Psikologis
2009 53 Tahun Terdiagnosis Hipertensi
2010 54 Tahun Teridagnosis Stroke dan Tidak dapat
melakukan aktivitas
2020 63 Tahun Low Back Paint

K. Rumah dan Lingkungan Sekitar

1. Kondisi Rumah (Kost )


 Rumah yang ditinggali merupakan atas nama suami pasien
 Situasi : Rumah dekat dengan ringroad, berdempetan dengan tetangga,
ramai
 Rumah satu lantai dengan ukuran kira kira 400m persegi
 Jenis Dinding : Tembok, Lantai : seluruh lantai keramik, atap genteng.
 Kepadatan : Padat, saling menempel antar dinding, memiliki teras yang
luas, pencahayaan didalam rumah baik
 Ventilasi baik
 Sumber air : Sumur
 Penampungan air berada di dekat rumah
 Sanitasi bersihAtap : Genteng
2. Lingkungan di sekitar
 Sumber air bersih : Sumur
 Penampungan air berada disekitar rumah
 Pembuangan sampah : tempat sampah berada di luar rumah, setiap 2
hari ada petugas yang memungut sampah
 Pembuangan limbah : limbah rumah tangga dibuang melalui saluran
sendiri
 Situasi halaman : cukup luas, bersih, dan ramai

14
 Kedekatan dengan tetangga sekitar : rumah sekitar merupakan rumah
anak anak dari pasien , untuk jarak antar tetangga sekitar 3 meter
3. Denah Rumah

Garasi
Kamar
KamarDapur Ruang
KamarKamar
tidur
mandi Keterangan
tidur Ruang tidur mandi
tamu
5 Kamar
kluarg tidur
a 2 Kamar
mandi
1 Ruang Tamu
1 ruang
kelurga
1 Dapur
1 garasi

L. Indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

No Indikator PHBS Jawaban


. Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan 
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 
6. Menggunakan jamban sehat 
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan 
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari 
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga15 
10 Tidak merokok di dalam rumah 
Kesimpulan: Rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat
M. Diagnosis Holistik

Diagnosis Psiko-sosial & Kultural-spiritual=


Perempuan lanjut usia dengan aktivitas fisik yang kurang, pola makan
tidak sehat, sebagai perokok pasif, dan pengetahuan yang rendah serta mispersepsi
terhadap penyakitnya pada rumah tangga yang tidak berperilaku hidup bersih dan
sehat.

Diagnosis Holistik (Klinis plus Psiko-sosial&Kultural-spiritual)

Low back Pain, Hipertensi grade II, hemiparesis dextra ec post stroke
haemorhagic pada Perempuan lanjut usia dengan aktivitas fisik yang kurang, pola
makan tidak sehat, sebagai perokok pasif, dan pengetahuan yang rendah serta
mispersepsi terhadap penyakitnya pada rumah tangga yang tidak berperilaku
hidup bersih dan sehat.

N. Rencana Pengelolaan Komprehensif


1. Upaya Promotif:
o Menjelaskan dan menekankan bahwa hipertensi merupakan
penyakit kronis dan harus minum obat rutin seumur hidup,
penyakit ini tidak dapat disembuhkan akan tetapi dapat
dikendalikan tergantung dari perilaku dan gaya hidup pasien itu
sendiri.
o Mengedukasi akan pentingnya modifikasi gaya hidup dalam
pengelolaan Hipertensi : makan dengan gizi seimbang, aktivitas
fisik teratur, pola istirahat cukup, manajemen stress yang baik,
menghindari rokok, alcohol dan free sex.
o Pentingnya memeriksakan diri ke dokter/fasilitas pelayanan
kesehatan tiap sebulan sekali
o Pentingnya dukungan keluarga pada pasien dalam pengelolaan
penyakitnya, pentingnya untuk menceritakan segala keluh kesah
kepada keluarga atau orang terdekat yang dapat dipercaya.
2. Upaya Preventif:

16
 Melakukan pengaturan makan yang sehat dengan metode DASH
(Dietary Approaches tu Stop Hypertension), menerapkan DASH
dapat mengendalikan hipertensi, penyakit kolesterol tinggi dan
obesitas antara lain : diet rendah garam, rendah lemak, kaya akan
buah-buahan dan sayuran, banyak kacang-kacangan, tinggi serat.
 → Melakukan olahraga/aktivitas fisik teratur 30 menit setiap hari,
minimal melakukan jalan kaki 1-2 km, minimal dilakukan 3x
dalam seminggu. Tidak sanggup. Pasien hanyamampu beraktifitas
jalan kira kira 20 meter.
 → Istirahat yang cukup minimal 6-8 jam/hari dan ada waktu
bersantai bersama keluarga maupun untuk diri sendiri.
 → Manajemen Stress yang baik : ketika mengalami masalah, selain
tidur baiknya pasien menceritakan keluh kesahnya kepada keluarga
maupun kerabat dekat, dan dapat melakukan hobi yang pasien
senangi
 → Minum obat rutin sesuai anjuran dari dokter agar penyakit yang
diderita dapat dikontrol oleh dokter.
 → Menerapkan PHBS dan PATUH dalam kehidupan sehari-hari
 → Konseling CEA untuk mengatasi mispersepsi pada pasien dan
memotivasi pasien untuk menjaga kondisi kesehatanya.
 → Perlunya skrining anggota keluarga terkait hipertensi, dan
penyakit jantung serta perlunya melakukan CERDIK
 → Pemakaian korset untuk mengurangi mobilitas Vertebra yang
berlebih
 → Diajarkan dan dianjurkan bagaimana postur tubuh dari posisi
tidur sampai posisi berdidi ( tidur-duduk-berdiri)
 → Melakukan kompres panas / hangat pada otot otot punggung
bawah dengan cara merendam handuk pada air hangat, kemudian
dibalutkan pada bagian punggung , diganti setiap 5 menit dengan
waktu 20-30 menit

3. Upaya Kuratif:

Amlodipin Tab 10 mg No XXX


S1 dd 1

Natrium dickovenak tab 50 mg no. X


S 2 dd 1

Aspilet 30 mg no XC
S 3 dd 1

4. Upaya Rehabilitatif:

17
- Terapi latihan gerak ( latihan gerak fungsional)
5. Upaya Paliatif:
- Tetap mepertahankan ibadah, bahkan kalo bisa untuk menambah
jenis dan durasinya
- Mempertahanlkan KOmunjikasi dengan keluarga dan orang orang
terdekat dengan baik
- Mengajak keluarga untuk tetap meberikan dukungan yang proaktif
untuk pasien
- Menyerahkan hasil kepada Tuhan yang menyembuhkan, tetap
berikhtiar dengan berobat, dan tekad mengendalikan penyakitnya

18
BAB II

ANALISIS KASUS

A. Analisis Kasus
Pasien perempuan berusia 63 tahun datang ke Klinik Pratama Firdaus
dengan keluhan nyeri pada daerah punggung yang dirasa menjalar sampai ke
kedua kaki. Nyeri dirasa memberat ketika pasien beraktifitas dan mereda
ketika pasien beristirahat, skor VAS 5. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak
6 bulan yang lalu. Pasien rutin kontrol untuk keluhan yang dirasa sekarang di
Rumah Sakit Ludira Husada. Dalam penangannya pasien diberi suntikan dan
pasien merasa keluhan membaik setelah terapi tersebut. Selain untuk meminta
rujukan pasien datang ke Klinik Pratama Firdaus untuk kontrol rutin
mengenai hipertensi. Pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah
menunjukan angka 150/90 mmHg. Keluhan hipertensi pertama kali diketahui
pasien pada tahun 2009, mulanya pasien sering mengeluhkan pusing yang
tidak kunjung mereda, kemudian pasien memutuskan untuk datang ke Rumah
Sakit untuk memeriksakan keadannya dan saat sampai di Rumah Sakit pasien
di diagnosis Hipertensi sampai harus rawat inap. Setelah keluar dari Rumah
sakit, pasien menganggap bahwa penyakit hipertensi yang di derita pasien
sudah dinyatakan sembuh, untuk itu pasien hanya membeli obat di apotek
ketika terdapat keluhan saja. Satu tahun berselang pada tahun 2010, awalnya
Pihak keluarga menceritakan sebelum kejadian ini, adik dari ibu pasien
meninggal dunia karena stroke, setelah hal ini pasien sering mengeluhkan
pusing secara terus menerus yang hanya diterapi dengan meminum obat dari
warung. Selang beberapa hari pasien mengeluh tiba tiba bibir pasien pelo,
kemudian dibawa oleh keluarganya ke PKU kota. Dalam perjalanan menuju
PKU pasien masih bisa diajak komunikasi, tetapi saat sampai di PKU pasien
sudah tidak bisa diajak bicara dan mengalami kelemahan anggota gerak.
Dalam perawatan pasien pernah dilakukan Ct-Scan, dan oleh dokter di
diagnosis stroke. Hal itu membuat pasien merasa sedih, takut, dan ada rasa

19
kawatir saat pertama kali mengetahui bahwa pasien menderita penyakit
stroke. Sedih yang dirasa pasien berkaitan dengan pekerjaan yang terganggu.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai pedagang keliling sembako antar
kampung-kampung, hal itu membuat pasien berpikir tidak dapat untuk
meneruskan pekerjaannya. Rasa kawatir yang ada pada pasien berkaitan
dengan respon keluarga. Pasien mengira nantinya hanya akan merepotkan
keluarga akibat penyakit yang diderita ini. Dan ada rasa takut pada pasien
berkaitan dengan penyakit stroke yang tidak dapat sembuh dan menyebabkan
kematian. Pasien dirawat di PKU kota selama 15 hari, karena dirasa belum
ada perubahan pada pasien, pihak keluarga memutuskan untuk merawat
dirumah. Pihak keluarga memilih untuk terapi alternatif di klaten. Dalam
terapinya pihak keluarga menceritakan pasien diterapi dengan disinar dan
ditusuk jarum. Selanjutnya dirumah pihak keluarga untuk merebus ceker
ayam, dari keterangan agar banyak mengkonsumsi sum-sum dari ceker
tersebut. Selang dua bulan pasien mengalami kemajuan terapi bahwa pasien
sudah bisa mulai di ajak komunikasi, yang di ikuti perlahan sudah mulai bisa
berdiri dan perlahan berjalan. Terapi tersebut dilakukan pihak keluarga dan
pasien selama 2 tahun. Selain terapi alternatif pasien juga masih terapi di
PKU kota, setiap bulan pasien kontrol di PKU kota dari awal tahun 2010.
obat yang dikonsumsi secara rutin oleh pasien yaitu Amlodipin dan aspilet.
Gejala sisa saat pasien datang ke klinik pratama firdaus, tampak pada
pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak tangan kanan. Pada tangan
kanan pasien terasa lemas, tampak lunglai, dan susah untuk melakukan
aktifitas. Bahkan untuk melakukan aktivitas seperti makan dan minum pasien
menggunakan tangan kiri. Hal tersebut sangat berdampak pada kehidupan
pasien karena yang pada awalnya dapat melakukan aktivitas sehari hari
dengan baik dan mandiri untuk sekarang pasien harus dibantu oleh suami, hal
itu berdampak pada perasaan pasien, pada awalnya pasien merasa hidupnya
beban untuk keluarga terutama untuk suami pasien, hal itu membaik ketika
pasien dapat dukungan dari keluarga, bahkan awalnya suami yang bekerja

20
sebagai sopir dengan kendaraan minibus milik pribadi, suami memutuskan
untuk menjualnya dan merawat istrinya.

B. Identifikasi Masalah dan Penyelesaian


Masalah
No yang Target Sasaran Pembinaan Kolaborasi
Dihadapi
1. Low back - Mengontrol Pasien -Pemakaian korset untuk Dokter
pain dan mengurangi keluarga
memperingan mobilitas Vertebra
nyeri yang berlebih
-Diajarkan dan
dianjurkan
bagaimana postur
tubuh dari posisi
tidur sampai posisi
berdidi ( tidur-
duduk-berdiri)
-Melakukan kompres
panas / hangat pada
otot otot punggung
bawah dengan cara
merendam handuk
pada air hangat,
kemudian dibalutkan
pada bagian
punggung , diganti
setiap 5 menit
dengan waktu 20-30
menit

2. Hipertensi Mengontrol Pasien - Menjelaskan dan Dokter


Tekanan darah menekankan bahwa keluarga
< 140 mmHg hipertensi dan
merupakan penyakit Keluarga
kronis dan harus
minum obat rutin
seumur hidup,
Mengedukasi akan
pentingnya
modifikasi gaya
hidup dalam
pengelolaan
Hipertensi : makan

21
dengan gizi
seimbang, aktivitas
fisik teratur, pola
istirahat cukup,
manajemen stress
yang baik,
menghindari rokok,
alcohol dan free sex.
- Pentingnya
memeriksakan diri
ke dokter/fasilitas
pelayanan kesehatan
tiap sebulan sekali
- Pentingnya
dukungan keluarga
pada pasien dalam
pengelolaan
penyakitnya,
pentingnya untuk
menceritakan segala
keluh kesah kepada
keluarga atau orang
terdekat yang dapat
dipercaya.

3 hemiparesis Memcegah pasien - Melakukan Dokter


dextra ec post stroke tidak olahraga/aktivitas keluarga
stroke berulang fisik teratur dan
haemorhagic - Manajemen Stress Konsulen
yang baik saraf
- Minum obat rutin
sesuai anjuran dari
dokter agar penyakit
yang diderita dapat
dikontrol oleh
dokter.

B. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga

1. Primary Care: pasien telah datang dan berobat ke puskesmas sebagai


tujuan pengobatan pertamanya.

2. Personal Care: pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan


pada pasien.

22
3. Holistic Care: aspek klinis dan psikososial pasien telah tertangani
dengan baik.

4. Comprehensive care: penatalaksanaan promotif, preventif, dan kuratif


telah dilaksanakan pada pasien ini. Penatalaksanaan secara rehabilitatif
belum dilaksanakan pada pasien. Penatalaksanaan paliatif belum
diperlukan.

5. Continuing care: memonitor keadaan pasien dan mencatatnya dalam


rekam medis, sehingga perkembangan pasien dapat selalu dipantau
secara berkelanjutan.

6. Emphasis on Preventive Medicine: pencegahan penyakit pada kasus ini


dilakukan dengan memberikan edukasi mengenai penyakit yang diderita
pasien.

7. Patient-centered Care, Family Focused and Community-oriented Care:


eksplorasi mengenai aspek disease dan illness pada pasien serta
dilakukannya penilaian fungsi keluarga.

8. Collaborative Care: kolaborasi antara dokter dan farmasi dibutuhkan


dalam pemberian terapi kuratif pasien.

23
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic nya diatas 90
mmHg (Smith Tom, 1995). Menurut WHO penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar 95
mmHg.

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya


antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya
antara 105-114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya
115 mmHg atau lebih (Smith Tom, 1995).

Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Edward K Chung, 1995 adalah
sebagai berikut:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim


Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini meruapakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan. Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu- satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga

24
berdengung, berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan
pusing.

Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi (Permenkes No 5 tahun 2014).
Tabel 8 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

a. Gaya Hidup
Berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension),
perencanaan diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium
dan kalsium, rendah natrium, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi
khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.
Pola diet DASH merupakan pola diet yang menekankan pada konsumsi
bahan makanan rendah natrium (<2300 mg/hari), tinggi kalium (4700
mg/hari), magnesium (>420 mg/hari), kalsium(>1000 mg/hari), dan
serat (25 – 30 g/hari) serta rendah asam lemak jenuh dan kolesterol
(<200 mg/hari) yang banyak terdapat pada buah - buahan, kacang-
kacangan, sayuran, ikan, daging tanpa lemak, susu rendah lemak, dan
bahan makanan dengan total lemak dan lemak jenuh yang rendah.
Bahan makanan yang terdapat dalam pola diet DASH merupakan bahan
makanan segar dan alami tanpa melalui proses pengolahan industri
terlebih dahulu sehingga memilki kadar natrium yang relatif rendah.
JNC (Joint National Committee on Prevention,Detection, Evaluation,

25
and Treatment of High Blood Pressure) VII tahun 2003 telah
mengesahkan pola diet DASH sebagai salah satu upaya dalam
mencegah peningkatan tekanan darah pada subjek hipertensi.16 Pola
diet DASH yang terdiri dari konsumsi bahan makanan diatas terbukti
secara klinis menurunkan tekanan darah secara signifikan dengan atau
tanpa pengurangan asupan natrium.13,14 Bahan makanan yang terdapat
dalam pola diet DASH adalah produk serealia dan biji-bijian sebanyak
7- penukar per hari, sayuran sebanyak 4-5 penukar per hari, buah-
buahan 4-5 penukar per hari, produk susu rendah atau tanpa lemak 2-3
penukar per hari, ikan, daging ebih dari 2 penukar per hari, kacang-
kacangan 4-5 penukar per minggu, minyak 2-3 penukar dalam sehari
dan pemanis 5 penukar per. minggu
Tabel 9. Modifikasi gaya hidup dalam penanganan hipertensi

b. Farmakologi
Berdasarkan ESH-ESC (2013) obat-obat antihipertensi antara lain:
1). Diuretik
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya
meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi

26
volume plasma dan cairan ekstrasel. Tekanan darah turun akibat
berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah
pada awal terapi. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume
cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh
darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
 Diuretik tiazid: Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars
asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan.
Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros
kalium.
 Loop diuretic: Lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan
dengan hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat
mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau
ketat.
 Diuretic Hemat Kalium: Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil
menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan
diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
 Diuretik Osmotik: Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorpsi ion dalam ginjal.
2). ACE inhibitor (ACE-i)
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik
lokal maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis
seperti noradrenalin dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat
ACE inhibitors adalah vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi
juga terjadi pada arteri koroner. Pada pasien gagal jantung, ACE
inhibitors juga menyebabkan dilatasi vena. Vasodilatasi terjadi karena
meningkatnya kadar agen-agen vasodilator seperti bradikinin,
prostgalndin dan nitrit oksida, dan karena berkurangnya vasokonstriktor
seperti angiotensin II, noradrenalin, adrenalin dan vasopresin. Sebagai
akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun, beban afterload
jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung
dan ginjal meningkat.

27
3). Antagonis Kalsium (CCA)
Bekerja pada otot jantung dan otot polos vascular, berperan dalam
peristiwa kontraksi jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam
sitosola kan meningkatkan kontraksi. Masuknya kalsium dari ekstrasel
ke intrasel dipacu oleh perbedaan kadar kalsium, dengan perbanding
kadar kalsium ekstrasel 10.000 kali lebih banyak dibanding intrasel saat
diastole.Dengan pemberian CCA, kanal kalsium akan dihambat, dan
menyebabkan vasodilatasi coroner dan perifer; penurunan kontraktilitas
jantung; serta penurunan automatisasi serta kecepatan konduksi pada
SA dan AV node.
4). Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-
angiotensin-aldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II
berikatan dengan reseptornya, sehingga secara langsung akan
menyebabkan vasodilatasi, penurunan produksi vasopresin, dan
mengurangi sekresi aldosteron.
5). Βeta Blocker (BB)
BB akan menurunkan kebutuhan oksigen jantung dencan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah.
Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung
sehingga perfusi koroner membaik saat diastole.
Terdapat beberapa rekomendasi terapi berdasarkan guideline JNC 8 tahun
2014.
 Rekomendasi 1:
a. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, mulai terapi farmakologi
saat tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 150mmHg atau lebih
ATAU tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg
atau lebih. Tujuan: SBP kurang dari 150mmHg dan DBP kurang dari
90mmHgStrong Recommendation – Grade A
b. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, jika terapi farmakologi
tekanan darah tinggi menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan

28
tujuan terapi, contohnya <140mmHg, dan terapi tidak berhubungan dengan
efek merugikan pada kesehatan atau kualitas hidup, maka terapi tidak perlu
disesuaikanExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 2:
a. Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi
saat tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau
lebih. Tujuan: DBP kurang dari 90mmHg
b. *Untuk usia 30 sampai 59 tahunStrong Recommendation – Grade A
*Untuk usia 19 sampai 29 tahunExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 3:
Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 140mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mmHgExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 4:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan CKD, mulai terapi
farmakologi saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau
lebih. Tujuan: SBP kurang dari 140mm Hg dan DBP kurang dari
90mmHgExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 5:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, mulai terapi
farmakologi saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau
lebih. Tujuan: SBP kurang dari 140mm Hg dan DBP kurang
dari 90mmHgExpert Opinion – Grade E
 Rekomendasi 6:
Pada populasi umum tidak hitam (maksudnya bukan ras negroid/berkulit
hitam), termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai
dengan menyertakan obat di bawah ini:
 Thiazide-type diuretic
 Calcium channel blocker (CCB)
 Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau
 Angiotensin receptor blocker (ARB).

29
 Rekomendasi 7:
Pada populasi umum berkulit hitam (maksudnya ras negroid/berkulit hitam),
termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan
menyertakan obat di bawah ini:
 Thiazide-type diuretic , CCB.
 Rekomendasi 8:
Pada populasi berumur 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, terapi
antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan ACEI atau ARB untuk
meningkatkan kerja ginjal. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien CKD
dengan hipertensi tanpa memperhatikan ras atau status diabetes.
 Rekomendasi 9:
a. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan tekanan darah sesuai target tujuan. Jika target tekanan darah
yang dituju tidak tercapai:
 Naikkan dosis obat sebelumnya ATAU
 Tambahkan obat kedua dari salah golongan obat yang disebutkan di
rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau ARB)
c. Klinisi harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen
terapi hingga target tujuan tekanan darah tercapai
d. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat:
 Tambahkan obat ke-3 dari rekomendasi 6
 Jangan gunakan ACEI dan ARB bersamaan untuk satu pasien
 Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan menggunakan golongan
obat pada rekomendasi 6 karena merupakan kontraindkasi atau memerlukan
lebih dari 3 obat untuk mencapai target golongan darah, maka obat
antihipertensi dari golongan lain dapat digunakan.

B. Low Back Pain


Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya, atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat
menjalar ke daerah lain atau sebaliknya (referred pain). Nyeri ini terasa

30
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke
arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah termasuk salah
satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari
mobilisasi yang salah. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12
minggu, sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 6 bulan.
Berdasarkan perjalanan klinis
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba – tiba, keluhan dirasakan kurang
dari 6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low Back Pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut dapat
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Sampai
saat ini penatalaksanaan awal nyeri pingang akut terfokus pada istirahat
dan pemakain analgetik.

2. Chronic Low Back Pain


Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang – ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back
pain dapat terjadi karena osteoartritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa
saja, pada umur berapa saja. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada
mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

31
Faktor Indeks Massa Tubuh
 Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.
 Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat
beban tubuh.
Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan
tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di
pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari
akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur
pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas
lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur.
Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut
diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.

PENATALAKSANAAN
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai
dengan edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan
kegelisahan pasien sehingga sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari
sering dapat meringankan nyeri. Namun jika terlalu lama tidak dianjurkan.
Penggunaan obat-obatan NSAID dapat membantu, dan untuk obat-obatan
yang lebih keras dapat digunakan seperti muscle relaksan dan narkotik
dapat digunakan dalam jangka waktu yang pendek
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan,
disebut pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun.

32
Termasuk bantuan pasif adalah terapi panas, terapi dingin, massage,
ultrasound, stimulation listrik, traksi dan akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung
bawah adalah prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau
merusak area yang dirasakan atau yang menyebabkan nyeri, contohnya
intra discal electrothermy (IDET) yang mana sebuah coiled wire
ditempatkan pada diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency
ablation (RFA). Ini lebih invasive sebab dapat merusak jaringan, memiliki
resiko yang lebih besar dan efek samping yang lebih lama dibanding terapi
yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien untuk tidak
dilakukan prosedur bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi
kontroversi.

a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau
per. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung
mekanik akut, fraktur, dan HNP.

b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang
bersifat simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik
antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid
(prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid (AINS) misalnya
piroksikam, antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya
aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik
juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan
antitrombotik. Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x
sehari
 Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi
perdarahan, gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi

33
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase
(untuk HNP).

c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkauan permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan
menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung
yang terasa nyeri atau sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2
hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad
(kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang
ringan tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan
resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang
digunakan sehingga menyebabkan infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis
untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot
belakang dan melancarka peredaran darah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bill,K; Twiggs,J; Bonie. 2015. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8
Guideline Recomendation. Continuing Educational. Alabama Pharmacy
Asociation.
Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman Pengendalian Hipertensi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013. (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013)
ESH-ESC. 2013. ESH/ESC Guideline for the Management of Arterial
Hypertension. Journal of Hypertension.
Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of osteoarthritis.
Aging Clin Exp Res. 15(5):364–372.
PERMENKES RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nome
5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. eds. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
Soenarta, A, dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI
Harsono, Soeharso. Nyeri Punggung Bawah. In : Kapita Selekta Neurologi.
Harsono, editor. Edisi 2. Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta ;
2011.
Soeroso J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. In : Workshop
Physical Diagnosis and Treatment Option Of Low Back Pain. Kalim H,
Handono S, Suryana P, editors. Surabaya, 2011.
Nuartha AA. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah.
Denpasar, 2011
Hartwig MS, Wilson LM. Nyeri. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6th ed. Vol 2. EGC ; Jakarta ; 2011

35
36

Anda mungkin juga menyukai