Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROSES MANUFAKTUR
“PROSES PEMBUATAN KERTAS”

Disusun oleh ;
Nama : Yayan Subagyo
No Mhs : 07 025 336

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI “AKPRIND”
YOGYAKARTA
2008
KATA PENGANTAR

Terima kasih,mungkin hanya sepatah kata ini yang saya katakan kepada
tuhan yang maha esa karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah ini.yaitu tentang krisis pangan.
Pada sempatan ini, ijikan saya selaku penulis mengucapkan rasa
terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini, baik dari proses penyusunan, pengetikan, sampai
akhirnya makalah ini bisa selesai.
Akhirnya saya selaku penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran,
ataupun kritikan yang bersifat membangaun, yang pada intinya sangat berguna
untuk menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini
dapat menjadi sumber pengetahuan baru bagi pembacanya.
PENDAHULUAN

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta


melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya
kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun
toilet.

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang
menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas,
bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal
ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu,
kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti
dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau
BAB I

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan
menghasilkan 178 juta ton of pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan
menghabiskan 670 juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya
diperkirakan antara 2% hingga 3.5% per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan
kayu log yang dihasilkan dari lahan hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap
tahun.

Tabel 1. Beberapa pabrik kertas besar yang tidak mempunyai fasilitas


pembuatan pulp sendiri adalah sebagai berikut.

Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas hingga 1997 (ton/year)


PT. Fajar Surya Wisesa Bekasi, W.Java 500,000
PT. Aspex Paper Gresik, E.Java 430,000
PT. Surabaya Agung Industri Pulp&Paper Gresik, E.Java 336,800
PT. Jaya Kertas Nganjuk, E.Java 200,000
PT. Pelita Cengkareng Paper & Co. Tangerang, W.Java 157,000
PT. Suparma Surabaya,E.Java 150,000
PT. Surya Pamenang Kediri, E.Java 150,000

Dalam proses produksinya industri pulp and paper membutuhkan air


dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat mengancam kelestarian habitat di
sekitarnya karena mengurangi tingkat ketersediaan air bagi kehidupan hewan air
dan merubah suhu air.

Pulp dibuat secara mekanis maupun kimia dengan memisahkan serat kayu
atau selulosa dari bahan lain. Dalam proses kraft pulping, larutan campuran antara
sodium hidroksida dan sodium sulfida digunakan untuk melarutkan bahan tidak
berserat. Pulp kemudian diputihkan untuk menghasilkan kertas yang putih.
Beberapa zat kimia digunakan dalam proses pemutihan (bleaching) antara lain
gas klorin, sodium hidroksida, kalsium hipoklorit, klorin dioksida, hidrogen
peroksida dan sodium peroksida. Setelah penambahan filter dan pewarna, bubur
kertas dibuat menjadi kertas. Beberapa jenis pelapis juga digunakan dalam tahap
penyelesaian.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan industri kertas antara lain :

a. Membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik lainnya


b. Memasukkan zat kimia karsinogen dan zat pengganggu aktivitas hormon
ke dalam lingkungan
c. Menghabiskan jutaan liter air tawar
d. Menimbulkan risiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia
berbahaya dari limbah industri yang mencemari lingkungan.

Limbah cair industri pulp and paper tersebar ke seluruh ekosistem di


sekitarnya. Dalam percobaan laboratorium, efluen industri kertas menyebabkan
penyimpangan reproduktif pada zooplankton dan invertebrata yang merupakan
prey dari ikan serta kerusakan genetik dan reaksi sistem kekebalan tubuh pada
ikan (EEM Cycle One; Easton et al. 1997, Genetic Toxicity of Pulp Mill Effluent
on Juvenile Chinook Salmon (Onchorhynchus shawytscha) Using Flow
Cytometry, Elsevier Science Ltd., Vol. 35, #2-3). Hal ini menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati sungai dan berkurangnya sumber pangan hewani
masyarakat di sekitar sungai.

Sebagian besar industri kertas menggunakan pemutih yang mengandung


klorin. Klorin akan bereaksi dengan senyawa organik dalam kayu membentuk
senyawa toksik seperti dioksin. Dioksin ditemukan dalam proses pembuatan
kertas, air limbah (efluen), bahkan di dalam produk kertas yang dihasilkan.
Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar untuk membilas
zat kimia dan senyawa yang tidak diinginkan dari pulp. Oleh karenanya air yang
telah digunakan mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya termasuk
dioksin. Meskipun konsentrasi dioksin sangat kecil di dalam air limbah, tetapi
pabrik terus beroperasi dan terus menghasilkan dioksin sehingga konsentrasinya
dalam air akan terus bertambah. Dioksin adalah senyawa organik yang sukar
terdegradasi dan konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai
makanan karena adanya proses biomagnifikasi. Hal ini menyebabkan konsentrasi
dioksin di dalam jaringan tubuh hewan air menjadi ratusan kali lebih besar
dibandingkan di dalam air tempat hidupnya. Sebuah penelitian EPA berjudul “the
National Study of Chemical Residues in Fish” menemukan bahwa ikan yang
ditangkap dari perairan di sekitar industri kertas mengandung dioksin dalam
konsentrasi yang lebih tinggi dari di daerah lain.

EPA memperkirakan sekitar sepertiga dari dioksin yang terbentuk terserap


oleh produk kertas yang dihasilkan termasuk kertas penyaring kopi, kertas tisu,
popok bayi, dan piring kertas serta produk lain seperti tisu makan, kertas toilet,
karton pembungkus susu, kertas kantor dan pembalut wanita. Dioksin dapat
bertahan di lingkungan dalam waktu yang lama (persisten) sehingga akan
terakumulasi dalam tanah dan hewan termasuk manusia (bioakumulasi).
Dioksin adalah salah satu jenis organoklorin yang memiliki empat klor, dua
oksigen dan dua cincin benzena. Klor adalah unsur halogen yang sangat reaktif
sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya.
Sebagian besar organoklorin menimbulkan efek toksik seperti dioxin dan furan.
Zat kimia mematikan ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi di daerah
masyarakat pesisir yang mempunyai pabrik pulp (Powell River, Squamish,
Duncan, Nanaimo, and Campbell River).

Dioxin sering digunkaan untuk menyatakan tiga jenis zat kimia dengan
toksisitas akut yaitu dioksin, furan dan polychlorinated biphenyls (PCBs) yang
semuanya memiliki dua cincin benzena dan senyawa klorin. Bentuk dioksin yang
paling toksik adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Struktur
dioksin ditunjukkan dalan gambar di bawah ini. Dalam industri kertas dioksin
terbentuk dari klorin yang berikatan dengan senyawa organik dalam kayu.
Gambar 1. Struktur molekul dioksin

Organoklorin dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti


kanker, cacat lahir, endometriosis, penurunan jumlah spermatozoa dan gangguan
perkembangan janin. Organoklorin juga menyebabkan kerusakan genetis dan
penurunan daya tahan ikan salmon dan ikan lainnya.
Mengurangi pencemaran organoklorin merupakan upaya penting untuk
melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Satu-satunya upaya yang
dipastikan akan mengurangi bahkan menghilangkan dioksin di lingkungan adalah
melindungi diri dan lingkungan dengan menghindari penggunaan pemutih yang
mengandung klor.

Pengembangan teknologi dalam industri kertas telah berupaya


menggunakan zat pemutih lain yang lebih ramah lingkungan agar industri dapat
menggunakan energi, air dan sumber daya lain secara efiisien. Industri kertas
yang telah mencapai Zero AOX otomatis akan mencapai Zero Discharge (closed-
loop recycling) dari limbah cair yang dihasilkannya, sehingga mengurangi usaha
dan biaya pengolahan limbah cair dan menghasilkan proses produksi yang efisien.
Makalah ini akan membahas upaya minimisasi limbah pada industri kertas
melalui substitusi terhadap bahan pemutih yang mengandung klorin dengan bahan
pemutih oksigen yang lebih aman terhadap lingkungan. Klorin yang berikatan
dengan senyawa organik dalam serat kayu atau dalam air akan membentuk
dioksin yang merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi lingkungan, sehingga
perlu dilakukan upaya substitusi pemutih klorin dengan bahan pemutih lain yang
tidak mengandung klorin.
BAB II
PROSES PRODUKSI KERTAS
DAN LIMBAH YANG DIHASILKAN

2.1 Proses Produksi Kertas

Proses pembuatan kertas yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
pembuatan kertas dari pulp dengan proses kimia menggunakan sodium sulfat
(kraft process). Senyawa sulfur ini menyebabkan timbulnya bau telur busuk pada
kebanyakan industri kertas. Kraft pulping menghasilkan pulp kurang dari 50%
dari bahan baku kayu, sisanya menjadi sludge yang akhirnya dibakar, disebar ke
tanah atau dibuang dengan sistem landfill.

Kelebihan dari kraft pulping adalah bahan kimia yang digunakan dapat
didaur ulang (recycle) dan digunakan kembali dalam proses berikutnya.
Kelebihan lainnya adalah dihasilkannya serat yang kuat (Jerman : "kraft" berarti
kuat). Majalah, kertas grafis dan percetakan, kantong belanja dan pembungkus
(packaging) terbuat dari kraft pulp. Kraft pulp biasanya berwarna gelap dan
umumnya diputihkan dengan senyawa klorin

Tahapan pembuatan kertas secara sistematis disajikan dalam diagram berikut


ini.

1. Identify Source of Cellulose Fibre:


wood
Recovered paper
non-wood plants

2. Produce Usable Cellulose Fibres:


Pulping
Bleaching (where required)
3. Make Paper:
Sheet - Formationvery dilute water solution of pulp is sprayed on a fast-moving
wire
Pressing and Dryingwater is removed with pressure and heat to form paper

Roll of paper

Urutan proses pembuatan kertas digambarkan dalam Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. urutan proses dalam produksi kertas


(Sumber: "Towards Zero-Effluent Pulp and Paper Production", Johnston, P. et al,
Greenpeace International, 1996 dalam Blum,1996)

Proses pembuatan kertas umumnya dibagi dalam beberapa tahapan yang


akan dijelaskan berikut ini.
a. Pemilihan Jenis Kayu

Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan kertas adalah:


- Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon
pinus.
- Kayu keras (hard wood), adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan
daunnya setiap tahun.

Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan
untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak
sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih
mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit
lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak
untuk mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli.
Karakteristik dari kedua jenis kayu disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Karakteristik serat dari kayu lunak dan kayu keras
Karakter Kayu Lunak Kayu Keras
Kandungan selulosa 42% +/- 2% 45% +/- 2%
Kandungan Lignin 28% +/- 3% 20% +/- 4%
Kandungan Ekstraktif 3% +/- 2% 5% +/- 3%
Panjang serat 2-6 mm 0.6-1.5 mm
Kekasaran 15-35 mg/100 mm 5-10 mg/100m

b. Persiapan Kayu

Bahan baku yang mengandung selulosa seperti kayu, bambu, serat kapas,
bagas dan lain-lain dipotong menjadi serpihan kecil. Kulit kayu dikelupas secara
mekanis atau hidraulis sebelum dicacah menjadi serpihan kayu, kemudian dicuci
dan disaring untuk menghilangkan debu yang melekat.

Efluen dari proses persiapan kayu berasal dari air bilasan kayu yang
mengandung partikel halus batang kayu dan padatan terlarut. Proses ini juga
menghasilkan limbah padat berupa potongan kayu tidak layak pakai dan kulit
kayu yang dapat digunakan sebagai kayu bakar.

c. Pembuburan Kayu (Pulping)

Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia
pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut
digester. Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white
liquor), yaitu larutan campuran sodium hidroksida dan sodium sulfida yang secara
selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan
pengolah.

Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu
dikeluarkan dari digester. Pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan
hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut
kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang
berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses
pemanasan. Dalam batch digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester
tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester bersinambungan,
pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan
mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya
45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut
brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan. Tahapan proses pembuburan
kayu/pulping disajikan dalam Gambar 4.

e. Pencucian (Washing)

Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan


kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah
limbah organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. Pulp yang
kurang tercuci membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar.
Pencucian pulp dilakukan mengikuti masing-masing proses untuk menghilangkan
materi yang tidak diinginkan dalam pulp. Hasil samping berupa black liquor,
debu, lignin, dan pemutih dihilangkan setelah tiap tahapan proses selesai.
Efisiensi pencucian diukur berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan
jumlah air yang digunakan untuk mencapai tingkat kebersihan tersebut.

f. Refining

Pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan


gumpalan selulosa menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses
pembuatan kertas. Serat dipotong dengan panjang yang seragam dan
diperlakukan untuk memperbaiki ikatan dan kekuatan produk akhir kertas.

g. Oksigen Delignification

Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan oksigen diperlukan


untuk menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap
prebleaching. Dengan mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih
putih. Oksigen dan larutan putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam reaktor
pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan
ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang
dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).

h. Bleaching

Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan


lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri kertas terdapat beberapa tahap
dalam proses pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di bawah ini.
C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada
tahap sebelumnya dengan larutan NaOH.
D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
Z : Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
X : Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral
Proses bleaching biasanya melibatkan 4-6 tahap. Di beberapa industri, tahap Q
(Q-stage) juga digunakan yang merupakan tahap chelation untuk menghilangkan
zat anorganik sebelum pengolahan dengan peroksida. Standar industri hingga
beberapa tahun lalu adalah bleaching dengan urutan CEDED yaitu tahap klorinasi
yang diikuti ekstraksi alkali, pengolahan dengan klorin dioksida, ekstraksi alkali
dan pengolahan akhir klorindioksida. Proses yang lebih modern telah beralih dari
penggunaan klorin (C-stage) karena menghasilkan senyawa toksik aromatik
terklorinasi (dioxins and dibenzofurans) dalam efluen instalasi bleaching,
contohnya menerapkan urutan OXED yaitu menggunakan pemutih oksigen yang
diikuti penerapan enzim xilanase, ekstraksi alkali dan klorin dioksida.
Tahapan dalam bleaching disimbolkan dengan DED dimana D melambangkan
chlorine dioxide (ClO2) dan E melambangkan ekstraksi alkali. Dalam tahap ini,
brownstock dicampur dengan ClO2 dalam reaktor D1 yang akan bereaksi dengan
lignin. Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan senyawa lignin yang
beikatan dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan pada aliran pulp dalam
menara E dan diikuti dengan pencucian. Ekstraksi berfungsi untuk menetralisasi
pulp dan memperbaiki proses pencucian sebelumnya. Menara D2 adalah tahap
akhir dari proses bleaching dimana ClO2 memberikan pemutihan terakhir pada
pulp. Jika proses bleaching didahului dengan oksigen delignification, maka
prosesnya disingkat menjadi ODED.
Klorin biasanya diperoleh melalui proses elektrolisis dari NaCl yang
menghasilkan Cl2 dan NaOH. NaOH yang dihasilkan dapat digunakan pada tahap
E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut ini :
2 NaCl + e- ====> 2NaOH + Cl2 + H2
Klorin dioksida diperoleh dari sodium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk
lainnya adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping.
Reaksinya diuarikan berikut ini.
NaClO3 + SO2 ===> 2ClO2 + Na2SO4

g. Paper Making

Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuat kertas


dimana akan dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran
dengan kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang diberikan di bagian
penggulung (roller). Kertas jadi dapat dibuat dengan berbagai jenis berat dan
digulung menjadi gulungan besar untuk diproses lebih lanjut. Kertas jadi
terkadang juga dilapisi dengan kaolin untuk memutihkan permukaan atau diberi
pengikat yang mengandung formaldehyde., ammonia atau polivinil alkohol agar
lebih kuat.

Energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kertas dalam bentuk


panas dihasilkan dari pembakaran sampah padat (sisa potongan kayu) dan uap
serta bahan bakar fosil. Industri kertas membutuhkan energi dalam jumlah besar
untuk dapat beroperasi.
Dalam proses pembuburan kayu, sisa larutan pemasak dapat dimurnikan
kembali dengan proses pemulihan (chemical recovery). Siklus pemulihan akan
melewati liquor evaporator, recovery boiler, clarifier, dan lime kiln melalui 4
tahapan yaitu :

 air dari pencucian dialirkan ke evaporator dimana black liquor


mengandung konsentrasi solid sebanyak 65% sampai 75% sebelum masuk
ke recovery boiler. Pada recovery boiler, dalam furnis yang didisain
khusus, zat kimia sisa pakai dipisahkan dari limbah kayu. Zat kimia dalam
proses pulping membentuk lelehan menyerupai lava di dasar recovery
boiler, sedangkan limbah kayu dibakar pada bagian atas recovery boiler.
Panas ini digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi yang dapat
digunakan untuk memenuhi uap yang dibutuhkan dalam penggilingan dan
kebutuhan pembangkit listrik.
 Sisa larutan pemasak (black liquor) mengandung berbagai senyawa
organik dan senyawa sulfur disamping NaOH and Na2S yang reaktif.
Black liquor diuapkan dalam furnis bersama sodium sulfat (Na2SO4)
untuk mendapatkan Na2S, dan sodium karbonat (Na2CO3) dalam bentuk
abu.
 Abu kemudian dituangkan ke tanki besar untuk membentuk green liquor,
yaitu campuran dari sodium sulfida dan sodium karbonat. Abu ini
kemudian dicampur dengan air dan lime (CaO) yang membentuk larutan
hijau (green liquor) dan menghilangkan bahan kimia asalnya yaitu NaOH
and Na2S, kalsium karbonat (CaCO3).
 pada langkah selanjutnya, lime (kalsium oksida) ditambahkan ke dalam
green liquor untuk mengubah sodium karbonat menjadi sodium hidroksida
sehingga kembali terbentuk white liquor yang akan digunakan kambali
dalam proses pulping berikutnya.

2.2 Limbah Yang Dihasilkan dari Proses Produksi Kertas


Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari
lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Efluen limbah cair
(a) Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen,
debu dan sejenisnya
(b) Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin,
alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang
menghasilkan BOD tinggi.
(c) Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna
kertas
(d) Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-lain
(e) Limbah panas
(f) Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform
2. Partikulat:
(a) Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
(b) Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca
3. Gas:
(a) Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang
dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses
pemulihan bahan kimia
(b) Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery
furnace dan lime
Kiln
(c) Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak pandangan
4. Solid Wastes:
(a) Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
(b) Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya
Tabel 2. Proses dalam industri kertas, bahan yang digunakan dan limbah
berbahaya yang dihasilkan

Proses Bahan yang Digunakan Jenis Limbah yang Dihasilkan


Chemical Pulping Asam/basa, lime, asm sulfat, sodium hydroksida, sodium
sulfida Limbah asam.basa
Bleaching Pemutih klorin, sulfat, kloroform, pelarut Air limbah beracun, limbah
sludge, dan limbah asam/basa
Papermaking Pigmen Sludge pengolahan limbak
Sizing and Starching Wax, lem, resins sintesis, hidrokarbon Limbah beracun
termasuk air limbah dan sludge
Pelapisan dan Pewarnaan Tinta, cat, pelarut, karet dan zat pewarna Sisa pelarut,
tinta cat dan limbah beracun lain
Pembersihan Tetrakloroetilen, Trikloroetilen, methilen
klorida,trikloroethan,karbon tetraklorida Lmbah pelarut dan air bilasan beracun

Penggunaan klorin sebagai pemutih menyebabkan air limbah tidak


memungkinkan penggunaan kembali air yang telah digunakan karena tidak dapat
dilakukan recovery air. Pada waktu pulp direaksikan dengan klorin atau klorin
dioksida selama proses pemutihan, konsentrasi ion klorida dalam air limbah akan
menjadi sangat korosif untuk di alirkan kembali ke sistem recovery untuk
memisahkan limbah organik dari air dan dibakar untuk menghasilkan energi di
dalam recovery boiler. Akibatnya limbah organik dalam efluen harus dialirkan
seluruhnya ke sistem pengolahan limbah dan ke sungai. Gambar silus air dari
proses pemutihan disajikan dalam Gambar 6 di bawah ini.
BAB III
MINIMISASI LIMBAH DALAM INDUSTRI KERTAS

3.1 Konsep Minimisasi Limbah Dalam Industri Kertas

Program minimisasi limbah yang efektif akan mengurangi biaya produksi


dan beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga akan
meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan
masyarakat. Teknik minimasi limbah yang dapat membantu mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan mencakup :

 Perencanaan produksi dan tahapannya


 Penyesuaian peralatan/proses atau modifikasi
 Penggantian (substitusi) bahan baku
 Pemisahan (segregasi) limbah
 Daur ulang bahan
 Pelatihan dan pengawasan para pekerja operator juga merupakan bagian
penting dalam keberhasilan program ini.

Berbagai cara untuk mencapai minimisasi limbah mencakup tiga bagian


utama yaitu :

a. Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik


(good house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian
dan pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran
dan tumpahan bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan
yang mencakup perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat,
modifikasi peralatan dan perubahan teknologi. Pemeliharaan peralatan dan
lingkungan pabrik, pemilihan peralatan yang sesuai dengan proses produksi
kertas yang diinginkan dan pengoperasian peralatan dengan benar juga ikut
mengurangi limbah dari sumbernya.
b. Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai untuk
digunakan kembali dalam proses berikutnya.

c. Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk


mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dari
pembuangan produk tersebut.

3.2 Substitusi Bahan Pemutih Berklorin dengan Pemutih Oksigen

Kebanyakan industri kertas masih keberatan untuk menerapkan proses


produksi total chlorine free (TCF)/closed loop dengan alasan tingginya biaya
instalasi. Pencegahan pencemaran memang membutuhkan biaya yang besar pada
awal penerapannya, tetapi akan memberikan penghematan dan kemudahan pada
jangka waktu berikutnya, peningkatan kesehatan karyawan, perlindungan
kesehatan msyarakat dan perbaikan kualitas lingkungan.

Klorin dan klorin dioksida bekerja dengan baik pada kondisi asam dengan
pH antara 1,5 – 4. Setelah proses pemutihan selesai, pulp dicuci untuk
menghilangkan lingnin yang terdegradasi atau limbah organik lain yang telah
dilarutkan dalam limbah cair. Kebanyakan limbah organik mengandung asam
organik dan alkohol. Senyawa ini tidak larut dalam air sehingga tetap tertinggal
dalam pulp selama proses pencucian. Reaksi kimia yang terjadi selama proses
pemutihan diuraikan sebagai berikut.

Chlorine Chemistry with Elemental Chlorine


Lignin + Cl2 Chlorinated organic compounds
Chlorine Chemistry with Chlorine Dioxide
Lignin + ClO2 Oxidized Lignin + HOCl Cl2

Cl2 dan klorin dioksida menghasilkan reaksi yang berbeda dengan lignin.
Cl2 memecah molekul lignin dengan menambahkan klorin ke dalam lignin.
Klorin dioksida memberikan oksigennya kepada lignin untuk memecah rantai.
Asam Hipoklorik juga dihasilkan yang dapat bereaksi langsung dengan cincin
aromatis pada lignin atau diubah menjadi Cl2. Maka, satu-satunya cara untuk
memastikan tidak adanya senyawa organik terklorinasi yang terbentuk dalam
proses pemutihan adalah dengan menghilangkan semua zat pemutih yang
mengandung klor.

Bahan pemutih alternatif yang dapat menggantikan fungsi klorin dalam


proses pemutihan (bleaching) dalam pembuatan kertas adalah :

(a) Ozon (O3) merupakan agen delignifikasi yang efektif yang juga memutihkan
kertas. Ozon belum digunakan di masa lalu karena selektivitasnya belum
terbukti. Ozon dapat memecah serat selulosa dan lignin.

(b) Oksigen (O2) adalah bahan kimia yang murah, sangat efektif menghilangkan
lignin dan biasanya digunakan dalam proses pemutihan. Oksigen memiliki
tingkat selektivitas menengah.

(c) Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan agen delignifikasi yang murah,


terbentuk dari campuran klor dengan alkali yang terdapat pada instalasi.
Industri tidak menggunakan hipoklorit sebagai pemutih karena akan
menghasilkan kloroform dalam jumlah besar.

(d) Hidrogen peroksida (H2O2) umumnya digunakan untuk memutihkan pulp


pada urutan akhir dalam tahapan pemutihan untuk menghindari berkurangnya
tingkat keputihan kertas.

(e) Sodium hidroksida (NaOH) akan melarutkan produk lignin yang telah
terdegradasi. Oksigen, hidrogen peroksida ataupun keduanya sering
ditambahkan pada larutan sodium hidroksida untuk meningkatkan efektivitas
penghilangan limbah organik.

Menggunakan bahan pemutih alternatif dari bahan dasar oksigen yang


tidak mengandung klorin merupakan salah satu upaya minimisasi limbah karena
akan mengurangi toksisitas limbah yang dihasilkan serta akan menghemat
penggunaan air. Efluen dari semua proses pembuatan kertas dapat direcovery
untuk digunakan kembali sehingga menghasilkan produksi kertas Total Chlorine
Free (TCF) atau closed loop.

Mengganti pemutih klorin dengan zat kimia yang mengandung oksigen


sehingga effluen dapat dialirkan kembali ke sistem recovery dan air yang
digunakan dapat didaur ulang untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya,
sehingga mengurangi kebutuhan air bersih dari alam. Sebanyak 75% efluen dapat
masuk ke dalam sistem recovery dan hanya lmbah cair Q stage yang mengandung
bahan anorganik dan logam berat yang akan diolah dalam Instalasi Pengolahan
Limbah Cair (IPLC), seperti digambarkan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Aliran limbah cair dari tahapan pemutihan dengan oksigen


(oxygen bleaching)

Proses bleaching yang paling aman bagi lingkungan adalah pemutihan


dengan bahan oxigen yang tidak mengandung unsur klor. Proses ini mencakup
bleaching "totally chlorine-free" dan "processed chlorine-free". Proses bleaching
seperti ini menggunakan oksigen, ozon dan hidrogen peroksida untuk memutihkan
pulp. Pada awalnya dibutuhkan biaya yang lebih mahal untuk mengganti instalasi
chlorine bleaching menjadi oxygen-based bleaching, tetapi biaya operasi akan
menjadi lebih murah sehingga akan mengganti biaya investasi dalam jangka
panjang.

Proses bleaching terbaru melakukan delignifikasi dengan oksigen setelah


proses kraft pulping. Bubur kayu dicampur dengan oksigen dalam kondisi basa
(O-stage) yang menghasilkan produk degradasi lignin yang sama dengan
penggunaan klorin dioksida. Sekitar 30-50% lignin dapat dihilangkan dengan
proses ini. Keuntungan yang diperoleh adalah efluen cair dari proses bleaching
dengan oksigen ini dapat dicampur dengan larutan hitam (black liquor) dan
dimasukkan ke recovery boiler untuk dimurnikan (recovery) kembali.
Hidrogen peroksida (P-stage) mengubah pigmen tumbuhan agar tidak menyerap
cahaya, digunakan pada kondisi basa setelah sebagian besar lignin dihilangkan
dari pulp. Tahap ini berguna untuk pemutihan akhir tetapi sangat sensitif terhadap
ion logam berat, sehingga ion anorganik perlu dihilangkan dengan tahap Q (Q-
stage) sebelum memasuki tahap P.

Ozone (Z-stage) merupakan proses dalam kondisi asam yang biasanya


digunakan setelah tahap O (O-stage) dan efluen yang dihasilkan dapat direcovery
ke dalam recovery boiler. Beberapa industri kertas mampu menghasilkan TCF
pulp yang menerapkan proses bleaching dengan urutan tahap OZEP.
Pendekatan bioteknologi dalam pemutihan menggunakan enzim xylanase yang
dihasilkan secara alami oleh jamur untuk menguraikan karbohidrat.
Ekstraksi alkali (Alkaline extraction) digunakan untuk mellarutkan hasil degradasi
lignin dalam kondisi basa. Fenol (Ar-OH) terionisasi menjadi ion fenolat (Ar-O-)
yang lebih larut dalam air dibandingkan fenol, sehingga filtrasi akan
menyingkirkan terdegradasi lignin dari pulp yang diputihkan. Oksigen dapat
ditambahkan pada tahap ini (Eo) untuk mengurangi warna yang terbentuk pada
cairan effluen bleaching.

Keuntungan dari penggunaan oksigen dalam bleaching adalah


memungkinkan daur ulang effluen sehingga mengurangi penggunaan air dari
lingkungan dan mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan. Tetapi
urutan tahap bleaching yang menggunakan oksigen, hidrogen peroksida, dan ozon
dapat menghasilan hasil samping yang dapat merusak karbohidtrat (termasuk
selulosa) sehingga dapat mengurangi kekuatan kertas.
Contoh industri kertas yang telah menggunakan pemutih oksigen adalah Eastern
Pulp & Paper Co. Penggunaan pemutih oksigen telah membawa keuntungan pada
lingkungan dan mengurangi biaya operasi. Pemeriksaan laboratorium independen
telah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu industri pulp
and paper terbersih di Amerika Serikat. Teknologi pemutihan dengan oksigen
yang dikembangkan dalam perusahaan tersebut menghasilkan efluen untuk
beberapa kategori yang nilainya 10 kali lebih kecil dari standar EPA
3.3 Kegiatan yang Mendukung Substitusi Pemutih Klorin
1. Memperbaiki keseragaman ukuran serpihan kayu

Serpihan yang tipis menghasilkan tingkat delignifikasi yang lebih besar


dalam proses pemasakan standar dan termodifikasi karena serpihan akan terpapar
bahan kimia pemasak dan panas dengan lebih merata dan menyeluruh. Upaya
yang dapat dilakukan adalah memperbaiki penyaringan dan pencacahan ulang
serpihan yang melebihi ukuran.

2. Oksigen Delignification

Proses pulping konvensional menghilangkan sekitar 95% lignin. Di masa


lalu, sisa lignin dihilangkan selama proses pemutihan. Oksigen telah digunakan
untuk menghilangkan lignin dari pulp sejak akhir tahun 1970. Scandinavian mills
adalah yang pertama menerapkan delignifikasi dengan oksigen sebagai bentuk
kepedulian terhadap jumlah limbah organik dalam efluen. Union Camp
menerapkan sistem delignifikasi oksigen yang pertama di Amerika Serikat pada
tahun 1980 di Franklin,

Delignifikasi oksigen membutuhkan tambahan menara reaksi yang


menghubungkan tangki pencuci brownstock dengan instalasi bleaching. Oksigen
and sodium hidroksida ditambahkan pada brownstock yang akan mengurangi
penggunaan bahan kimia pemutih hingga 50%. Setelah delignifikasi oksigen
dilakukan pencucian dan menghasilkan efluen yang dapat direcovery.
Pembangunan baru menara delignifikasi oksigen membutuhkan 10-30 juta Dolar
Amerika tetapi akan mengurangi biaya pembelian bahan kimia pemutih dan biaya
operasional.

3. Delignifikasi Ozon dan Bleaching

Delignifikasi ozon prinsip kerjanya sama dengan oksigen delignifikasi.


Industri kertas Union Camp di Franklin, Virginia telah mengoperasikannya sejak
tahun 1992 dengan urutan OZEoD extended delignification dan bleaching yang
memproses 1,000 ton bleached kraft production per hari. Biaya instalasi
keseluruhan adalah $113 juta. Biaya operasi OZEoD delignification dan bleaching
menjadi 50% lebih kecil dibandingkan proses pemutihan CEDED atau DEDED.

4. Enzyme Bleaching

Enzim tertentu digunakan oleh serangga pemakan kayu dan bakteri untuk
memecah ikatan lignin atau untuk menghilangkan lignin dalam bubur kayu.
Xylanase adalah enzim yang dihasilkan oleh bacteria tertentu yang dapat
digunakan untuk menghilangkan lignin dalamindustri kertas. Beberapa industri
kertas telah mencoba menerapkannya dan berhasil mengurangi 50% kebutuhan
klorn dalam prosoes pemutihan tanpa merusak selulosa. Penerapan xylanase
cukup sederhana yaitu setelah pencucian brownstock, xylanase direaksikan
dengan pulp pada tangki penyimpanan berkerapatan tinggi. Xylanase bekerja
dengan baik pada tangki berkerapatan tinggi dan membutuhkan waktu reaksi
antara 30 dan 180 menit. Tahap ini kemudian diikuti dengan pencucian pulp.
Penerapan enzom ini tidak membutuhkan biaya tinggi. Enzim lain yang dapat
digunakan adalah mannanase.

5. Penggunaan Katalis dalam Delignifikasi

Anthraquinon adalah katalisator dalam proses pulping untuk


meningkatkan kecepatan proses pulping, meningkatkan jumlah pulp yang
dihasilkan dan mengurangi penggunaan bahan kimia hingga 10%. Karena
harganya yang mahal anthraquinon masih jarang digunakan. Antraquinon
dikembangkan sebagai teknologi pencegahan pencemaran dan akan sangat
membantu proses delignifikasi serta menghemat biaya. Anthraquinone
diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi sebesar $5.00 per ton, tetapi akan
meningkatkan hasil sebanyak 0.75% dan mengutangi beban recovery boiler.
Peningkatan hasil 0.75% berarti meningkatkan produksi sebanyak 7.5 ton per hari
dalam industri berkapasitas 1,000 ton.
DAFTAR PUSTAKA

Eastern Pulp & Paper, 2000, Aggressive Use of Oksigen in Pulpmaking Yields
Major Environmental Advances
Lauren Blum, 1996, The Production of Bleached Kraft Pulp, Environmental
Defence Fund, artikel internet dari
http://www.edf.org/pubs/Reports/ptf/index.html
T.W. Joyce and W.H. Petke,) August 1983 (Report No. 202, Effluent
Decolorization Technologies for the Pulp and Paper Industry, Department of
Wood and Paper Science North Carolina State University Raleigh, NC
LINCOLN, Maine--(BUSINESS WIRE)--Sept. 21, 2001-- Company's patent-
pending oksigen bleaching technology eliminates
Nemerow, Nelson Leonard dan Avijit Dasgupta, 1988, Industrial Hazardous
Waste Treatment, Van Nostrand Reinhold, New York

Anda mungkin juga menyukai