Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP

LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI

KELOMPOK 3C (PSIK B)

Santi Rahmaida (201810420311084)

Ranti Kurnia Sari (201810420311087)

Salmah (201810420311093)

Annisa Nur Rohmadiyah (201810420311096)

Salvinia Salvy Prihanta (2018104203110100)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal riset kuantatif ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak
lupa untuk tuntunan semua umat Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabat Rasulullah yang telah mengajarkan nilai-nilai Islam yang hingga
saat ini dapat dinikmati oleh semua umat di seluruh dunia. Proposal riset
kuantitatif dengan judul “hubungan Antara perilaku menyikat gigi dengan
kejadian karies gigi pada anak usia sekolah” yaitu untuk memenuhi tugas riset
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Bersamaan dengan ini peneliti mengucapkan terima
kasih dengan setulus hati kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan,
bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga tugas riset ini dapat terselesaikan
dengan baik.

1. Bapak Faqih Ruhyanuddin, M.Kep., Sp.KMB selaku Dekan Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Ibu Nur Lailatul Masruroh, MNS selaku Kepala Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang
3. Ibu Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak sekali nasehat, motivasi, dorongan, bimbingan, serta
masukan untuk menyelesaikan dan melengkapi penyusunan proposal riset
ini.
4. Ibu Risa Herlianita, S. Kep., Ns., MSN. selaku dosen wali saya yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kami.

Serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi untuk menyelesaikan


proposal riset kuantitatif ini. Mohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin
telah kami perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-
langkah kita menuj kebaikan, Aamiin. Penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan proposal ini.

Malang, 4 Januari 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (menua) merupakan tahap akhir dari siklus manusia, yaitu
bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh
setiap individu yang juga merupakan suatu proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa
dewasa dan masa tua, memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran
secara fisik maupun secara psikis. Berdasar hasil Susenas tahun 2013, jumlah
lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 persen dari
seluruh penduduk Indonesia (BPS, 2013). Pada tahun 2020 jumlah lanjut usia di
Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 80,000,000 lanjut usia. Batasan lansia
menurut World Health Organization (WHO), meliputi: usia pertengahan (middle
age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Di
Indonesia, batasan lansia menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
(Depos, 1999).

Akibat dari proses itu menimbulkan beberapa perubahan meliputi


perubahan fisik, mental, spiritual, psikososial, adaptasi terhadap stress mulai
menurun. Menurut BKKBN (1995), Proses penuaan pada lanjut usia
menyebabkan munculnya degenerasi yang komplek baik fisik maupun mental
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kegagalan seseorang untuk
mempertahankan daya kemampuan untuk hidup serta penurunan kepekaan
secara individual (Yuhono, 2017). Menurut Maramis (dalam Azizah, 2011 hal. 56)
masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia adalah gangguan proses
pikir, demensia, gangguan perasaan seperti depresi, harga diri rendah,
gangguan fisik dan perilaku. Menurut World Health Organization (WHO, 2012),
depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perasaan bersalah
atau harga diri rendah, gangguan tidur dan makan, kehilangan kesenangan, dan
penurunan konsentrasi. Menurut Yosep (2011) Depresi adalah satu bentuk
gangguan jiwa pada alam perasaan (mood) yang ditandai kemurungan,
kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat dan marasa
tidak berdaya, parasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.
Prevalensi depresi pada lansia tinggi sekali, sekitar 12-36% lansia yang menjalani
rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lansia
dengan penyakit kronis dan perawatan lama yang mangalami depresi
(Mangoenprasodjo, 2004).

Menurut WHO QOL (Yuliati dan Ririanty, 2014), kualitas hidup adalah
persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya
dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan
perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang
dipengaruhi kondisi fisik, psikologis, tingkat kemandirian dan hubungan individu
dengan lingkungan. Masa lansia akan mengalami suatu perubahan dalam segi
fisik, kognitif maupun dalam kehidupan psikososialnya sehingga dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia tersebut. kualitas hidup pada lansia dapat
di pengaruhi oleh tempat tinggal lansia, ada lansia yang tinggal di Panti dan ada
juga lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga.

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian
dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga merupakan support system utama bagi
lansia untuk mempertahankan kesehatannya. Peran keluarga pada lansia
diantaranya adalah menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan
meningkatkan status mentalnya, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi,
serta memberi motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.
Kejadian stres pada lansia sangat rentan terjadi karena dampak penurunan
kemampuan dalam mempertahankan hidup, menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, fungsi badan, dan kejiwaan secara alami (stress sebagai akibat).
Pada dasarnya saat seseorang berada pada usia lanjut, mereka sangat
bergantung pada orang lain.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa peran keluarga sangat


penting terhadap kelangsungan hidup lansia yang dimana pada proses menua
masalah kesehatan sering muncul seperti gangguan proses pikir, demensia,
gangguan perasaan seperti depresi, harga diri rendah, gangguan fisik dan
perilaku. Pada penelitian ini akan ditekankan pada masalah kesehatan jiwa yaitu
depresi, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan
peran keluarga dengan kualitas hidup lansia yang mengalami Depresi.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah hubungan peran keluarga dengan kualitas hidup lansia
yang mengalami depresi?

1.3 Tujuan penelitian


Untuk mengetahui hubungan peran keluarga dengan kualitas
hidup lansia yang mengalami depresi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian dengan judul “hubungan
peran keluarga dengan kualitas hidup lansia yang
mengalami depresi” dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai pentingnya peran keluarga terhadap
kualitas hidup lansia yang mengalami depresi.
1.4.2 Manfaat praktis
Secara praktis diharapkan pada anggota keluarga dapat
melakukan perannya dalam mengatasi masalah depresi yang
dialami oleh lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.

DAPUS
1. Oktaviani Y., Amalia N. (2020) Peran Keluarga dalam Pengendalian
Stres pada Lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Samarinda. Borneo Student Research eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3.
2. Pribadi T. (2017) HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN DEPRESI
PADA LANSIA DI KECAMATAN WAY HALIM BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic
Healthcare), Vol 11, No.2,: 82-89 82.
3. Puspadewi AR., Rekawati E. (2017) DEPRESI BERHUBUNGAN
DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA DI JAKARTA A.A. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume
20 No.3, hal 133-138 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203 DOI:
10.7454/jki.v20i3.636.
4. Rosalita A., Fitriangga A., Pramana Y. (2019) PERBEDAAN TINGKAT
DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN YANG
DI RUMAH BERSAMA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERUMNAS II. BIMIKI. Volume 7 No2 Nomor ISSN : 2338-4700.
5. Mulyaningsih SA., Pamungkas IC., Ramadhany A., Sulandari S. (2020)
Permasalahan Lansia Di Era 4.0 : Peran Keluarga Dan Lansia. Abdi
Psikonomi, 1 (1), 27-33.
6. Rosita. (2016) HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN MARICAYA MAKASSAR
JKSHSK/Volume 1/Nomor 1: 865-873.
7. Ernawati , Mualif R., Marsito. (2019) Dukungan Keluarga Lansia
dengan Kejadian Depresi di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam
Kabupaten Kebumen. University Research Colloqium
8. Savita R., Rindu. PENGARUH PERAN KELUARGA, AKTIVITAS FISIK,
INTERAKSI SOSIAL DAN STRES TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA.

Anda mungkin juga menyukai