Anda di halaman 1dari 3

Jawaban tutor SALMAH (093)

1. Pada kasus tersebut pasien termasuk ke dalam triage apa dan jelaskan?
Pada kasus termasuk kedalam triage merah karena kondisi pasien unresponsive
dengan breathing: usaha bernapas rendah dan gasping, trakea midline, suara napas
tidak terdengar, circulation: tekanan darah=170/110 mmHg.
 Triage itu sendiri adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada
prioritas pasien atau korban selama bencana bersumber pada tingkat cedera,
tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya.
 Salah satu standar triage yang disarankan untuk digunakan pada kondisi
bencana adalah simple triage and rapid treatment (START) (smith et sl., 2012)
 Jenis triage dan klasifikasi korban terbagi menjadi 3 jenis :
a. Triage ditempat (triage satu), merupakan pemilahan korban bencana
yang dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat
penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama/tenaga
kesehatan gawat darurat. Triage ditempat mencakup pemeriksaan,
klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis
lanjutan.
b. Triage medis (triage dua), triage ini dilakukan saat korban memasuki
pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang berpengalaman
(sebaiknya dipilih dari perawat atau dokter yang dengan pelatihan
PPGD) tujuan triage medik adalah menentukan tingkat perawatan
yang dibutuhkan oleh korban.
c. Triage evakuasi (triage tiga), merupakan triage yang dilakukan tenaga
kesehatan dipos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan pos
komando dan RS tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat
keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, RS
tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yan g akan dipergunakan.
 Sedangkan klasifikasi triage menurut DEPkes (2007), dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis yaitu :
a. Kategori korban P1 (merah) sebagai penanda korban yang
membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang mengalami :
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernapasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal massif
b. Kategori korban P2 (kuning) sebagai penanda korban yang memerlukan
pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Semua
korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin. Termasuk dalam kategori ini :
 Korban dengan resiko syok, meliputi : gangguan jantung dan
trauma abdomen
 Fraktur multiple, fraktur femur /pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran/ trauma kepala
c. Kategori korban P3 (hijau) sebagai penanda kelompok korban yang tidak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan yang dapat
ditunda, mencakup korban yang mengalami :
 Fraktur minor
 Luka minor dan luka bakar minor
 Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi
lapangan
 Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir
operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan
d. Kategori P0 (hitam) sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia

(Addiarto W., Wahyusari S. (2018) strategi terkini simulasi bencana dengan media
tabletop disaster exercise (TDE). Malang.penerbit : univ.Wisnuwardhana Malang press
(unidha press)).

3. bagaimana manfaat terapi farmakologi pada pasien tersebut?


a. salbutamol (untuk membantu melonggarkan saluran
pernapasan.)
b. ipratropium nebulization, (ipratropium bromida adalah turunan
dari atropin , diperkenalkan sebagai MDI ( metered - dose
inhaler ) dalam tahun 1987 , dan kembali menarik perhatian
karena peranan antikolinergiknya untuk pengobatan asma
kronis .)
c. intravenous hydrocortisone (100 mg)
d. intravenous furosemide (40 mg). (Furosemide merupakan
obat loop diuretik yang termasuk dalam turunan asam
antranilat. Golongan obat loop diuretik berfungsi secara khusus
untuk mengeluarkan klebihan cairan yang berasal dari dalam
tubuh melalui urine. Biasanya obat ini sering digunakan untuk
mengatasi atau mengobati edema dan hipertensi.)
e. magnesium sulfat 2 g (Magnesium sulfat adalah suplemen
mineral yang umumnya digunakan untuk mengatasi
hipomagnesemia atau yang lebih dikenal dengan kekurangan
magnesium.)
f. 500 ml NS 0,9%. Untuk mengembalikan cairan elektrolit yang hilang
(Rehatta NM., Hanindito E. (2019) anastesiologi dan terapi intensif. Jakarta. PT.
Gramedia pustaka utama)
(Nailirrohmah, Farikhah (2017) Asuhan Keperawatan Pada Klien Diare
Dengan Masalah Kekurangan Volume Cairan Di Ruang Anak Rsud
Bangil Pasuruan. Diploma thesis, STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang.)

13. apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ACS?

 Pemeriksaan biomarka jantung


 Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar lipid seperti LDL,
HDL, kolesterol total, dan trigliserida untuk menentukan faktor resiko dan
perencanaan terapi. Selain pemeriksaan diatas dilakukan pula pemeriksaan
darah lengkap dan serum kreatinin.
 Treadmill merupakan pemeriksaan yang serupa dengan alat olahraga, namun
dihubungkan dengan EKG dengan uji beban / uji latih jantung. Aktifitas listrik
jantung direkam ketika aktifitas jantung meningkat akibat latihan (berjalan di
atas papan treadmill).
 Angiography Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang rutin dan aman. Cara
yang langsung untuk memeriksa keadaan jantung adalah dengan sinar-X
terhadap arteri koroner yang dimasukan zat pewarna (dye) yang dapat direkam
oleh sinar-X. Karena jantung terus bergerak (berdenyut) maka dilakukan
pengambilan gambar dengan video. Untuk pengambilan gambar ini melakukan
tindakan katerisasi jantung.
 Katerisasi Jantung Pemeriksaan ini dilakukan dengam memasukan kateter
semacam selang seukuran lidi. Selang ini dimasukan langsung ke pembuluh nadi
(arteri). Kemudian disuntikan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh
koroner. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau mungkin
penyumbatan.
(Wijaya IP., Nadia A. (2013) Diagnosis klinis Macleod. Singapore. elsevier)
(Tria Febriani. (2019) Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Acute
Coronary Syndrome (ACS) dengan Intervensi Inovasi Thai Massage Kombinasi
Terapi Murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Dada di Ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Abdulwahab Sjahranie
Samarinda 2019. )

Anda mungkin juga menyukai