1. Pada kasus tersebut pasien termasuk ke dalam triage apa dan jelaskan?
Pada kasus termasuk kedalam triage merah karena kondisi pasien unresponsive
dengan breathing: usaha bernapas rendah dan gasping, trakea midline, suara napas
tidak terdengar, circulation: tekanan darah=170/110 mmHg.
Triage itu sendiri adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada
prioritas pasien atau korban selama bencana bersumber pada tingkat cedera,
tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya.
Salah satu standar triage yang disarankan untuk digunakan pada kondisi
bencana adalah simple triage and rapid treatment (START) (smith et sl., 2012)
Jenis triage dan klasifikasi korban terbagi menjadi 3 jenis :
a. Triage ditempat (triage satu), merupakan pemilahan korban bencana
yang dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat
penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama/tenaga
kesehatan gawat darurat. Triage ditempat mencakup pemeriksaan,
klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis
lanjutan.
b. Triage medis (triage dua), triage ini dilakukan saat korban memasuki
pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang berpengalaman
(sebaiknya dipilih dari perawat atau dokter yang dengan pelatihan
PPGD) tujuan triage medik adalah menentukan tingkat perawatan
yang dibutuhkan oleh korban.
c. Triage evakuasi (triage tiga), merupakan triage yang dilakukan tenaga
kesehatan dipos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan pos
komando dan RS tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat
keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, RS
tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yan g akan dipergunakan.
Sedangkan klasifikasi triage menurut DEPkes (2007), dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis yaitu :
a. Kategori korban P1 (merah) sebagai penanda korban yang
membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang mengalami :
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernapasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal massif
b. Kategori korban P2 (kuning) sebagai penanda korban yang memerlukan
pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Semua
korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin. Termasuk dalam kategori ini :
Korban dengan resiko syok, meliputi : gangguan jantung dan
trauma abdomen
Fraktur multiple, fraktur femur /pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran/ trauma kepala
c. Kategori korban P3 (hijau) sebagai penanda kelompok korban yang tidak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan yang dapat
ditunda, mencakup korban yang mengalami :
Fraktur minor
Luka minor dan luka bakar minor
Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi
lapangan
Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir
operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan
d. Kategori P0 (hitam) sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia
(Addiarto W., Wahyusari S. (2018) strategi terkini simulasi bencana dengan media
tabletop disaster exercise (TDE). Malang.penerbit : univ.Wisnuwardhana Malang press
(unidha press)).
13. apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ACS?