Di susun oleh :
AGIT ANGGITA
P27220020284
TAHUN 2020
A. Definisi
B. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal, kreatinin serum dan kadar
BUN normal, asimptomatik, tes beban kerja pada ginjal:
pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal, kadar BUN meningkat (tergantung pada
kadar protein dalam diet), kadar kreatinin serum meningkat,
nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan). Ada 3 derajat
insufisiensi ginjal:
a) Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b) Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
c) Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia, kadar ureum dan
kreatinin sangat meningkat, ginjal sudah tidak dapat menjaga
homeostasis cairan dan elektrolit, air kemih/urin isoosmotis
dengan plasma, dengan BJ 1,010.
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG
(Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125
ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
C. Etiologi
I. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi klien dengan cara wawancara atau
interview. Mengetahui kondisi klien untuk saat ini dan masa lalu.
Anamnesa mencakup identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dantempat tinggal.
a. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tangggal MRS, tanggal pengkajian,
no.RM, diagnose medis, alamat.
b. Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah
secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine
output sedikit sampai tidak ada BAK, glisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
c. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST)
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan klien pada saat di
anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region,
radiation, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onset penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik,
adanya perubahan kulit, dan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah
kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya
dan mendapat pengobatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic
Hiperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi system perkemihan yang berulang. Penyakit
diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
B. Diagnosa
a. Hipervolume /kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan
H2O
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung, preload,
afterload
c. Pola Nafas Tidak Efektif b/d hiperventilasi
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
a Hipervolume /kelebihan Tujuan: 1. Monitor TTV
volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Pantau intake-output cairan
berhubungan dengan selama ..x24 jam volume cairan seimbang. 3. Pantau hasil lab elektrolit atau osmolalitas serum
edema sekunder : volume Kriteria Hasil: 4. Batasi masukan cairan.
cairan tidak seimbang oleh Fluid Balance 5. Lakukan pemasangan kateter
karena retensi Na dan Terbebas dari edema, efusi, anasarka 6. Menilai lokasi edema
H2O Bunyi nafas bersih,tidak adanya 7. Edukasi pembatasan cairan
dipsnea 8. Kolaborasi pemberian terapi
Memilihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung
dan vital sign normal.
b Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan Cardiac Care
b/d perubahan irama selama ..x24 jam diharapkan tidak terjadi 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,lokasi, durasi)
jantung, preload, afterload penurunan curah jantung dengan kriteria 2. Monitor balance cairan
hasil: 3. Monitor adanya perubahan tekanan darah
Vital Sign Status 4. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
Tanda Vital dalam rentang normal antiaritmia
(Tekanan darah, Nadi, respirasi) Vital Sign Monitoring
Cardiac Pump effectiveness 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
1. Dapat 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
mentoleransi aktivitas, tidak ada 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
kelelahan 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
2. Tidak ada edema paru, perifer, dan 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
tidak ada asites aktivitas
Circulation Status 6. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Tidak ada penurunan kesadaran 7. Monitor suara paru, pola pernapasan abnormal
c Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Airway Manajemen
b/d hiperventilasi selama …x24 jam diharapkan pola napas 1. Monitor TTV dan KU
efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor respirasi dan status O2
Respiratory status : Ventilation 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
suara nafas yang bersih, tidak ada 5. Edukasi batuk efektif
sianosis dan dyspneu (mampu 6. Kolaborasi pemberian terapi
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Respiratory status : Airway patency
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Vital sign Status
Tanda Tanda vital dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
D. EVALUASI
A: Masalah keperawatan
A: Masalah keperawatan
A: Masalah Keperawatan