Anda di halaman 1dari 17

ANALISA SINTESA

TINDAKAN KEPERAWATAN FOTOTERAPI

Disusun Oleh :

YOGA RIZKIYANTO
NIM : P27220020280

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROFESI NERS

2020
LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan pemberian fototerapi pada bayi Ny. N dengan


Hiperbilirubin Di Ruang Nicu RS Indriati

Hari : Rabu
Tanggal : 3/11/2020

Jam : 09.00

A. Keluhan Utama
By Ny B tampak kekuningan Ikterik
B. Diagnosa Medis
Hiperbilirubin
C. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi cidera b.d meningkatnya kadar bilirubin
D. Data yang mendukung diagnosa keperawatan
D
s

D
o

1. Keadaan umum : sedang 


2. Kesadaran : composmentis 
3. TTV :
Nadi : 141 x/menit 
Suhu : 36,9oC 
RR :39xm
BB : 2550
5. Asi 15-20cm
6. kadar bilirubin total 16,74 mg/dl
E. Dasar Pemikiran
Jaundice adalah suatu istilah yang mengacu pada
penampilan kuning pada kulit yang terjadi akibat deposisi
bilirubin di jaringan dermal dan subkutan. Biasanya di dalam
tubuh, bilirubin
diproses melalui hati, di mana ia terkonjugasi dengan asam
glukuronat oleh enzim uridin difosfat glukuronil transferase
(UGT) 1A1. Bentuk bilirubin terkonjugasi ini kemudian
diekskresikan ke dalam empedu dan dikeluarkan dari tubuh
melalui usus. Ketika proses ekskresi ini rendah setelah
kelahiran, tidak bekerja secara efisien, atau kewalahan
dengan jumlah bilirubin yang diproduksi secara endogen,
jumlah bilirubin dalam tubuh meningkat, menyebabkan
hiperbilirubinemia dan ikterus (sawyer, 2018).
Penyakit kuning terjadi pada sebanyak 60% dari semua
bayi yang baru lahir normal dalam minggu pertama kehidupan.
Penyakit kuning pada bayi baru lahir dapat terjadi dari kondisi
patologis yang mendasari, seperti hemolisis isoimun atau
defisiensi enzim RBC. Namun, hal ini lebih sering karena
ketidakmampuan fisiologis normal pada bayi baru lahir untuk
memproses bilirubin secara adekuat karena efek gabungan
peningkatan perputaran RBC dan defisit sementara dalam
konjugasi bilirubin di hati. Jenis ikterus nonpathologic ini
disebut sebagai ikterus fisiologis pada bayi baru lahir (Sawyer,
2018).
 Adapun penyebab hiperbilirubin pada neonatus adalah
sebagai berikut
F. Prinsip Tindakan Keperawatan
Pengertian : Terapi sinar yang dilakukan selama 24 jam atau
setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke
ambang batas normal.
Tujuan : Dilakukan pada anak dengan ikterus untuk menjaga
kadar bilirubin dalam darah hingga batas normal.
Prosedur :
 A. KRITERIA ALAT
1. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm
2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12
mwatt/cm² per nm
3. Cahaya diberikan pada jarak 35 cm di atas bayi

4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8


buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus
(F20T12/BB) atau daylight flourescent tubes
B. PROSEDUR PEMBERIAN
1. Persiapan Unit Terapi
b. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan,
bila perlu, sehingga suhu di bawah lampu 38 `C smapai
30 `C
c. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung flouresens
berfungsi dengan baik
d. Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah
3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi
e. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan
tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit terapi
ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak
mungkin kepada bayi
2. Pemberian Terapi Sinar
o  Tempatkan bayi dibawah sinat terapi sinar
- bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempakan bayi dalam
keadaan telanjang dalam inkubator
- letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik
o  Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan
lubang hidung bayi tidak ikut tertutup.
o  tutup bagian genital bayi dengan plastik kain yg tidak
tembus cahaya
o  Balikkan bayi setiap 3 jam
o  Pastikan bayi diberi makan
o  Motivasi ibu untuk menyusui bayi dengan ASI ad
libitum, paling kurang setiap 3 jam. Selama menyusui,
pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan
penutup mata
o  Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan
makanan atau cairan lain contoh: pengganti ASI, air,
air gula, dll)
o  Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI
yang telah dipompa (ASI Perah), tingkatkan volume
cairan atau ASI sebanyak 20% volume total per hari
selama bayi masih diterapi sinar.
o  Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan
melalui NGT, jangan pindakan bayi dari sinar terapi
sinar
o  Perhatikan: selama menjalani terapi sinar,
konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan
berwarna kuning. keadaan ini tidak membutuhkan
terapi khusus
o  Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan
o  Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk
melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan di
dalam unit terapi sinar
o  m. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar
terapi sinar sebentar untuk mengetahui apakah bayi
mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
o  Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar
terapi sinar setiap 3 jam. bila suhu bayi lebih dari 37.5
`C, sesuaikan suhu ruangan untuk sementara
pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi
antara 36.5 - 37.5 `C.
o  Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali
kasus- kasus khusus
o  Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin <
13mg/Dl
o  Bila kadar bliubin serum mendekati jumlah indikasi
tranfusi tukar,
o  persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim
bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk tranfusi
tukar.
o  Sertakan contok darah ibu dan bayi

a. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan


terapi sinar setelah 3 hari
b. Setelah terapi sinar dihentikan observasi bayi selama
24
 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus
menggunakan metode klinis
c. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum
berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar, ulangi
terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah
ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin
serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui
metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai
terapi sinar.
d. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa
makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama
perawatan, pulangkan bayi
e. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat
untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah
kuning
G  Analisis Tindakan
Sudah 40 tahun lebih fototerapi dipilih sebagai terapi yang
paling efektif dalam menurunkan kadar bilirubin, terapi ini
merupakan terapi yang paling sedikit menimbulkan efek
samping dibandingkan transfusi tukar dan pemberian
medikamentosa lainya.
Sejak munculnya fototerapi sebagai modalitas
pengobatan hiperbilirubinemia neonatal, beberapa penelitian
telah dilakukan untuk meningkatkan outcome yang ingin
dicapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil fototerapi
adalah spektrum cahaya yang digunakan, intensitas fototerapi,
penyebab hiperbilirubinemia, total serum bilirubin (TSB) awal
dan luas permukaan tubuh bayi terkena fototerapi.
Selain strategi di atas, fototerapi intermiten dan
perubahan posisi tampaknya menjadi kemungkinan intervensi
meningkatkan efikasi fototerapi dengan yang mendasarinya
dasar pemikiran biologis. Studi oleh Vogl et al.3 dan Lau et
al.4 miliki menunjukkan bahwa fototerapi intermiten sama
efektifnya dengan fototerapi terus menerus. Penjelasan untuk
observasi ini adalah kulit yang pucat akan diisi ulang dengan
bilirubin kapan fototerapi dihentikan secara berkala selama
intermiten fototerapi, sehingga meningkatkan efektivitas
fototerapi.
 Alternatif logis lainnya untuk ini adalah mengubah posisi
selama fototerapi untuk mengekspos sisi yang mengandung
bilirubin kemudiaan sementara sisi pucat akan diisi ulang
dengan bilirubin sehingga bilirubin dalam tubuh cepat untuk
dieliminasi.
Studi lebih lanjut telah dilakukan oleh Bhethanabhotla
pada

tahun 2013 yang berjudul “Effect of position of infant


during
 phototherapy in management of hyperbilirubinemia in late
preterm

and term neonates: a randomized controlled trial  ”,    


penelitian ini

bertujuan untuk mengevaluasi efek fototerapi yang dilakukan


kepada bayi preterm dan term dengan menggunakan posisi
supine dibandingkan posisi yang diubah ubah secara
periodik. hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua perlakuan tersebut
tidak menunjukan perbedaan turunnya kadar bilirubin pada
bayi. 
Bersdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan
bahwa posisi supine pada bayi dan mengubah posisi secara
periodik pada bayi saat dilakukan tindakan foto terapi tidak
menjukan perbedaan signifikan pada penurunan kadar
bilirubin, namun perlu diyakini bahwa dengan mengubah
posisi dapat menambah nilai estetika kepda warna kulit yang
terkena sinar .

A. Bahaya dilakukannya tindakan


walaupun tindakan foto terapi memiliki resiko paling sediky
atau minimal namun dapat menimbulkan beberapa komplikasi
atau resiko yang mungkin terjadi
1) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan
mengakibatkan peningkatan Insensible Water Loss
(IWL) (penguapan cairan). Pada BBLR kehilangan
cairan dapat meningkat 2-3kali lebih besar. Hal ini
dapat dicegah dengan memonitor cairan secara
berkala.
2) Tinja lembek dan frekuensi defekasi meningkat sebagai
meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan empedu
dan meningkatnya peristaltik usus.
3) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang
terkena sinar (berupa Ruam Makular Eritematosa)
tetapi akan hilang setelah terapi selesai.
4) Bronze Baby Syndrome

Perubahan warna kulit yang coklat keabu-abuan gelap,


biasanya terjadi pada bayi yang menderita
hiperbilirubinemia dengan peningkatan kadar bilirubin
direk yang bermakna dan sering pada ikterus kolestatik
5) Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi
sebagian lampu dimatikan,terapi diteruskan. Jika suhu
terus
naik lampu semua dimatikan sementara, bayi
dikompres dingin dan diberikan ekstra minum.
6) Komplikasi pada gonad yang diduga menimbulkan
kemandulan. Dan dapat dicegah dengan memakai
penutup pada organ reproduksi bayi.

B. Tindakan Keperawatan Lain sesuai NIC (Nurse Intervention


Criteria)
1. Memonitor adanya
tanda ikterik
2. menimbang BB Setiap
hari
3. memastikan intake asi terpenuhi sesuai
kebutuhan
4. memonitor nilai lab bilirubin
5. memonitor tanda tanda dehidrasi
6. mengelola cairan yang masuk dan keluar
C.Hasil yang di dapatkan setelah dilakukan tidakan
Jam evaluasi : 14.00 :
DO : Keadaan umum : sedang

 Kesadaran : CM
 foto terapi on hingga jam 16.00
  kebutuhan cairan + 20%, asi 20cc/24jam, infus D10%
 tanda tanda dehidrasi (-) turgor baik, ubun ubun cekung
(-),

mukosa lembab, BB : 2200g, skor kremer 4


 TTV :
Nadi : 158x/menit, Suhu : 36,2oC, RR : 56x/Menit,

 A: Masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4,5,6
H. Evaluasi diri
SOP dilakukan sesuai prosedur, kemudian pada pada bayi yang
dilakukan foto terapi harus benar benar diobservasi ketat untuk
mengindar adanya komplikasi pada bayi seperti hipertermi,
dehidrasi sampai luka bakar
Daftar Pustaka / referensi

Bhethanabhotla, 2013. Effect of position of infant


during phototherapy in management of
hyperbilirubinemia in late preterm and term neonates:
a randomized controlled trial,
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23743672).
diakses
pada tanggal 30 November 2018.

Bulechek, Gloria M et all. 2016. Nursing Intervention Clasification


(NIC) Edisi Bahasa Indonesia, Edisi 6. Elsevier

Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.


Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Sawyer, 2018. Phototherapy for Jaundice,
(https://emedicine.medscape.com/article/1894477-overview).
diakses pada tanggal 30 November 2018.

Nama Mahasiswa Nama Pembimbing Akademik Nama Pemimbing Klinik

Anda mungkin juga menyukai