Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 LATAR BELAKANG

Hutan lindung merupakan kawasan- kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi dimana memiliki beberapa
fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut pada tata air dan kesuburan tanah agar
tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya.Hutan lindung
Provinsi Jawa Barat Lereng gunung Cikuray banyak para petani menanami pertanian
holikutural seperti tanaman kentang . Kondisi tanah di lahan tersebut juga cukup subur dan
gembur namu memiliki kelerangan yang cukup curam 500-100 mdpl sehingga sangat rentan
terhadap erosi .kemudian tanaman kentang sangat cocok untuk ditanami pada daerah
dataran tinggi karena tanaman dataran tinggi dapat tumbuh optimal pada ketinggian tempat
lebih (Samadi, 2007). Kawasan hortikultura di dataran tinggi umumnya terletak di bagian
hulu daerah aliran sungai (DAS). Sekitar 46% wilayahnya berbukit hingga bergunung
dengan lereng lebih dari 15% yang sangat rentan terhadap bahaya erosi. Lahan dengan
lereng demikian umumnya tersebar di dataran tinggi dengan ketinggian 700 mdpl sehingga
sangat rentan terjadi erosi.

Erosi merupakan proses terangkutnya bagian top soil tanah akibat adanya
penghancuran, pengangkutan, hingga pengendapan. Erosi dapat diakibatkan karena
kelerengan yang terlalu curam serta panjang, terjad pada tempat yang memiliki elevansi
tinggi, hingga lahan yang sedikit vegetas (suripin,2002). Proses erosi ini menyebabkan
lahan akan mengalami degradasi yang nantinya berpengaruh pada hasil produksi tanaman.
Pengaruh erosi di tempat kejadian dapat dibedakan menjadi pengaruh langsung (jangka
pendek) dan pengaruh tidak langsung (jangka panjang). Pengaruh langsung berupa
gangguan terhadap pertumbuhan tanaman dan pemupukan yang tidak efisien, karena
sebagian besar pupuk terbawa aliran permukaan. Sedangkan pengaruh tidak langsung
adalah penurunan kualitas tanah, meliputi penurunan kedalaman perakaran efektif,
kapasitas air tersedia,

Terdapat kondisi ahli fungsi lahan di kawasan lereng Gunung Cikuray Jawa Barat
berda pada wilayah kabupaten Garut terjadi ahli fungsi lahan yang terjadi dikawasan hutan
lindung Gunung Cikuray, yang semula adalah kawasan resapan air sebagian telah berubah
menjadi lahan pertanian, kondisi tersebut menyebabkan kelestarian dari hutan lindung dan
hilangnya daerah resapan air sebagai penunjang ketersediaan air di kawasan tersebut.
Selain itu, alih fungsi lahan yang dilakukan juga mengakibatkan degradasi lahan sehingga
kawasan tersebut menjadi lahan kritis. Upaya konservasi lahan pada daerah tersbut teknik
konservasi tanah yang dapat diterima petani adalah penerapan terasiring sesuai dengan
agroekosistem setempat tanpa mengabaikan kebiasaan petani dan erosi dapat dikendalikan
sampai batas aman dan tidak menurunkan hasil (Kurnia et al., 2004).dan perbaikan perlu
dilakukan untuk mengingat kualitas lahan yang semakin buruk dapat menyebabkan berbagai
dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Apabila kualitas lahan terus
menurun dan tidak dilakukan upaya pengelolaan yang baik, maka lahan yang dapat
dimanfaatkan dengan baik menjadi akan berkurang manfaatnya serta menjadi bencana.
Kegiatan perekonomian para masyarakat yang disana, sosial budaya dan keberlanjutan
lahan tidak akan terjadi. Maka dari itu pentingnya dilakukan konservasi dalam permasalahan
ini, sebagaimana yang kita ketahui pula, hutan merupakan sumber penghidupan bagi semua
mahluk terutama manusia.

1.2 Tujuan

1. Menganalisis permasalahan pada di wilayah lereng Gunung Cikuray ,yang


berada di wilayah Kabupatan Garut Jawa Barat

2. Menentukan rekomendasi tindakan konservasi pada lahan lereng Gunung


Cikuray yang berada di wilayah, Kabupatan Garut Jawa Barar

Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suprini .2002.Pelestarian Sumber Daya tanah dan air.Andi Ofsset ,Yogyakarta

Kurnia, U., H. Suganda., D. Erfandi; dan H. Kusnadi. 2004. Teknologi Konservasi


Tanah pada Budidaya Sayuran Dataran Tinggi. Dalam Teknologi Konservasi Tanah pada
Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Hal. : 133-150
4.1 Rekomendasi lahan

Teknik pengendalian pada erosi dapat di bedakan menjadi dua yaitu secara vegeatif
dan mekanik (arsyad 2000). Konservasi tanah secara mekanik adalah mekanik adalah cara
pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah
dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.Tujuannya untuk memperlambat aliran air di
permukaan, mengurangi erosi sertamenampung dan mengalirkan aliran air permukaan .
Termasuk dalammetode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan
tanah.Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan
untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pada prinsipnya
konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu
tanah secara vegetatif penggunaan tanaman dan sisa-sisa tanaman untuk mengurangi daya
penghancuran tanah oleh butiran hujan yang mengurangi jumlah dan daya perusak aliran
permukaan

Berdasarkan permasalahan Lahan pengamatan pada hutan lindung daerah Cikuray


memiliki tingat erosi yang berbeda-beda dalam menanggulangi erosi yang terjadi
diperlukanya konservasi pada lahan. Dalam pelaksanaan konservasi diperlukanya
rekomendasi konservasi yang cocok dan sesuai dengan keadaan lahan sehingga dapat
menanggulagi maupun mempertahankan agar tidak terjadinya erosi pada lahan Upaya
untuk mengelola atau mengkonservasi lahan yang berada di daerah lereng gunung seperti
konservasi mekanik yaitu menurut Dariah et al. (2005), konservasi tanah mekanik adalah
segala perlakuan fisik mekanis yang diberikan kepada tanah dan pembuatan bangunan
dengan tujuan untuk mengurangi laju aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kelas
kemampuan tanah,kegiatan konservasi yang mekanik yang dilakukan Daerah Cikuray
seperti dilakukan dengan membuat reboisasi yaitu dengan pembuatan terasiring Dalam
melakukan konservasi tanah, terasering dikenal dengan istilah pembuatan teras demi teras
seperti tangga pada lahan yang miring.
Gambar 3. Sketsa dan Terasiring di Lapangan (Dariah et al., 2005)

Terasering dilakukan agar jika akan terjadi hujan, air tidak akan langsung hanyut
begitu saja sehingga akan dapat mencegah terkikisnya tanah oleh air hujan dan bencana
longsor bisa dicegah. Manfaat terasiring lainnya untuk konservasi tanah antara lain sebagai
penambah daerah resapan air, mengurangi tingkat kecuraman lereng, dan memperlambat
kecepatan air yang turun dan konservasi vegetatif adalah Upaya konservasi tanah dan air
(KTA) merupakan suatu kegiatan atau upaya perbaikan yang dilakukan terhadap
sumberdaya alam (termasuk sumberdaya lahan) dengan tujuan untuk menjaga
keberlanjutan sumberdaya tanah serta air yang dimanfaatkan pada daerah tersebut.
Sebagaimana penjelasan menurut Wahyudin (2014) dimana teknik vegetatif konservasi
yang akan disarankan pada daerah tersebut membuat sistem pertanian agroforesti
dikarenakan alih fungsi lahan pada daerah tersbut diantaranya adalah tanah untuk
keperluan pertanian, misalnya pada lahan dengan kemiringan atau kelerengan curam >40%,
tutupan lahannya berupa tanaman semusim maupun tanaman perkebunan bahkan, pada
beberapa wilayah dilakukan konversi lahan menjadi penggunaan untuk permukiman.
Menurut Widiyanto (2013), agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman
hutan (perennial) yang dikombinasikan dengan tanaman pertaian atau disebut juga sebagai
sistem wanatani, agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan lahan yang dilakukan
melalui kombinasi produksi dan tanaman hutan secara bersamaan atau berurutan pada unit
lahan yang sama dan enerapkan cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan
penduduk setempat.

Sistem agroforestry agroforestri yang diterapkan sebagai upaya konservasi tanah


maupun air pada lahan yang mengalami kerusakan dapat berupa sistem agroforestry
sederhana dimana pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis
tanaman semusim, jenis pohon yang ditanam sangat beragam dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao, N angka, melinjo, petaijati hingga
dadap dan sengon . Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada berbagai jenis
tanaman pangan seperti padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur
maupun rerumputan. Bentuk agroforestry sederhana ini umumnya banyak diterapkan di
pulau jawa dalam bentuk tumpang sari. Bentuk selanjutnya dari teknik agroforesty adalah
berupa agroforestry kompleks yang berupa hutan dan kebun. Didalam sistem ini, ciri
utamanya adalah kenampakan fisik dan dinamika didalamnya yang mirip dengan ekosistem
hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder. Penerapan agroforestry ini dapat ber
peran sebagai Riverian Buffer Forest atau hutan penyangga tepi sungai yang fungsinya
adalah penjaga konidisi alami di sepanjang sungai, menjaga lahan dari terjadinya erosi dan
memberikan perlindungan juga terhadap pengolahan tanah di sekitarnya.

Gambar 4. Contoh Lahan Agroforestry (Widiyanto, 2013)

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press). Bogor

Anda mungkin juga menyukai