Anda di halaman 1dari 2

Menurut data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300

kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air. Suku Jawa
merupakan kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total populasi.
Sedangkan di Kalimantan dan Papua memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.
Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas, hal ini akibat dari perpindahan
penduduk, percampuran budaya dan saling mempengaruhi.

Hal diatas menunjukan keanekaragaman dengan segala kekayaan tradisi dan budaya yang berbeda-
beda. Dan itu adalah kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Indonesia merupakan negara dengan
multi etnik suku bangsa, multi bahasa dan budaya, multi agama, multi ras dan golongan. Oleh karenanya
sudah sepantasnya, Indonesia disebut rumah untuk berbagai perbedaan. Itu sebabnya pula, the
founding fathers, membangun bangsa ini dengan berlandaskan Pancasila yang tersemat pita pada
lambing kaki Burung Garuda bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda tetapi satu jua dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun tak dapat juga dipungkiri, bahwa perbedaan-perbedaan yang ada acap kali menimbulkan
gesekan yang diakibatkan permasalahan sosial yang dihadapi. Fakta sejarah mencatat beberapa konflik
yang terjadi : Konflik antar suku di Sampit (2001), Konflik antar agama di Ambon (1999), Konflik antar
etnis pribumi dan tionghoa (1998), Konflik antar golongan agama Ahmadiyah dengan Syiah (2000an),
Konflik antar golongan dan pemerintah (GAM, RMS dan OPM), Konflik antar etnis di Wamena (2019).
Bahkan yang lebih memprihatinkan, bahwa perbedaan-perbedan yang ada seringkali digunakan sebagai
komoditas politik oleh oknum elit politik hanya sekedar untuk meraup suara dalam pemilu yang
kemudian menjadi sumber konflik, seperti yang terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019
yang lalu.

Jika demikian apakah relasi antar etnis di Indonesia sudah terwujud? Sebenarnya relasi antar etnis di
Indonesia sudah terwujud, ada banyak contoh beberapa daerah misal : Kerukunan antar umat Muslim
dan Kristiani di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Solo, mereka memiliki tempat ibadah saling
bersebelahan, tetapi mereka tetap dapat hidup dalam kerukunan dengan saling bantu dan saling
menghormati, uniknya jika ada pihak yang mengganggu kerukunan dan toleransi, maka mereka secara
bersama-sama mengatasinya. Contoh lainnya, Kehidupan etnis pesisir di Sibolga Sumatera Utara, etnis
pesisir sendiri sebenarnya terdiri beberapa suku diantaranya : Melayu, Aceh, Mandailing, Batak Toba,
Jawa, Nias, Tionghoa, Arab. Mereka tetap dapat hidup rukun dan terus berkembang bahkan sudah
berabad-abad yang lalu tanpa adanya gesekan. Itu hanya dua contoh dari sekian banyak potret
kehidupan di Indonesia yang dapat hidup dalam kerukunan ditengah-tengah berbagai perbedaan.

Lalu, mengapa konflik sosial masih sering terjadi di Indonesia? Faktor utama penyebab, mudah
terjadinya gesekan yang berujung konflik sosial di Indonesia adalah rasa ketidakadilan. Rasa
ketidakadilan yang terus dirasakan oleh masyarakat melunturkan semangat nasionalisme. Kehadiran
negara tidak dirasakan oleh masyarakat memicu konflik horizontal begitu mudah terjadi. Daya
pemersatu bangsa semakin melemah dan menguatnya identitas etnis.

Bukankah keanekaragaman yang dimiliki Indonesia, kekayaan alam dan termasuk keragaman SARA
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, keberagaman yang ada seharusnya
menguatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air, bukan justru menjadi ancaman bagi disintegrasi
bangsa. Ketimpangan pembangunan antar wilayah juga memberikan sumbangsih pada ketimpangan
sosial yang terjadi. Dengan mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah juga mengatasi
ketimpangan sosial melalui pemerataan ekonomi masyarakat. Kehadiran negara harus dapat dirasakan
secara nyata oleh masyarakat yang akan menguatkan rasa nasionalisme sehingga dapat meredam
gesekan tidak berakhir menjadi konflik sosial. Terakhir, Menjalin persatuan dan kesatuan bangsa sebagai
upaya pencegahan konflik SARA merupakan kewajiban dan tanggung jawab bersama setiap warga
negara.

Sumber :

https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa#:~:text=Indonesia%20memiliki%20lebih%20dari
%20300,mencapai%2041%25%20dari%20total%20populasi.

Anda mungkin juga menyukai