Anda di halaman 1dari 3

1. Kedudukan dan bentuk organisasi desa masih bersifat semu sebagai pseudo government .

Kondisi
tersebut berimbas terhadap status kepegawaian perangkat desa di dalamnya. Penghasilan
perangkat desa biasanya didasarkan pada aturan adat istiadat yang berlaku di desa tersebut. Untuk
desa yang berada di Jawa maka gaji utama berasal dari tanah kas desa berupa tanah bengkok.
Keadaan tersebut tentu berbeda-beda antara satu desa dengan desa yang lain sesuai dengan
potensi dan luas wilayah masing-masing. Ketidakjelasan sistem imbalan bagi perangkat desa
berpengaruh terhadap kinerja pelayanan terdepan dimana penyelenggaraan pemerintahan
dijalankan sulit untuk memenuhi tuntutan terselenggaranya pelayanan publik yang profesional dan
modern.
Dalam hal Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diisi oleh PNS, sebenarnya dalam peraturan
perundang-undangan sudah mengatur hal tersebut sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan PP Nomor 43 Than 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa yang menyatakan apabila terdapat PNS yang dipilih/diangkat menjadi Kepala
Desa atau perangkat Desa yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama
menjadi kepala desa/perangkat desa tanpa kehilangan hak sebagai Pegawai Negari Sipil, yaitu hak
untuk mendapatkan gaji pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan pangan kecuali tunjangan
jabatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, hak cuti, kenaikan gaji berkala, jaminan
pensiun dan hak perlindungan. Agar lebih memudahkan dalam pengaturan tersebut perlu dilakukan
penetapan kejelasan kedudukan dan bentuk organisasi desa dan penyesuaian dalam peraturan
perundangan terkait aparatur sipil negara yang akan mengisi dalam pemerintahan desa.
Dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Pemerintah memandang perlu memperhatikan kesejahteraab Kepalda Desa dan Perangkat
Desa telah berinisiatif dengan mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pemerintah menjamin penghasilan tetap
Kepala Desa dan Perangkat Desa yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD), merupakan dana
perimbangan yang diterima kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Besaran alokasi penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa
diatur melalui Belanja Desa dalam APBDesa dengan ketentuan sebesar paling banyak 30 % dari
jumlah anggaran belanja desa untuk mendanai Penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa,
Sekretaris Desa, dan Perangkat Desa lainnya; dan Tunjangan operasional Badan Permusyawaratan
Desa. Dalam hal ADD tidak mencukupi untuk mendanai penghasilan tetap minimal Kepala Desa,
Sekretaris Desa, dan Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud dapat dipenuhi dari sumber lain
dalam APBDesa selain Dana Desa.

2. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur tata letak desa pada
level pemerintahan tingkat 3 dengan sistem pemerintahannya yang berbanding lurus dengan
pemerintahan kabupaten/kota sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini :
Keselarasan Sistem Pemerintahan Desa dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Keselarasan Pemerintah Kabupaten/Kota Pemerintahan Desa


Kedudukan Pemerintahan tersendiri yang Pemerintahan tersendiri yang
berada di wilayah Provinsi berada di wilayah
tetapi bukan bagian dari Kabupaten/Kota tetapi bukan
Pemerintahan Provinsi dalam bagian dari Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Kabupaten/Kota dalam Negara
Indonesia. Kesatuan Republik Indonesia.

Kewenangan kewenangan otonomi. kewenangan Rekognisi dan


Subsidairitas.

Pemimpin dipimpin Bupati/Walikota yang dipimpin Kepala Desa yang


dipilih langsung oleh rakyat, dipilih langsung oleh rakyat,
dan DPR Kabupaten/Kota yang dan BPD yang juga dipilih
juga dipilih langsung oleh langsung oleh rakyat atau
rakyat. musyawarah perwakilan di
masing-masing wilayah
keterwakilannya.
Peraturan berwenang menetapkan berwenang menetapkan
Peraturan Daerah dan Peraturan Desa dan Peraturan
Peraturan Bupati/Walikota. Kepala Desa.

Identitas berwenang menetapkan Logo, berwenang menetapkan Logo,


Bendera Panji, dan Sejarah Bendera Panji, dan Sejarah
Kabupaten/Kota. Desa.

Administrasi - berwenang menggunakan - berwenang menggunakan


Cop Surat, Logo dalam Cop Cop Surat, Logo dalam Cop
surat, dan Cap Stempel surat, dan Cap Stempel
sesuai dengan identitas sesuai dengan identitas
daerah. desa.
- Kabupaten/Kota - Desa menggunakan
menggunakan masing- masing-masing Cop dan
masing Cop dan stempel stempel Kepala Desa,
Bupati/Walikota, Sekretariat, dan BPD.
Sekretariat, dan DPRD
Kabupaten/Kota.
Legal formal institusi dna Keberadaan aparatur dan Keberadaan aparatur dan
personil perangkat daerah diatur secara kelembagaan desa diatur
final dengan Peraturan Daerah, secara final dengan Peraturan
Peraturan Bupati/Walikota, Desa, Peraturan Kepala Desa,
dan Keputusan Bupati/ dan Keputusan Kepala Desa.
Walikota
Referensi :

- ADPU4340 – Administrasi Pemerintahan Desa (Edisi 3), Sadu Wasistiono, M. Irwan Tahir, Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2019

Anda mungkin juga menyukai