Anda di halaman 1dari 1

Dalam sistem pemerintahan Indonesia hingga saat ini, kedudukan desa masih bersifat ambivalen.

Disatu
sisi desa diakui dan dihormati sebagai kesatuan masyarakat yang memiliki otonomi tradisional, tetapi di
sisi lainnya lebih banyak menjalankan urusan-urusan pemerintahan yang datang dari pemerintah
supradesa. Sama halnya dengan ambivalensinya kedudukan organisasi pemerintahan desa dengan
kedudukan kesatuan masyarakat hukumnya. Sumber keuangan desa bersifat tradisional yang bersumber
dari iuran warga desa belum mampu menggerakan roda organisasi sehingga masih mengandalkan dana
transfer dari pemerintah supradesa (pusat/provinsi/kabupaten/kota). Desa tidak cukup memiliki
kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi atas namanya sendiri dimana pungutan pajak masih
atas nama pemerintah supradesa, misal pada pemungutan pajak bumi dan bangunan yang merupakan
kewenangan pemerintah kabupaten/kota berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah. Kedudukan kepegawaian perangkat desa serta sistem imbalanya tidak jelas sebagai
konsekuensi dari ambivalensi kedudukan kesatuan masyarakat hukum dan organisasinya. BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) melaksanakan fungsi seperti DPRD, salah satunya adalah bersama-sama Kepala
desa menyusun Peraturan Desa. Menurut Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2004, Peraturan Desa
masuk dalam kategori Peraturan Daerah. Tetapi BPD tidak diisi melalui mekanisme pemilihan umum,
sehingga kedudukannya juga menjadi ambivalen. BPD sekarang lebih diposisikan sebagai lembaga
tempat bermusyawarahnya masyarakat, bukan sebagai lembaga politik.

Ada beberapa langkah strategis dalam rangka mewujudkan desa sejahtera dan mandiri sebagai
manifestasi dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai berikut :

1. Keterlibatan aktif kaum muda di setiap proses pembangunan desa;


2. Dukungan dan pengelolaan dana desa yang benar-benar transparan dan optimal;
3. Desa harus memiliki multiyears program desa sejahtera dan mandiri;
4. Desa harus memiliki peluang dan potensi usaha;
5. Kepala desa harus memiliki figur yang mumpuni dan bertalenta;
6. Desa didukung infrastruktur penunjang yang memadai;
7. Pengelolaan bumdesa yang optimal dan bermanfaat bagi warga desa.

Referensi :

- ADPU4340 – Administrasi Pemerintahan Desa (Edisi 3), Sadu Wasistiono, M. Irwan Tahir, Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2019
- https://www.wartaekonomi.co.id/read228758/upaya-dan-strategi-mewujudkan-desa-sejahtera-
mandiri

Anda mungkin juga menyukai