NIM : 20003117
Prodi : PLB
Telinga luar adalah bagian telinga yang terletak di luar dan kontak langsung dengan
lingkungan. Fungsi utama telinga luar ini adalah untuk menangkan bunyi dari lingkungan untuk
kemudian diteruskan ke telinga tengah. Bagian telinga luar ini terdiri dari:
Telinga dalam adalah pusat kendali dari indera pendengaran kita. Labyrin merupakan bagian
terpenting dari telinga, labyrin adalah suatu rongga berisi cairan perilimpe dan letaknya di tulang
pelipis yang berfungsi melindungi bagian dalam.Dilihat dari segi anatomi, telinga bagian dalam
terdapat serambi (vertibule), saluran-saluran gelung (canalis semi curcularis), rumah siput
(cochlea). Serambi ini berhubungan dengan saluran-saluran gelung dan dengan cochlea, saluran-
saluran gelung ini merupakan alat keseimbangan, sedangkan cochlea merupakan bagian dari
indra pendengaran.
Indera Pendengar Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan.. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga
tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga
dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
C. Proses Pendengaran dan saraf pendengaran
Dimulai dari adanya getaran suara (F 16 – 2000 Hz), ditangkap oleh daun teling luar,
menggetarkan membran tympani, getaran diteruskan melalui tulang-tulang pendengaran, di
lubang tengah tulang stapes cairan endolinpe di dalam labirin, ditangkap oleh organ corti.
Getaran bunyi yang masuk disebut getaran mekanis diubah, getaran elektris oleh nervus
cocklearis disalurkan ke pusat-pusat di otak lobus temporalis sehingga terjadi kesadaran bunyi.
Saraf pendengaran :
Vestibularis
Koklearis
Keluar dari otak kecil melalui nervus vertibularis yang terletak pada titik pertemuan antara
pons dan membaran oblongato kemudian bergabung dengan nervus coklearis menuju telinga. Di
dalam telinga ia berpisah.
Kemudian keluar menuju nukleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus menuju ke
telinga. Saraf ini bergabung dengan Nervus Vestibularis.
Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang
suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui
rongga telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut
diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran
yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang
kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan
melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-
ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.Perasaan pendengaran
ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi,
tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB.
Saraf pendengaran nervus auditorius mengumpulkan sensibilitas dan vestibuler rongga telinga
dalam yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan.Serabut serat ini bergerak menuju
neklus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata terus
bergerak menuju sebelumnya.Bagian kokhlearis pada nervus auditori saraf pendengaran yang
sebenarnya.Serabut saraf dipancarkan ke sebuah nucleus khusus yang berada dibelakang
thalamus, dipancarkan menuju kortex otak yang terletak pada bagian temporalis.
Lebih singkatnya:
1. Getaran suara ~ gelombang suara
2. Telinga luar
3. Membrana timpani bergetar
4. Inkus, stapedius, maleus bergetar (gelombang suara di amplifikasi / dikuatkan)
5. Fenestra vestibulum ~ cairan perilimfe ~ endolimfe ~ ujung-ujung saraf dalam organ
korti ~ ssp ~ interpretasi ~ bunyi / suara.
Proses Mendengar
Meskipun mendengar adalah sebuah proses yang kompleks, namun pada dasarnya mendengar
merupakan kegiatan pasif yang otomatis - tanpa disadari terlibat dalam proses. Berikut adalah
uraian singkat bagaimana kita dapat mendengar:
1. Sesuatu bergetar dan menciptakan sebuah gelombang bunyi.
2. Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga.
3. Gelombang bunyi masuk ke dalam liang telinga.
4. Gelombang bunyi menggetarkan gendang telinga dan diubah menjadi energi mekanik.
5. Terdapat tulang pendengaran di telinga tengah: malleus, incus, dan stapes.
6. Gendang telinga menggetarkan tulang pendengaran dan meneruskannya ke telinga dalam.
Gangguan pendengaran konduktif biasanya terjadi di telinga tengah ini.
7. Getaran Cairan di dalam koklea/rumah siput merangsang sel-sel rambut menghasilkan
impuls bio elektrik.
8. Kerusakan sel-sel rambut pada koklea akan mengakibatkan gangguan pendengaran
sensorineural.
9. Impuls listrik dari sel-sel rambut diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran.
Di otak, impuls dari kedua telinga tersebut diartikan sebagai suara.
10. Otak membutuhkan informasi yang baik dari kedua telinga agar dapat menginterpretasikan
bunyi menjadi kata-kata dan membantu kita untuk memahami percakapan.
2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga.Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung, mual, muntah, vertigo,
dan berkurang pendengaran.
3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness.Mabuk perjalanan ini merupakan
gangguan pada fungsi keseimbangan.Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh
gerakan atau getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun
udara.Biasanya disertai dengan muka pucat, berkeringat dingin dan pusing.
4. Tuli
Tuli atau tunarungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar.Tuli dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf.Tuli konduktif terjadi
disebabkan oleh menumpuknya kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga mengganggu
transmisi suara ke koklea.Tuli saraf terjadi bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau
kerusakan pada koklea khususnya pada organ korti.
5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma atau
popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang
rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga
yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan
oleh hilangnya aurikel dan kanal auditori sejak lahir.
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara
menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga
keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka
tidak dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah
dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap.Biasanya tidak digunakan pelarut
serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga, dan tidak
mampu melarutkan serumen secara adekuat.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa
terjadi akibat: – cedera – gigitan serangga – pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan
terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang
nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada
kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga.Meskipun bersifat merusak
dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang
ringan.Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke
kartilago.Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi
yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan.Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya
infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat
pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain.
E. Cara memeriksa
pendengaran Ada beberapa macam tes pendengaranyang bisa dijalani pasien gangguan
pendengaran. Konsultasikan dengan dokter THT mengenai tes mana yang tepat untuk dilakukan,
seperti:
1. Tes bisik
Dalam tes bisik, dokter akan meminta pasien menutup lubang telinga yang tidak
diperiksa dengan jari. Setelah itu, dokter akan membisikkan beberapa kata, atau 8
membisikkan kombinasi huruf dan angka. Saat berbisik pada pasien, dokter akan berada
kurang dari 1 meter di belakang pasien, untuk mencegah pasien membaca gerak bibir. Pasien
akan diminta mengulangi apa yang diucapkan dokter. Jika pasien tidak bisa mengulangi kata
yang dibisikkan, dokter akan menggunakan kombinasi huruf dan angka yang berbeda, atau
mengulangi pengucapan kata dengan lebih keras, hingga pasien bisa mendengarnya.
Kemudian tes diulangi pada telinga yang satunya lagi. Pasien dianggap lulus tes bisik jika
mampu mengulangi 50% kata yang diucapkan dokter.
2. Tes garpu tala
Dalam tes ini, garpu tala dengan frekuensi 512Hz digunakan untuk mengetahui respons
pasien pada suara dan getaran di dekat telinga. Tes garpu tala bisa dilakukan dengan tes
Weber dan tes Rinne.
3. Tes audiometri tutur
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan memahami
percakapan sederhana. Dalam tes ini, pasien akan diminta mengulangi kata-kata yang
diucapkan dokter, mulai dari suara lembut hingga nyaring.
4. Tes audiometri nada murni
Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada murni, dan
diperdengarkan pada pasien melalui headphone. Nada-nada tersebut bervariasi dalam
frekuensi dan intensitas suaranya, mulai dari 250Hz, hingga 8000Hz. Tes akan dimulai
dengan intensitas suara yang masih terdengar, lalu dikurangi secara bertahap hingga tidak lagi
terdengar oleh pasien. Kemudian, intensitas suara akan ditingkatkan kembali hingga pasien
bisa mendengarnya. Pasien akan diminta untuk memberi tanda dengan menekan tombol yang
sudah disediakan, jika masih bisa mendengar suara meski sangat samar.
5. Auditory Brain Stem Response
Test Tes ini disebut juga dengan tes brainstem evoke response audiometry (BERA).
Dalam tes ini, dokter menggunakan elektroda yang tersambung pada mesin untuk merekam
respons otak pasien. Pada pasien anak-anak yang tidak bisa tenang saat akan dipasang
elektroda, dokter akan memberikan obat penenang.
6. Timpanometri
Sebelum menjalankan tes, dokter akan terlebih dulu memeriksa liang telinga pasien untuk
memastikan tidak ada kotoran telinga atau benda lain yang menghalangi gendang telinga.
Setelah liang telinga dipastikan bersih, dokter akan memasang alat khusus di masing-masing
telinga pasien. Rasa sedikit tidak nyaman akan dirasakan pasien saat dipasangkan alat
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, Iriani, I., Puspitasari, Ira & Suryaratri, Ratna, D. 2012. Psikologi Faal.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Junquiera, L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology. Alih bahasa: Histologi dasar, oleh adji
Dharma.1982. Jakarta: EGC
Radiopoetro, R., 1986, Psikologi Faal 1, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM.