Anda di halaman 1dari 13

P10

HUBUNGAN ISLAM-JAWA DALAM


BIDANG BAHASA DAN SASTRA
Sastra

 adalah ungkapan bahasa secara tidak wajar,


”perusak bahasa” yang mengandung karya seni
tinggi yang kreatif, imajinatif, indah, emotif dan
dapat menggugah jiwa serta terekam dalam
sejarah kebudayaan manusia yang mengandung
nilai-nilai pendidikan dan kemanusiaan.
 Sastra, ditinjau dari sisi kreatif, dibagi menjadi:
prosa, puisi dan drama; ditinjau dari cara
mengungkapkan dibagi: tulisan dan lisan.
 Sastra tulis bisa ditemukan di dalam naskah
(bentuk fisik dokumennya) dan teks
(kandungan isi yang terdapat di dalam naskah)
Sastra Islam-Jawa
 Adalah sastra yang mengandung ajaran dan nilai-nilai islam
dan budaya jawa yang ditulis dengan tulisan jawa, arab
atau pegon (jawi)
 Sejarah sastra Jawa dibagi menjadi 4 periode: 1. Kuna
(abad 8-11, pengaruh india), 2. Tengahan (11-14 maja pahit),
3. baru (14-20, kerjaaan islam) dan 4. modern (20-skrg,
balai pustaka dan selanjutnya).
 Pada periode sastra baru, mulai muncul sastra islam jawa.
 Bentuk sastra Islam Jawa, ditinjau dari corak diantaranya:
Babad, Suluk, serat dan Primbon
 Historiografi tradisional bersifat etno sentris (kedaerahan),
istana sentris (keraton) dan magis religius (mitos, agama
dan kepercayaan)
Babad Islam-Jawa
 etimologis: buka, tebang, sejarah, riwayat”. di luar jawa
disebut hikayat
 Terminologi: bentuk prosa sejarah yang berisi kisah, cerita,
kepercayaan dan mitos yang di dalamnya terdapat peristiwa
di luar rasio seperti keajaiban, keanehan dan lain-lain.
 Fungsinya: motivasi beragama islam dan menjalankan
ajarannya; penghibur pelipur lara; mengajarkan nilai-nilai
islam, moral, sosial, edukasi, dan estetika.
 Ada dua model babad
 1) Dari hindu-budha yang diislamkan. Misalnya: Babad
Tanah Djawi
 2) berisi tentang ke"islam"an di jawa. Seperti Sajarah
Dalem (raja-raja surakarta), Babad Mataram, babad Cirebon,
dan Babad Surakarta
Suluk Islam-Jawa
 etimologis: salaka-yasluku-sulukan (bahasa arab) berarti
jalan, cara, kelakuan atau tingkah laku.
 Terminologi: kitab yang ditulis dalam bentuk prosa dan
puisi (tembang macapat) yang berisi tasawuf dan
kebatinan yang ditulis para wali atau pujangga
 Fungsi: mendekatkan diri dengan tuhan, supaya
masyarakat paham cara-caranya
 Dibagi menjadi:
 1) suluk pesisir, umumnya menggunakan tulisan arab
atau pegon, wirid, di pesantren. Seperti Suluk Walisanga
 2) suluk kejawen/keraton, umumnya ditulis dengan
bahasa jawa, primbon, tentang pernyatuan dengan Allah.
Misalnya: Suluk Gatoloco,, Suluk Darmogandol, Suluk Wijil,
Suluk Martabat Wahdat Wakidiyat/ Paku Buwana III,
Serat Islam-Jawa
 Terminologi adalah sastra yang
mengandung piwulang atau pitutur kearah kebaikan
dan kebijakan seperti etika, moral, tatacara upacara
tradisi, sikap dan sifat-sifat seseorang dalam besikap
terhadap raja, penguasa dan orang tua.
 Misalnya: serat darmogandul, serat sastra gending
sultan agung, serat cebolek dll
 Serat Wulangreh: pelajaran tentang tingkah laku.
Menggunakan sekar: dhandhanggula 8 bait, kinanthi 6,
gambuh 17, pangkur 17, maskumambang 34, durma
12, wirangrong 27, pucung 23, mijil 26, asmaradana
28, sinom 33, girisa 25, 275 bait. Isinya: nasehat-
nasehat dan larangan dengan kata kunci “aja” sebanyak
119 kali.
Serat Wirid Hidayat Jati
(Ranggawarsita, 1802-1973)
 Bagus Burham, putra dari Sudiradimeja.
Mengenyam pendidikan agama di pesantren
Tegalsari Ponorogo yg diasuh Kyai Kasan
Besari.
 Dianggap sebagai pujangga penutup dari
masa modern.
Martabat 7 menurut M. Ibnu
Fadlillah
 Tuhan baru bisa dikenali setelah bertajalli
sebanyak 7 martabat:
 1. Alam Ahadiyat: martabat dzat yg bersifat la
ta’yun (tak dapat dikenali)
 2. M. wahdat: hakikat nur Muhammad (nyata
pertama), belum ada pemisahan satu terhadap
lainnya
 3. M. Wahidiyat: hakikat manusia, wahidiyat
adalah kesatuan yg mengandung kejamakan
(ta’yun kedua) dimana setiap bagian sudah
terpisah dengan jelas. Dari ketiga martabat tsb
muncullah 4 martabat lahir (a’yan kharijah):
Martabat 7

 4. M.A. arwah: segalanya masih mujarrad dan


basit.
 5. M.Alam Misal:segala sesuatu yg tersusun
secara halus, tdk dpt dibagi dan dipisahkan
satu dg lainnya
 6. M. Alam Ajsam: terukur, telah jelas tebal
tipisnya, dpt dibagi-bagi
 7. M.Insan kamil: martabat lahir (alam arwah,
misal, ajsam) dan martabat batin (ahadiyat,
wahdat, wahidiyat).
Pegon / Jawi
 Jawi: huruf arab asli dan modifikasi yang digunakan untuk
menulis bahasa melayu. Bukti plaing awal: batu di
terengganu, malaysia (1303)
 Pegon : huruf arab asli dan modifikasi yang digunakan
untuk menulis bahasa Jawa.
 Asal: pego (ora lumrah anggone ngucapake) atau tidak
lazim dalam mengucapkan. Kromopawiro. 1867: 1)
 Akulturasi budaya jawa dan islam yang menyatu dan
menghasilkan budaya baru. Budaya ini sebelumnya tidak
ada di Arab-Islam dan Jawa-hindu-buda.
 Orang Arab/yang mahir bahasa Arab belum tentu
memahami pegon, sebaliknya, orang jawa juga belum tentu
bisa memahaminya. Untuk memahaminya diperlukan
kemampuan tulisan Arab-islam dan bahasa Jawa-
hindubudda sekaligus.
beberapa Huruf Pegon
 Pegon seolah menunjukkan: dahirnya Arab-
Islam, tapi hakikatnya Jawa
 Makna gandul, 1590, aqa'id an-nasfs karya
Abu Hafs Umar Najm ad-Din an-Nafs
 Pegon berasal dari orang Arab yang
menyebarkan islam di Nusantara, kali pertama
digunakan untuk bahasa melayu (Jawi),
kemudian digunakan bahasa-bahasa daerah,
seperti Jawa sehingga disebut pegon.
 Kali pertama yang memperkenalkan di daerah
Jawa adalah Raden Rahmat, Sunan Ampel (1401-
1481)
Fungsi Pegon
 Masa awal Walisongo (Abad 15-16):
 1) Strategi Dakwah akulutuarsi budaya Jawa-Arab
 2) Meminimalisir Budaya kejawen
 3) Membiasakan masyarakat dengan bahasa Arab sebagai bahasa
agama Islam
 4) Media untuk memudahkan belajar santri
 5) Identitas dan legitimasi Islam Jawa
 Masa Penjajahan (16-20):
 1) Perlawanan terhadap penjajah
 2) Bahasa Sandi dalam usaha mengusir penjajah
 3) Alat komunikasi antar pribumi jawa islam
 Masa pasca penjajahan (20-sekaran9)
 1) Media pengajaran di pesantren
 I2) Identitas Islam Jawa tradisional

Anda mungkin juga menyukai