”perusak bahasa” yang mengandung karya seni tinggi yang kreatif, imajinatif, indah, emotif dan dapat menggugah jiwa serta terekam dalam sejarah kebudayaan manusia yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan kemanusiaan. Sastra, ditinjau dari sisi kreatif, dibagi menjadi: prosa, puisi dan drama; ditinjau dari cara mengungkapkan dibagi: tulisan dan lisan. Sastra tulis bisa ditemukan di dalam naskah (bentuk fisik dokumennya) dan teks (kandungan isi yang terdapat di dalam naskah) Sastra Islam-Jawa Adalah sastra yang mengandung ajaran dan nilai-nilai islam dan budaya jawa yang ditulis dengan tulisan jawa, arab atau pegon (jawi) Sejarah sastra Jawa dibagi menjadi 4 periode: 1. Kuna (abad 8-11, pengaruh india), 2. Tengahan (11-14 maja pahit), 3. baru (14-20, kerjaaan islam) dan 4. modern (20-skrg, balai pustaka dan selanjutnya). Pada periode sastra baru, mulai muncul sastra islam jawa. Bentuk sastra Islam Jawa, ditinjau dari corak diantaranya: Babad, Suluk, serat dan Primbon Historiografi tradisional bersifat etno sentris (kedaerahan), istana sentris (keraton) dan magis religius (mitos, agama dan kepercayaan) Babad Islam-Jawa etimologis: buka, tebang, sejarah, riwayat”. di luar jawa disebut hikayat Terminologi: bentuk prosa sejarah yang berisi kisah, cerita, kepercayaan dan mitos yang di dalamnya terdapat peristiwa di luar rasio seperti keajaiban, keanehan dan lain-lain. Fungsinya: motivasi beragama islam dan menjalankan ajarannya; penghibur pelipur lara; mengajarkan nilai-nilai islam, moral, sosial, edukasi, dan estetika. Ada dua model babad 1) Dari hindu-budha yang diislamkan. Misalnya: Babad Tanah Djawi 2) berisi tentang ke"islam"an di jawa. Seperti Sajarah Dalem (raja-raja surakarta), Babad Mataram, babad Cirebon, dan Babad Surakarta Suluk Islam-Jawa etimologis: salaka-yasluku-sulukan (bahasa arab) berarti jalan, cara, kelakuan atau tingkah laku. Terminologi: kitab yang ditulis dalam bentuk prosa dan puisi (tembang macapat) yang berisi tasawuf dan kebatinan yang ditulis para wali atau pujangga Fungsi: mendekatkan diri dengan tuhan, supaya masyarakat paham cara-caranya Dibagi menjadi: 1) suluk pesisir, umumnya menggunakan tulisan arab atau pegon, wirid, di pesantren. Seperti Suluk Walisanga 2) suluk kejawen/keraton, umumnya ditulis dengan bahasa jawa, primbon, tentang pernyatuan dengan Allah. Misalnya: Suluk Gatoloco,, Suluk Darmogandol, Suluk Wijil, Suluk Martabat Wahdat Wakidiyat/ Paku Buwana III, Serat Islam-Jawa Terminologi adalah sastra yang mengandung piwulang atau pitutur kearah kebaikan dan kebijakan seperti etika, moral, tatacara upacara tradisi, sikap dan sifat-sifat seseorang dalam besikap terhadap raja, penguasa dan orang tua. Misalnya: serat darmogandul, serat sastra gending sultan agung, serat cebolek dll Serat Wulangreh: pelajaran tentang tingkah laku. Menggunakan sekar: dhandhanggula 8 bait, kinanthi 6, gambuh 17, pangkur 17, maskumambang 34, durma 12, wirangrong 27, pucung 23, mijil 26, asmaradana 28, sinom 33, girisa 25, 275 bait. Isinya: nasehat- nasehat dan larangan dengan kata kunci “aja” sebanyak 119 kali. Serat Wirid Hidayat Jati (Ranggawarsita, 1802-1973) Bagus Burham, putra dari Sudiradimeja. Mengenyam pendidikan agama di pesantren Tegalsari Ponorogo yg diasuh Kyai Kasan Besari. Dianggap sebagai pujangga penutup dari masa modern. Martabat 7 menurut M. Ibnu Fadlillah Tuhan baru bisa dikenali setelah bertajalli sebanyak 7 martabat: 1. Alam Ahadiyat: martabat dzat yg bersifat la ta’yun (tak dapat dikenali) 2. M. wahdat: hakikat nur Muhammad (nyata pertama), belum ada pemisahan satu terhadap lainnya 3. M. Wahidiyat: hakikat manusia, wahidiyat adalah kesatuan yg mengandung kejamakan (ta’yun kedua) dimana setiap bagian sudah terpisah dengan jelas. Dari ketiga martabat tsb muncullah 4 martabat lahir (a’yan kharijah): Martabat 7
4. M.A. arwah: segalanya masih mujarrad dan
basit. 5. M.Alam Misal:segala sesuatu yg tersusun secara halus, tdk dpt dibagi dan dipisahkan satu dg lainnya 6. M. Alam Ajsam: terukur, telah jelas tebal tipisnya, dpt dibagi-bagi 7. M.Insan kamil: martabat lahir (alam arwah, misal, ajsam) dan martabat batin (ahadiyat, wahdat, wahidiyat). Pegon / Jawi Jawi: huruf arab asli dan modifikasi yang digunakan untuk menulis bahasa melayu. Bukti plaing awal: batu di terengganu, malaysia (1303) Pegon : huruf arab asli dan modifikasi yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa. Asal: pego (ora lumrah anggone ngucapake) atau tidak lazim dalam mengucapkan. Kromopawiro. 1867: 1) Akulturasi budaya jawa dan islam yang menyatu dan menghasilkan budaya baru. Budaya ini sebelumnya tidak ada di Arab-Islam dan Jawa-hindu-buda. Orang Arab/yang mahir bahasa Arab belum tentu memahami pegon, sebaliknya, orang jawa juga belum tentu bisa memahaminya. Untuk memahaminya diperlukan kemampuan tulisan Arab-islam dan bahasa Jawa- hindubudda sekaligus. beberapa Huruf Pegon Pegon seolah menunjukkan: dahirnya Arab- Islam, tapi hakikatnya Jawa Makna gandul, 1590, aqa'id an-nasfs karya Abu Hafs Umar Najm ad-Din an-Nafs Pegon berasal dari orang Arab yang menyebarkan islam di Nusantara, kali pertama digunakan untuk bahasa melayu (Jawi), kemudian digunakan bahasa-bahasa daerah, seperti Jawa sehingga disebut pegon. Kali pertama yang memperkenalkan di daerah Jawa adalah Raden Rahmat, Sunan Ampel (1401- 1481) Fungsi Pegon Masa awal Walisongo (Abad 15-16): 1) Strategi Dakwah akulutuarsi budaya Jawa-Arab 2) Meminimalisir Budaya kejawen 3) Membiasakan masyarakat dengan bahasa Arab sebagai bahasa agama Islam 4) Media untuk memudahkan belajar santri 5) Identitas dan legitimasi Islam Jawa Masa Penjajahan (16-20): 1) Perlawanan terhadap penjajah 2) Bahasa Sandi dalam usaha mengusir penjajah 3) Alat komunikasi antar pribumi jawa islam Masa pasca penjajahan (20-sekaran9) 1) Media pengajaran di pesantren I2) Identitas Islam Jawa tradisional