Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana menurut Filsafat ilmu atau hukum terhadap kuhum mati di indonesia

Kajian uud nkri tahun 1945?

Kajian hokum agama ? hokum islam

Filsafat ilmu atau hokum

Simpulan

Hukuman mati merupakan salah satu hukum yang diberlakukan di Indonesia. Hukuman
ini pertama kali diberlakukan pada tahun 1987. Kasus pembunuhan berencana, terorisme, dan
perdagangan obat-obatan terlarang adalah beberapa penyebab kita mendapatkan hukuman mati.
Hukuman ini akan dilaksanakan setelah permohonan grasi ditolak oleh Presiden dan pengadilan.
Berdasarkan keberagaman kepercayaan di Indonesia, berikut adalah pendapat hukuman mati
menurut :
1. Kajian UUD 1945

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Roichatul Aswidah
mengatakan, penerapan hukuman mati merupakan bentuk pemidanaan yang
inkonstitusional.
UUD 1945, jelas dia, menyatakan hak hidup merupakan salah satu hak yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Pasal 28 huruf A UUD 1945 menyatakan setiap warga negara memiliki hak untuk
hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Sementara, pasal 28 huruf G ayat (2) menetapkan setiap orang memilki hak untuk
bebas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia. "Hukuman mati itu inkonstitusional. Menurut konstitusi, hak hidup merupakan
salah satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun," ujar Roichatul dalam
seminar 'Hukuman Mati di Negara Demokrasi', di Kampus Unika Atma Jaya, Jakarta,
Selasa (17/5/2016).
Lebih jauh, Roichatul menjelaskan, hukuman mati merupakan bentuk hukuman
yang keji dan tidak manusiawi. Hal tersebut tercantum dengan jelas dalam Konvenan
Internasional Anti Penyiksaan dan Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik.
Komite Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pun, kata Roichatul,
menyatakan bahwa hak hidup adalah supreme human rights di mana bila tidak dipenuhi,
maka hak asasi lain tidak akan terpenuhi. Resolusi Komisi HAM PBB telah meminta
penghapusan hukuman mati dan negara yang masih mnerapkan harus melakukan
moratorium hukuman mati. "Seharusnya Indonesia menghapus hukuman mati secara
total," kata Roichatul. Ia menambahkan, jika negara tetap menerapkan hukuman mati
seharusnya disertai beberapa pembatasan.
Menurut Roichatul, hukuman mati tidak bisa diterapkan kecuali pada kejahatan
paling serius, yakni pembunuhan yang terencana, sistematis dan meluas. Kedua, adanya
jaminan pemeriksaan dan proses hukum yang adil.
2. Agama Islam
Di dalam dunia Islam, hukuman mati ini sudah diberlakukan sejak lama dan memang
diperbolehkan apabila terkait dengan hukum hudud yang terdiri dari tiga komponen
yakni qishash, hudud, dan ta’zir. Selain ketiga hal tersebut, maka tidak ada landasan
hukum apa pun dan tidak dibenarkan di dalam Islam. 
Sementara jika berhubungan dengan beberapa kasus yang baru seperti bandar
narkoba yang mendapat hukuman mati, maka hal tersebut masuk ke dalam ta’zir yang
hukumannya sudah ditetapkan hakim atas dasar kemuslihatan dalam konteks Al-
Maslahah Mursalah.
Ada beberapa kejahatan lain yang dapat diancam dengan hukuman mati dalam
Islam. Kejahatan tersebut dikategorikan sebagai fasad fil ardh atau melakukan kerusakan
di muka bumi. Meskipun dalam ajaran Islam memang memberlakukan hukuman mati,
namun masih ada ketentuan mendetail untuk orang yang akan mendapatkan hukuman
mati tersebut sehingga seseorang tidak dihukum secara sembarang dengan hukuman mati
menurut agama islam.
Dalil-dalil yang menjelaskan Hukuman Mati dalam Islam:
QS. Al-Maidah ayat 45
“Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi. Dan luka-luka (pun) ada
qishashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishash)nya, maka
melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang zalim.”
Adapun jenis-jenis orang yang berhak dihukum mati menurut Agama Islam, yaitu
manusia pembunuh, manusia pezina muhshan dan manusia murtad. Ketiga jenis tersebut
sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yakni:
“Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
dan saya adalah Rasul-Nya, kecuali disebabkan oleh salah satu dari tiga hal, yaitu
orang yang telah kawin kemudian berzina (pezina muhshan), orang yang dihukum mati
karena membunuh, dan orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari
jamaah (murtad).” (HR Bukhari dan Muslim)
Vonis yang nantinya akan dikeluarkan oleh mahkamah Islam lewat hakim akan
didasari dengan beberapa ayat Al-Quran, hadist serta hukum Islam yang sesuai dengan
dua sumber hukum utama.
3. Filsafat ilmu atau hokum
Teori Pendukung Hukuman Mati 
Ada beberapa teori yang dapat dijadikan dasar untuk mendukung hukuman mati,
antara lain: teori Absolut, teori Relatif dan teori Gabungan.
Menurut teori Absolut, syarat dan pembenaran dalam penjatuhan pidana tercakup
dalam kejahatan itu sendiri, siapa yang mengakibatkan penderitaan, maka ia pun harus
menderita. Hal tersebut tampak dalam pendapat Immanuel Kant: "Di dalam hukum,
pidana tidak dapat dijatuhkan hanya sebagai sarana untuk memajukan kesejahteraan
umum. Hukuman atau pidana hanya dapat dijatuhkan pada seseorang karena ia
bersalah melakukan kejahatan."
Teori kedua adalah teori Relatif. Menurut teori Relatif, penjatuhan pidana
tergantung dari efek yang diharapkan dari penjatuhan pidana itu sendiri, yakni agar
seseorang tidak mengulangi perbuatannya. Hal tersebut tampak dalam pendapat
Feuerbach dalam teorinya menghendaki penjeraan bukan melalui pidana, melainkan
melalui ancaman pidana dalam perundang-undangan.
Teori ketiga adalah teori Gabungan. Thomas Aquinas membedakan antara pidana
sebagai pidana dan pidana sebagai obat. Ketika negara menjatuhkan pidana, maka perlu
diperhatikan pula fungsi prevensi umum dan prevensi khusus.
Dengan ajaran ini akan tercipta kepuasan nurani masyarakat dan ada pemberian
rasa aman kepada masyarakat. Pembelajaran dan rasa takut juga akan muncul dalam
masyarakat, termasuk perbaikan dari pelaku kejahatan. Negara dalam menjatuhkan
pidana sebagai pembalasan, penjeraan, dan perbaikan disubordinasikan terhadap
kemanfaatan dari penjatuhan pidana tersebut. Pidana sebagai pembalasan dipandang
sebagai sarana untuk menegakkan tertib hukum. 
Kesimpulan
Adanya pro dan kontra penerapan hukuman mati, dalam hal ini mengenai banyak pihak
yang pro dan kontra terhadap hukuman mati, dalam hal ini karena Indonesia sudah melaksanakan
hukuman tersebut maka oleh sebab itu kita sebagai warga negara Indonesia yang baik mengikuti
akan aturan yang dibuat oleh pemerintah,dan sebagai warga negara seharusnya dalam melakukan
suatu hal dan dalam berperilaku dalam keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar tidak sampai melakukan pelanggaran yang nantinya dapat diberi
hukuman.

Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk diterapkan di
dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan, umumnya dalam
bidang agama yang sering kali membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan.
Untuk itulah diperlukan sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:

1.Al-Quran

Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat Muslim yang diturunkan
kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungan-
kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al-
Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta
masyarakat yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah, ayat-ayat Al-Quran menjadi landasan utama untuk
menetapkan suatu syariat.

2.Al-Hadist

Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu yang berlandaskan pada
Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-
aturan yang merinci segala aturan yang masih global dalam Al-quran. Kata hadits yang mengalami
perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti segala perkataan (sabda),
perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum Islam.

3.Ijma’

Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara
dalam agama.” Dan ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat,
tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama
telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,sehingga tak dapat dipastikan
bahwa semua ulama telah bersepakat.

4.Qiyas

Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti
menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran ataupun hadis dengan cara
membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya
tersebut.Artinya jika suatu nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam
dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan hukum tersebut,
kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga,
maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang ada nashnya.[3]

Pelaksanaan hukuman mati di indonesia

1. Bahwa alasan dari mereka yang pro pidana mati adalah karena adanya peningkatan kualitas dan
kuantitas kejahatan dari waktu ke waktu, maka para penjahat yang makin mengganas perlu diberikan
shock terapy (terapi kejutan), berupa pidana mati terutama bagi penjahat-penjahat tertentu yang
memang tidak bisa lagi diharapkan untuk dapat berubah. Sedangkan mereka yang kontra pidana mati
memberikan alasan bahwa pidana mati sifatnya final, sehingga sekali dijatuhkan tidak dapat diperbaiki
lagi, walaupun ternyata terjadi kekliruan terhadap terpidana, juga pidana mati akan menutup
kemungkinan bagi terpidana untuk memperbaiki kesalahannya di masa yang akan datang.

2. Berdasarkan Undang-Undang No. 2/PNPS/1964 maka tata cara pelaksanaan pidana mati di
Indonesia dilakukan dengan ditembak sampai mati, oleh satu regu penembak, yang dilakukan disuatu
tempat dalam daerah hukum pengadilan yang menjatuhkan putusan tingkat pertama, terkecuali
ditentukan lain oleh Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia, yang pelaksanaannya dihadiri oleh
komisariat daerah (Kapolres) atau perwira yang ditunjuknya bersama dengan Jaksa Tinggi/Jaksa yang
bertanggung jawab.

Filsafat ilmu adalah usaha yang terus menerus untuk memperoleh pandangan yang mendalam dan
mendasar tentang ilmu.

Hokum adalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan mengatur tingkah laku
manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah terjadinya kekacauan. Setiap negara
mempunyai aturan-aturan hukum tersendiri yang berbeda dengan negara lain, termasuk Indonesia.

Alasan kenapa kita menyetujui hukuman mati tersebuat adalah agar orang-orang tidak berani lagi untuk
membuat kejahatan nah kadang-kadang

Anda mungkin juga menyukai