Disusun oleh :
Nim : 0117059/4B
2020-2021
BAB 1 PENDAHULUAN
Jumlah penderita tuberculosis setiap tahun diseluruh dunia terus meningkat pada tahun 2017
diperiraan yang meninggal 1,2 juta pada orang penderita tuberculosis paru penyebab kematian
adalah aibat penyakit ini ditularkan melalui udara,percikan dahak. Dalam peningkatan
tuberculosis paru merupaan masalah serius di dunia. Tuberculosis paru dipuskesmas prambon
sidoarjo pada tahun 2019 81 penderita tuberculosis paru. Pada tahun ini penderita tuberculosis
paru adalah 66 penderita.
Kepatuhan minum obat tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
penderita merasa bosan dengan program pengobatan yang lama, penderita merasa tidak nyaman
dengan efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut, penderita lupa membaa obat saat
berpergian jauh, dan penderita merasa dirinya telah sembuh arena tidak adanya gejala yang
timbul sehingga memutuskan untu tida minum obat. Penyakit tuberculosis paru menimbulkan
dua dampak yaitu dampak dari penyakit tuberculosis paru serta dampak dari pengobatan
tuberculosis paru penyakit tuberculosis paru menimbulkan dampak secara fisik yaitu gangguan
kenyamanan seperti nyeri dada,keletihan dan mengalami sulit bernafas (smeltzer dan bare
2002). Menurut smith (2005) dampak penyakit tuberculosis paru pada klien adalah tidak dapat
melaksanakan aktifitas fisik sehari-hari dan juga rata-rata klien tuberculosis paru akan
kehilangan aktu kerja produktifnya dalam 6 bulan pengobatan tuberculosis paru. Dampak yang
berbahaya jika penyakit tuberculosis paru tidak segera diobati akan berakibat kesakitan janga
panjang,kematian. Dampak psikologis akibat penyakit tuberculosis paru diantarannya
menimbulkan stress,bingung,penyesalan,dan meningkatnya emosipada klien.
Penyakit tuberculosis paru membutuhkan aktu pengobatan yang panjang dengan
obat yang cukup banyak serta mempunyai berbagai efek pengobatan sehingga seringkali
menyebabkan penderita putus berobat,dukungan sosial yang baik diperluan dalam masa
pengobatan penyakit tuberculosis paru yang mengharuskan untuk mengkonsumsi obat secara
rutin tanpa henti. Kepatuhan ialah ketaatan pasien dalam menjalankan pengobatan yang
disarankan oleh dokter (hendiani, 201). Dukungan sosial dari keluarga dapat dibentuk untuk
membantu kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan (hasanah, 2017). Dukungan sosial
dapat berpengaruh terhadap individu sehingga menumbuhkan keyakinan pada penderita untu
dapat sembuh dari penyakit yang di deritanya. Bagi penderita tuberculosis tentu saja tida mudah
untuk melakukan atifitas-aktifitas seperti sebelum menghadapi penyakit hal ini tentunya
membutuhkan banyak dukungan sosial dari lingkungannya seperti dukungan emosional yaitu
dukungan yang melibatkan ekspresi atau penyampaian rasa empati,kepedulian, dan perhatian
terhadap orang lain sehingga dukungan ini dapat memberikan perasaan aman,nyaman,dan
perasaan dicintai dalam situasi-situasi stress (sedjati, 201)
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
apakah ada hubungan mekanisme koping stress dengan kepatuhan minum obat pada
penderita TB paru diprambon sidoarjo
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
mengetahui hubungan mekanisme koping stress dengan kepatuhan minum obat TB paru
diprambon sidoarjo
1.3.2 Tujuan Khusus
1. mengidentifikasi mekanisme koping stress masyarakat terhadap kepatuhan minum
obat TB paru diprambon sidoarjo
2. mengidentifikasi kepatuhan minum obat TB paru diprambon sidoarjo
3. menganalisis hubungan mekanisme koping stress dengan kepatuhan minum obat TB
paru diprambon sidoarjo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan Dan Petugas Kesehatan
diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikandasar teori perawat desa untuk edukasi
tentang kepatuhan minum obat TB paru.
1.4.2 Manfaat Bagi Responden
diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan supaya responden
dapat mengetahui dengan baik tentang kepatuhan minum obat pada TB paru.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan
diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan dan
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya pada mahasiswa STIKES DIAN
HUSADA MOJOKERTO
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti
untuk menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti sekaligus sebagai media dalam
mengemukakan pendapat tentang hubungan mekanisme koping stress dengan kepatuhan
minum obat pada penderita TB paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mekanisme Koping
Kemampuan menghadapi stress berbeda pada setiap individu tergantung kemampuan koping
yang dimiliki. Koping merupakan respon yang dilakukan tubuh untuk mengurangi beban
fisik,emosional, dan psikologis yang berhubungan dengan akivitas atau kesibukan sehari-hari.
Bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negative
yang ditimbulkannya.Bahkan diantara mereka yang menilai suatu situasi sebagai penuh stress,
efek stress dapat bervariasi tergantung bagaimana individu menghadapi berbagai situasi yang
terjadi. Koping yang efektif dan tepat akan memberikan kemampuan kepada pasien untuk
menyesuaikan diri atau mennghadapi stressor seperti nyeri, hilangnya sebagianfungsi tubuh,
mual muntah, kelelahan, penurunan mobilitas, isolasi social, harga diri, ketidak pastian, takut
Menurut Siswanto (2007), stresor yang sama dapat menimbulkan respon yang berbeda pada
1) Usia
Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stres dan jenis stresor yang paling
mengganggu. Usia dewasa biasanya lebih mampu mengontrol stres dibanding dengan usia anak-
Wanita biasanya memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap stresor dibanding dengan pria
terutama wanita-wanita di usia produktif karena hormon-hormon masih bekerja secara normal.
3) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, toleransi dan pengontrolan terhadap stresor
4) Tingkat kesehatan
Orang yang sakit lebih mudah menderita akibat stres dibandingkan orang yang sehat.
5) Kepribadian
Seseorang dengan kepribadian tipe A (tertutup) lebih mudah terkena stres daripada orang dengan
6) Harga diri
Harga diri yang rendah cenderung membuat efek stres lebih besar dibandingkan dengan orang
segala tindakan yang diusahakan individu untuk mengatasi atau menanggulangi stres
yang langsung diarahkan pada penyebab stres atau stresor. Palliation (strategi koping
yang berfokus pada emosi emotional focused coping), perilaku kategori ini merupakan
ketegangan emosional yang timbul dari situasi stres, atau bertahan terhadap tekanan
emosi negatif yang dirasakan akibat masalah yang dihadapi. Jenis mekanisme koping
yang berfokus pada masalah mencakup tindakan secara langsung untuk mengatasi
terhadap kemampuan diri dalam mengatasi tantangan yang kita hadapi, harapan terhadap
kemampuan diri untuk menampilkan tingkah laku terampil, dan harapan terhadap
b. Dukungan sosial, individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan mengalami stres
yang rendah ketika mengalami stres, dan mereka akan mengatasi stres atau melakukan
dibandingkan pikiran yang pesimis berdasarkan cara individu melihat suatu ancaman.
Individu dengan pikiran optimis akan melihat masalah sebagai sesuatu hal yang harus
dihadapi sehingga mereka memilih menyelesaikan masalah yang ada (Mutoharoh, 2010).
perbedaan mekanisme koping antara laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki sering
menunjukkan perilaku-perilaku yang kita anggap sulit yaitu gembira berlebihan dan kadang-
kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak otoritas. Perempuan
diberi penghargaan atas sensitivitas, kelembutan, dan perasaan kasih (Mutoharoh, 2010).
Strategi koping diukur dengan dengan menggunakan skala Way of Coping Lazarus yang
sudah dimodifikasi dalam bahasa Indonesia dan sudah digunakan dalam penelitian.
Responden dikategorikan ke dalam kelompok problem focused coping (PFC) dan emotion
focused coping (EFC). Skala ini merupakan jenis pertanyaan tertutup bila jawaban selalu skor
4, sering skor 3, kadang-kadang skor 2, tidak pernah skor 1. Pernyataan ini berlaku untuk
tidak pernah skor 4, kadang-kadang skor 3, sesuai sering skor 2, selalu skor 1 (Halim, 2014).
Koping PFC = skor PFC> skor EFC, koping EFC jika skor EFC> skor PFC. PFC
dikategorikan sebagai strategi koping yang baik sedangkan EFC dikategorikan sebagai
strategi koping yang buruk. Nilai reliabilitas skala ini sebesar 0,89 sehingga dapat digunakan
dan memiliki hasil nilai validitas yang memuaskan karena nilai Cronbach’s alpha lebih dari
Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara teratur dan
lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan , walaupun efek
samping obat OAT sangat berdampak pada tubuh mereka akan tetapi respon keinginan pasien
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu
2) Keyakinan
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalanikehidupan. Penderita yang
berpegang teguh terhadap keyakinanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus
asa serta dapatmenerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan
untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana
penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan kalau
tahu akibatnya.
b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat
dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan
dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan
dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, sertapenderita mau
menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan
faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan
terhadap ketidaktaatan.
d. Dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku
kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat
yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi
pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah
mampu berapdatasi dengan program pengobatanya. Faktor lain adalah peran PMO, kolaborasi
petugas kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum
obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat kepatuhan dan keberhasilanya
2007).Pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang, sehingga kepatuhan minum
obat (adherence) juga sering menjadi masalah yang harusdipikirkan sejak awal pengobatan.
Minum obat yang tidak rutin terbukti telah menyebabkan resistensi obat yang dapat
pengaturanpenggunaan obat sesuai tujuannya terutama obat seperti yang dikehendaki. Aturan
minum obat sangat berpengaruh pada kepatuhan penderita (complience) (Nirmala, 2003,
mengurangi, mengatur dan mengelola stres yang dialami. Koping juga menjadi usaha individu
dalam mempertahankan penyesuaian diri terhadap situasi yang menyebabkan stres [27]. Untuk
mengatasi stres yang dialami diperlukan mekanisme koping yang adaptif, dengan mekanisme
koping yang adaptif maka stres yang dialami akansemakin ringan [15].Dengan mengetahui
penyebab stres maka dapat digunakan untuk mengatasi stres yang dialami. Penggunaan
mekanisme koping yang adaptif sangat membantu pasien untuk mengatasi stres akibat
penyakitnya. Dengan koping adaptif maka dapat meningkatkan pemikiran yang positif dan
perilaku positif seperti berhenti merokok, gaya hidup sehat, aktivitas fisik dan nutrisi yang tepat,
tidur yang cukup. Perilaku positif tersebut dapat meningkatkan kesehatan pasien, apabila
kesehatan dan kondisi fisik pasien baik maka stres juga akan berkurang [14]. Peneliti
berpendapat bahwa mekanisme koping memiliki hubungan berlawanan arah dengan stres,
semakin adaptif mekanisme koping yang dimiliki seseorang maka semakin ringan stres yang
dialami. Peneliti berpendapat bahwa koping menjadi usaha individu untuk beradaptasi dengan
situasi yang membuat tertekan dan stres, ketika individu mampu beradaptasi maka stres tidak
akan terjadi.Stres juga bergantung bagaimana individu memandang suatu masalah. Ketika
seseorang memandang suatu masalah sebagai musibah, maka yang dirasakan hanya kesedihan
dan hal tersebut menimbulkan pikiran negatif sehingga menyebabkan stres. Ditambah lagi
dengan sedih terus menerus maka sulit untuk memikirkan langkah apa yang harus diambil dalam
menghadapi masalah. Sebaliknya apabila seseorang memandang masalahsecara positif maka ia
akan dapat mengambil hikmah dari masalah yang dialami. Misalnya dengan sakit yang dialami
sisi negatifnya tidak bisa bekerja dan harus berobat, namun sisi positifnya waktu bersama
keluarga menjadi banyak dan lebih menjaga kesehatan.Selain itu koping adaptif juga dapat
dilakukan dengan cara menerima kondisi penyakit, dengan menerima maka individu akan lebih
merasa tenang. Ketika merasa tenang stres yang dialami juga akan berkurang. Ditambah lagi
ketika merasa tenang maka individu akan mampu berpikir jernih tentang apa yang harus
(mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru ,tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. TB paru adalah penyakit yang menular melalui udara
(airborne disease).Kuman TB menular dari orang ke orang melalui percikan dahak. Ketika
penderita TB paru aktif batuk,bersin,bicara atau tertawa. Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembap .dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat tertidur lama selama beberapa tahun.
panjang 1-4mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm sebagian besar komponen tuberculosis adalah
berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan
dengan zat kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai
daerah yang banyak oksigen.Oleh karena itu tuberculosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi.Daerah tersebut menjadi
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalan keadaan dingin (dapat tahan bertahun-
tahun dalam lemari es).Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam sifat
dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan
pernapasan. Hasil mikrobacterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
nafas sampai alfeoli maka terjadilah infeksi primer selanjutnya menyerang kelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks keduanya ini dinamakan tuberculosis
1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer adalah peradangan jaringan paru
oleh karena itu terjadi penularan ulang yang mana didalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap hasil tersebut. Jika penyebab penularan TB telah diketahui, sumber
penyelidikan yang luas. Jika penyebabnya diketahui sementara sumber dan cara
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita penyakit
tuberculosis pada orang lain. Penularan tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada dalam ruangan tidur atau
ruang kerja yang sama, penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia
menderita sakit tuberculosis. Droplet yang mengandung hasil tuberculosis yang dihasilkan
dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1-2 jam tergantung ada atau
tidaknya sinar matahari serta ventilasi ruangan dan kelembapan.Dalam suasana yang gelap
dan lembap kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet
terhirup oleh orang lain yang sehat maka droplet akan masuk ke system pernafasan dan
terdampar pada dinding system pernafasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran
pernafasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli. Pada tempat
terdamparnya hasil tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan. Tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi.
Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrophage, sehingga
berkurang atau tidaknya kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari
macrophage adalah membunuh kuman jika proses ini berhasil dan macrophage lebih banyak
maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru
dengan membentuk tuberkel ( biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan
akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul pekejuan
ditempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat penderita batuk
yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah.
1.batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan.Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering( non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan kemudian menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3
2. batuk darah
Pada saat batuk darah yang dikeluarkan yaitu dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.Batuk ringannya batuk darah
3.sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan apabila terjadi kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti evusi pleura,
4. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberculosis paru termasuk nyeri pleuritic yang ringan.Gejala nyeri dada ini
a. factor lingkungan
kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan hunian, lingkungan rumah,serta lingkungan dan
sanitasi tempat bekerja yang buruk. Semua factor tersebut dapat memudahkan penularan
penyakit tuberculosis.
dengan pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup dengan layak seperti tidak
c. status gizi
sehingga rentan terhadap berbagai penyakit termasuk tertular penyakit tuberculosis paru.
Keadaan ini merupakan factor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang
d. umur
penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda atau usia produktif, dewasa, maupun
lansia karena pada usia produktif orang yang melakukan kegiatan aktif tanpa menjaga
kesehatan beresiko lebih mudah terserang tuberculosis. Dewasa ini, dengan terjadinya
transisi demografi akan menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada
usia lanjut atau lebih dari 55 tahun, system imunologis seseorang menurun, sehingga sangat
e. jenis kelamin
menurut WHO penyakit tuberculosis lebih banyak diderita oleh laki-laki dari pada
perempuan,hal ini dikarenakan pada laki-laki banyak merokok dan minum alcohol yang
dapat menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga wajar jika perokok dan peminum
a.obat-obat primer
obat-obatan ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi dapat menimbulkan
resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Oleh karena itu, terapi ini selalu
dilakukan dengan kombinasi dari 2-4 macam obat untuk kuman tuberculosis yang sensitive.
Berikut obat anti tuberculosis yang termasuk obat-obat primer adalah (BPOM RI,2017) :
1. Isoniazid
Insoniazid merupakan devirat asam isonikotinat yang berkhasiat untuk obat tuberculosis
yang paling kuat terhadap mycobacterium tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
2. Rifampisin
Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak dipakai untuk
bakteri dengan menghambat sistesis protein terutama pada tahap transkripsi.Efek samping
dari rifampisin adalah gangguan saluran cerna, terjadi gangguan sindrim influenza,
Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
pirazinamid adalah tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek sampingnya adalah
anoreksia,ivterus,anemia,mual.
4. Etambutol
Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat mecegah pertumbuhan bakteri tuberculosis di
dalam tubuh. Indikasi dari etabutamol adalah tuberculosis dalam kombinasi dengan obat
lain. Efek samping penurunan tajam penglihatan pada kedua mata, penurunan terhadap
5. Streptomisin
Streptomisin adalah antibiotic yang dihasilkan oleh jamur tanah disebut Streptomyces
griseus yang dapat digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi seperti tuberculosis untuk
b. obat-obat sekunder
obat-obatan sekunder diberikan untuk tuberculosis yang disebabkan kuman yang resisten
atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Berikut yang
termasuk obat sekunder adalah kaproemisin, sikliserin, macrolide, quinolone dan
Pada tahap intensif (awal) penderita menciptakan obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap OAT, terutama rifampisin, bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita yang menularkan penyakit
menjadi tidak menularkan penyakit dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita
tuberculosis BTA positif menjadi BTA negative pada akhir pengobatan intensif.Pengawasan
ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Pada tahap lanjutan penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama.Tahap lanjutan ini pnting untuk membunuh kuman sehingga dapat
mencegah terjadinya kekambuhan.Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
c. Terapi komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
pada pengobatan medis konvesional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis.
Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu atau pemberi asuhan tidak mengikuti sesuai
dengan rencana perawatan atau pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan,
sehingga menyebabkan hasil perawatan atau pengobatan tidak efektif (Tim pokja SDKI DPP
PPNI,2016).
Menurut (bulechek, 2015) ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan pemberi asuhan
yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh
asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketetapan, rencana promosi kesehatan atau
Menurut (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016) penyebab ketidakpatuhan yaitu
menentu)
penglihatan/pendengaran,kelelahan,kurang motivasi)
Berikut tanda dan gejala ketidakpatuhan terhadap pengobatan tuberculosis menurut (Tim pokja
Subjektif :
Objektif :
Tujuan pengobatan pada penderita tuberculosis paru selain untuk menyembuhkan atau
mengobati penderita juga dapat mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
Keterangan :
: Tidak diukur.
: Diukur.
: Mempengaruhi
menurut lie liana fuadiati 2019 menunjukkan hasil bahwa analisa bervariat dari
koping dengan stres pasien tb paru dirumah sakit jember dengan p value 0,00 dan
nilai koefisien korelasi (r)sebesar -0,529. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan
antara variabel keduannya tergolong sedang dan bernili negatif, yang artinya
semakin adaptif mekanisme koping maka semakin ringan stres yang dialami.
semakin lemah.
Menurut dwi rifqi putri wahyu hidayati 2019 menunjukkan hasil bahwa penderita
dibuktikan pada hasil tabulasi silang bahwa sebagian besar keluarga menjadi
Menurut limbu dalam penelitian septia 2013 tanpa pengobatan setelah lima tahun
50% dari pasien tuberkulosis paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri
dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus kronik yg mentap
menular.
negatif.
2.2.7 Hipotesis
H0 = ada hubungan mekanisme koping stres terhadap kepatuhan minum obat pada
penderita TB paru.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu carauntuk memperoleh suatu kebenaran. Ilmu pengetahuan
atau pemecahan masalah menurut metode keilmuan (Notoatmodjo, 2010). Pada bab ini akan
Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian,
serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut.(Setiadi,
Dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan
koping stres dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB paru di puskesmas.
Pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersaam pada data variabel lndependen dan
dependen.
Populasi
Semua pasien dengan TB Paru di Puskesmas prambon sidoarjo
Teknik Sampling :
Probability sampling dengan pendekatan simple random sampling
Sampel :
Sebagian pasien dengan TB paru di Puskesmas prambon sidoarjo yang
memenuhi kriteria inklusi ∑ = 62
Pengumpulan Data
Kuisioner Observasi
Mekanisme Koping
Pengolahan Data
Editing, coding, skoring, cleaning
Analisa Data
Uji Bivariat :Non Parametrik Uji Spearman
rho
Hasil dan Pembahasan
3.1 Alat Ukur Penelitian
Lembar observasi menurut Wina Sanjaya (2009: 84).berisikan daftar dari semua aspek
yang akan diobservasi,sehingga obsever tinggal memberi tanda pada aspek yang diobservasi.
Lembarobservasi dibuat berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai
kemampuanmembaca permulaan yang diambil oleh peneliti dan disesuaikan
denganPermendiknas No 58 Tahun 2009. Berikut akan disajikan tabel kisi-kisi
instrumenthubungan mekanisme koping stres dengan kepatuhan minum obat pada penderita
tuberkulosis paru.
No. Indikator Skor Deskripsi
1. Kepatuhan minum obat 1 Px mampu
menyebutkan
jadwal minum
obat.
2 Px mampu
menerapkan
kepatuhan
minum obat
2. Mekanisme stres 1 Px mampu
mengontrol
mekanisme stres
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat prambon sidoarjo
yang sebesar 61 orang, sampel diambil dari kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:
1. kriteria inklusi ; Usia penderita TB yang sedang menjalani pengobatan
2. kriteria ekslusi ; penderita TB
3. Besar sampel
Pada penelitian ini, jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu (Notoatmodjo,
2012):
N
n= 2
1+ N ( d)
62
n=
1+62(0,05)2
62
n=
1+62 ( 0,0025 )
62
n=
1+0,155
62
n=
1,155
n=53
Keterangan :
n = jumlah sampel.
N = jumlah populasi.
D = batas toleransi kesalahan (error tolerance).
Jadi, besar sampel pada penelitian ini adalah 53 orang penderita tb paru .
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan metode
simple random sampling. Untuk mencapai sampling ini, maka setiap elemen akan diseleksi
secara acak dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique atau teknik undian).
Semua nama responden dalam populasi didata dan diberikan nomor urut. Setelah itu, peneliti
menulis nomor urut responden sesuai data pada secarik kertas dan memasukkannya ke dalam
botol. Dari total populasi terjangkau sebanyak 53 orang penderita TB yang memenuhi kriteria
penelitian, kemudian dikeluarkan sebanyak 10 nomor, sehingga sisa nomor di dalam botol yang
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kemampuan membaca kepatuhan minum obat
metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam pengumpulan data
berisi suatu pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh respond3n
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner.
yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden (hidayat 2011). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup yang mencakup 10 pertanyaan
yang mengarah pada variabel independen mekanisme koping stres dan 5 pertanyaan yang
mengarah pada variabel depen yaitu kepatuhan minum obat TB. Peneliti menjelaskan
cara pengisian kuisioner kepada responden. Responden bertanya kepada peneliti jika
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
kuisioner yang telah di isi oleh responden lalu diperiksa kelengkapaannya kemudian
diberi kode responden. Data yang telah terkumpul diberi kode berupa angka yang terdiri
dijumlahkan 2-10
skor tertinggi = 2
skor terendah = 1
jumlah pertanyaan 10
: 2 x 10
: 20
: 1 x 10
: 10
dengan uji hipotesis (sulistyaningsih,2011) analisa data pada penelitian ini menggunakan
diterima yaitu ada hubungan mekanisme koping stres dengan kepatuhan minum obat
mempertimbangkan etika penelitian agar tidak menimbulkan masalah etik yang dapat
merugikan responden maupun peneliti. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat
rekomendasi dari STIKeS dan izin dari dinkes. Penelitian dimulai dengan melakukan
responden mengetahui tujuan penelitian, apabila responden menolak untuk diteliti maka
peneliti menghargai hak tersebut, hal-hal yang dijelakan meliputi status responden selama
penelitian dengan menyatakan bahwa data yang mereka berikan akan digunakan untuk
yang berisi penjelasan mengenai mekanisme koping stress dan kepatuhan minum obat TB
paru dan pernyataan kesediaan untuk menjadi responden. Responden yang bersedia
dilakukan dengan cara menggunakan kode dan alamat responden pada lembar kuisioner
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Kerahasiaan informasi yang berkaitan dengan responden dan data hasil penelitian
4. Keadilan (justice)
prinsip keadilan pada penelitian ini dilakukan dengan cara tidak membedakan jenis
kelamin,usia,suku/bangsa dan pekerjaan sebagai rencana tindak lanjut dari penelitian ini.
Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang mungkin terjadi pada
responden. Penggunaan asas kemanfaatan pasa penelitian ini dilakukan dengan cara
menjelaskan secara detail tujuan, manfaat, dan teknik penelitian kepada responden.
Daftar Pustaka
Lampiran 1
Jawaban
No Pertayaan YA Tdak