Anda di halaman 1dari 1

Hambatan Penyelsaian proses hukum atas kasus pelanggaran HAM berat

Komnas HAM menyimpulkan bahwa penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia belum
mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor terjadinya pelanggaran HAM
seperti: banyaknya pertaturan yang tidak diimbangi dengan penguatan kebijakan
perlindungan HAM dan sosial; eksisnya regulasi yang tidak sesuai dengan prinsip hak asasi
manusia; serta lemahnya kemampuan institusi negara dalam hal pemahaman, penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan HAM. Dalam perkembangan kasus pelanggaran HAM berat
juga terdapat hambatannya. Komnas HAM yang memiliki wewenang sebagai penyelidik
kasus pelanggaran HAM memastikan Jaksa Agung melanjutkan prosesnya ke pengadilan.
Namun dari Jaksa Agung sendiri menghadapi kendala dalam penyelsaian kasus HAM berat di
masa lalu, yakni belum ada pengadilan HAM ad hoc, sedangkan mekanisme dibentuknya atas
usul DPR RI berdasarkan keputusan Presiden (seperti yang termaktub dalam pasal 43
Undang-Undang No. 26 Tahun 2000). Oleh karena itu, diperlukannya kemauan dari aparat
negara untuk menuntas kasus-kasus pelanggaran HAM berat, serta dorongan dari publik
untuk menuntut penyelsaian kasus-kasus tersebut. Kendati pelanggaran HAM yang belum
diatur dalam Undang-Undang harus mendapat perhatian khusus dalam bentuk Pengadilan
HAM Ad Hoc maupun penyelsaian non-yudisial melalui kompensasi rehabilitasi. Profesor
Bernardus Maria Taverne pernah mengatakan “berikan aku hakim, jaksa, polisi, dan advokat
yang baik, niscaya akan berantas kejahatan meski tanpa Undang-Undang sekalipun”
perkataan beliau menafsirkan bahwa dalam penegakan hukum bukan ditentukan oleh undang-
undangnya melainkan oleh manusianya.

Anda mungkin juga menyukai