Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2656-8233 (media online)

Acta Holist. Pharm. Vol. 1 No. 1: 9-18


DOI: -

RESEARCH ARTICLE

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN


ANAK PENDERITA PENYAKIT PNEUMONIA DI RUMAH
SAKIT WIRABUANA PALU PERIODE JULI-DESEMBER 2017
1,* 2
Viani Anggi , Alfrikson Sulemba
1 2
Program Studi Diploma 3 Farmasi STIFA Pelita Mas Palu, Sulawesi Tengah, STIFA Pelita Mas
Palu, Sulawesi Tengah

ABSTRAK Detail riwayat artikel


Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada paru-paru yang terjadi Dikirimkan: 26 Februari 2019
pada kantung udara (alveolus). Pneumonia merupakan masalah kesehatan di Direvisi: 26 Maret 2019
dunia karena angka kematiannya yang tinggi, tidak hanya di negara maju tapi Diterima: 2 April 2019
juga di negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Asia Tenggara.
Penggunaan antibiotik bertujuan untuk mengobati penyakit infeksi sehingga *Penulis korespondensi
Viani Anggi
penggunaannya sangat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
penggunaan antibiotik pada pasien anak penderita penyakit pneumonia di Alamat/ kontak penulis:
Rumah Sakit Wirabuana Palu Periode Juli-Desember 2017. Penelitian ini Sekolah Tinggi Farmasi Pelita
menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran Mas
dengan cara yang akurat tentang Evalusi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Jl. Wolter Monginsidi No.106
Anak Penderita Penyakit Pneumonia di Rumah Sakit Wirabuana Palu Periode A, Lolu Sel., Palu Sel., Kota
Juli-Desember 2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi Palu, Sulawesi Tengah 94111
penggunaan antibiotik berdasarkan tepat indikasi nilainya 100%, tepat obat
nilainya 100%, tepat pasien 100% dan tepat dosis nilainya 94,28%. E-mail korespondensi:
viani.anggi@gmail.com
Pemberian antibiotik lebih mengutamakan antibiotik golongan sefalosporin
generasi ketiga yaitu cefadroxil (14,3%), cefotaxime (48,6%), cefixime (20%)
dan ceftriaxone (17,1%). Petunjuk penulisan sitasi/
pustaka:
Kata kunci: Evaluasi penggunaan obat, antibiotik, pasien pneumonia Anggi V, Sulemba A. Evaluasi
penggunaan antibiotik pada
pasien anak penderita
penyakit pneumonia di rumah
sakit wirabuana palu periode
juli-desember 2017. Act Holis
Pharm. 2019. 1 (1): 9-18.

PENDAHULUAN anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari diasuh secara bertanggung jawab sehingga
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan memungkinkan anak tumbuh dan
setiap orang hidup produktif secara sosial berkembang secara sehat. Oleh karena itu,
dan ekonomi serta merupakan hal mendasar sebagai orang tua harus memperhatikan dan
bagi setiap hidup manusia. Anak merupakan memenuhi kebutuhan anak dalam
individu unik sebagai amanah dan karunia pertumbuhan dan perkembangannya dan
Tuhan Yang Maha Esa yang membutuhkan memahami anak sesuai tahap
perhatian dan kasih sayang. Undang-Undang perkembangannya (Masuili, dkk. 2014.)
Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 Pneumonia adalah infeksi atau
tentang Kesehatan pada Bab VII bagian peradangan pada paru-paru yang terjadi
kedua Pasal 132 Ayat 1 menyatakan bahwa pada kantung udara (alveolus). Akibat angka

9
Evaluasi penggunaan antibiotik Anggi
pada pasien
dan Sulemba
anak penderita penyakit pneumonia
...

kematiannya yang tinggi, pneumonia terapi antibiotika yang tepat dan rasional
merupakan masalah kesehatan di dunia. akan menentukan keberhasilan pengobatan
Masalah terkait pneumonia terjadi tidak untuk menghindari terjadinya resistensi
hanya di negara maju, tetapi juga di negara bakteri, dikarenakan antibiotik merupakan
berkembang seperti Afrika Selatan dan Asia obat yang paling banyak digunakan pada
Tenggara. Insidensi pneumonia di dunia infeksi yang disebabkan oleh bakteri
sebesar 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak (Marsono, Yuda. 2015). Berbagai studi
< 5 tahun setiap tahunnya meninggal akibat menemukan bahwa sekitar 40-62%
pneumonia. Di negara-negara berkembang antibiotik digunakan secara tidak tepat
pneumonia merupakan penyebab utama antara lain untuk penyakit-penyakit yang
kematian pada anak usia balita. Tahun 2012 sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
sebanyak 1,1 juta anak meninggal karena Pada penelitian kualitas penggunaan
pneumonia, sebagian besar balita yang antibiotik di berbagai bagian rumah sakit
meninggal berusia kurang dari 2 tahun. ditemukan 30%-80% tidak didasarkan pada
Setiap tahun lebih dari 2 juta anak balita indikasi (Kemenkes RI, 2011).
meninggal disebabkan oleh pneumonia, Berdasarkan hal tersebut, peneliti
kejadian tersebut melebihi kejadian pada terdorong untuk melakukan penelitian
penyakit AIDS, malaria, dan TBC (WHO, terhadap evaluasi penggunaan antibiotik
2013). pada pasien anak penderita penyakit
Di Indonesia pneumonia berada pada pneumonia di Rumah Sakit Wirabuana Palu
peringkat 10 besar penyakit penyebab periode Juli-Desember 2017.
kematian bayi dan balita yang mencapai
22,23% setiap tahunnya (Kemenkes RI, METODE PENELITIAN
2017). Tahun 2012 kejadian pneumonia di Penelitian ini menggunakan jenis
Indonesia pada balita mencapai 10%-20% penelitian deskriptif yaitu dengan
dengan angka kematian 6 per 1000 kelahiran memberikan gambaran secara akurat
hidup. Kejadian pneumonia di Indonesia tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada
merupakan kejadian ke-6 terbesar di dunia pasien anak penderita penyakit pneumonia
(WHO, 2006). Pneumonia cenderung terjadi di Rumah Sakit Wirabuana Palu. Hal ini
pada anak laki-laki. Hal ini berdasarkan dilakukan agar dapat diketahui bagaimana
beberapa pendapat bahwa dominasi penggunaan antibiotik pada pasien anak
kejadian bronchiolitis yaitu pada anak laki- penderita penyakit pneumonia di Rumah
laki yang dirawat 1,25-1,6 kali lebih banyak Sakit Wirabuana Palu periode Juli-Desember
dari perempuan atau sebanyak 63% yang 2017. Data yang dikumpulkan dalam
disebabkan berat badan lahir rendah, tidak penelitian ini yaitu penelitian berdasarkan
mendapatkan ASI eksklusif, tidak rekam medis pasien yang sesuai
mendapatkan imunisasi secara lengkap, karakteristik pasien yaitu usia, jenis kelamin,
paparan asap rokok dan populasi, defisiensi dan diagnosa pasien. Kriteria yang
vitamin A dan gizi buruk (IDAI 2010). digunakan dalam menilai ketepatan obat
Konsep penggunaan obat yang rasional meliputi tepat obat, tepat indikasi, tepat
dalam beberapa tahun belakangan telah pasien dan tepat dosis. Penggunaan obat
menjadi topik perbincangan dalam berbagai dikatakan tepat indikasi yaitu perlu atau
pertemuan tingkat nasional maupun tidaknya pemberian antibiotik pada pasien
internasional. Pemilihan dan penggunaan anak penyakit pneumonia. Tepat obat

10 10
Acta Holist. Pharm. Vol. 1 No. 1: Acta
9-18Holist.
(2019)Pharm. Vol. 1 No. 1: 9-18 (2019)
berkaitan dengan kelas terapi dan jenis obat 3. Tepat pasien
berdasarkan pertimbangan manfaat, Persentase tepat pasien dihitung dari
keamanan, harga, dan mutu obat pada pasien banyaknya kasus yang tepat pasien dibagi
pneumonia. Tepat pasien yaitu ketepatan banyaknya kasus yang diteliti dikalikan
pemberian antibiotik pada anak yang 100%.
disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan
patologis pasien serta tidak memiliki
kontraindikasi pada pasien, yakni pasien
anak penyakit pneumonia. Tepat dosis yaitu 4. Tepat dosis
obat yang digunakan sudah sesuai dengan Persentase tepat dosis dihitung dari
dosis pemberian yang ditetapkan literatur. jumlah banyaknya kasus yang tepat dosis
Evaluasi penggunaan antibiotik pada dibagi banyaknya kasus yang diteliti
penelitian ini didasarkan pada standar terapi dikalikan 100%.
menurut Pusat Informasi Obat Nasional.

Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini 5. Waspada efek samping
dilakukan dengan cara mencatat hasil Persentase waspada efek samping
diagnosis atau terapi yang digunakan pada dihitung dari jumlah banyaknya efek
pasien anak pneumonia. Setelah data samping yang timbul dibagi banyaknya kasus
diperoleh, data dianalisis secara deskriptif yang diteliti dikalikan 100%.
presentase. Data akan dinyatakan dalam
bentuk persentase yang dilakukan dengan
cara melihat dan mengevaluasi penggunaan
antibiotik kemudian dibandingkan dengan Setelah menganalisis data dalam bentuk
standar yang ada, yaitu 4T 1W. Setelah persentase, kemudian hasilnya akan
menganalisis data dalam bentuk persentase, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
kemudian hasilnya akan disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi. HASIL
Dari penelitian yang dilakukan, jumlah
1. Tepat indikasi pasien anak pneumonia di RS Wirabuana
Persentase tepat indikasi dihitung dari Palu adalah 35 orang yang telah memenuhi
banyaknya kasus yang tepat indikasi dibagi kriteria inklusi. Pada Tabel 1 dapat dilihat
banyaknya kasus yang diteliti dikalikan karakteristik pasien anak pneumonia terdiri
100%. dari jenis kelamin dan usia. Jenis kelamin
pria mendominasi persentase pasien anak
terbanyak yakni sebesar 65,71% dan sebesar
34,29% untuk anak dengan jenis kelamin
2. Tepat obat wanita. Kemudian hasil penelitian pada
Persentase tepat obat dihitung dari Tabel 2 yang menunjukan besaran nilai
banyaknya kasus yang tepat obat dibagi persentase antibiotik dan persentase bentuk
banyaknya kasus yang diteliti dikalikan sediaan antibiotik yang digunakan oleh
100%. pasien anak pneumonia di RS Wirabuana
Palu. Selain itu dilakukan analisis terhadap
Tabel 1. Persentase karakteristik pasien anak pneumonia di RS Wirabuana Palu
NO KARAKTERISTIK N (35) PERSENTASE (%)
1 Jenis Kelamin
Pria 23 65,71%
Wanita 12 34,29%
2 Usia
0-5 tahun 24 68,5%
6-11 tahun 11 31,5%
Sumber: Data Rumah Sakit Wirabuana Palu
Grafik karakteristik berdasarkan jenis Grafik karakteristik berdasarkan usia
kelamin

cairan infus (Tabel 3) dan evaluasi bermain di dalam rumah (Suhandayani.


penggunaan antibiotik berdasarkan tepat 2006).
indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis Jenis kelamin merupakan salah satu
dan waspada efek samping pada Tabel 4. faktor risiko pneumonia. Karakteristik
penderita penyakit pneumonia berjenis
PEMBAHASAN kelamin laki-laki memiliki resiko lebih tinggi
1. Karakteristik pasien yaitu sebesar 19% dibandingkan yang
1.1 Jenis kelamin berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar
Berdasarkan hasil penelitian, pasien anak 18%. (Kemenkes RI 2013).
penderita penyakit pneumonia di RS
Wirabuana Palu periode Juli-Desember 2017 1.2 Usia
lebih banyak terjadi pada anak dengan jenis Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien
kelamin laki-laki dengan persentase 63,63% anak penderita penyakit pneumonia di RS
dan untuk jenis kelamin perempuan sebesar Wirabuana Palu periode Juli-Desember 2017
36,37%. Hal ini diperkuat dengan adanya berada pada rentang usia 0-11 tahun.
data pada tahun 2011 yang menyebutkan Kriteria usia pada penelitian ini dibagi
bahwa penderita penyakit pneumonia menjadi 2 bagian yaitu usia 0-5 tahun dan 6-
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. 11 tahun, dimana penyakit pneumonia lebih
Laki-laki lebih berisiko terkena pneumonia banyak terjadi pada rentang usia antara 0-5
akibat anak laki-laki lebih sering bermain di tahun. Pneumonia lebih sering terjadi pada
luar rumah. Dengan demikian, anak laki-laki anak usia <6 tahun yang berkaitan dengan
mengalami keterpaparan udara lebih banyak respon anak karena secara biologis sistem
daripada anak perempuan yang dominan pertahanan tubuh laki-laki dan perempuan
Tabel 2. Karakteristik distribusi antibiotik, bentuk sediaan pada pasien anak pneumonia di
RS Wirabuana Palu
FREKUENSI (N
NO Antibiotik =35) PERSENTASE (%)
1 Distribusi Antibiotik
Cefadroxil 5 14,3%
Cefotaxime 17 48,6%
Cefixime 7 20%
Ceftriaxone 6 17,1%
Total 100 %
2 Bentuk Sediaan Antibiotik
Sirup 5 14,3%
Injeksi 23 65,7%
Pulveres 7 20%
Total 100%
Sumber: Data Rumah Sakit Wirabuana Palu
Grafik karakteristik distribusi penggunaan antibiotik

Grafik karakteristik antibiotik berdasarkan bentuk sediaan

Tabel 3. Cairan elektrolit yang digunakan pada pasien anak pneumonia di RS Wirabuana
Palu
NO JENIS CAIRAN ELEKTROLIT N PERSENTASE (%)
1 Ringer Laktat 32 91,42%
2 Dextrose 5 % 3 8,58%
Total 35 100
Sumber: Data Rumah Sakit Wirabuana Palu
Grafik karakteristik cairan elektrolit

Tabel 4. Evaluasi ketepatan (indikasi, obat, pasien, dosis & efek samping) penggunaan
antibiotik pada pasien anak di RS Wirabuana Palu
JUML AH PENGGUNAAN PERSENTASE ( %)
KRITERIA
KERASIONALAN TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
SESUAI SESUAI
Tepat Obat 35 - 100 % -
Tepat Indikasi 35 - 100 % -
Tepat Pasien 35 - 100 % -
Tepat Dosis 35 - 100 % -
Waspada Efek 35 - 100 % -
Samping
Sumber: Data Rumah Sakit Wirabuana Palu

Grafik evaluasi kerasionalan obat berdasarkan tepat obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat
dosis, dan waspada efek samping

berbeda. Organ paru pada perempuan 2006).


memiliki daya hambat aliran udara lebih
rendah dan daya hantar aliran udara yang 2. Karakteristik antibiotik
lebih tinggi. Sehingga, sirkulasi udara dalam 2.1 Distribusi antibiotik
rongga pernapasan lebih lancar dan paru Berdasarkan dari karakteristik antibiotik
terlindungi dari infeksi patogen (Uekert dkk, pada Tabel 2 nomor 1, dapat dilihat bahwa
antibiotik yang digunakan pada banyak cara merobek jaringan kulit atau selaput
terapi anak umur 0 – 11 tahun di RS lendir (Graber, MA. 2003).
Wirabuana palu adalah antibiotik golongan
sefalosporin generasi ketiga yaitu cefadroxil, 2.3 Cairan elektrolit
cefotaxime, cefixime dan ceftriaxone. Hal ini Cairan elektrolit biasanya digunakan
dikarenakan antibiotik golongan sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian
sefalosporin generasi ketiga lebih aktif cairan elektrolit digunakan untuk menjaga
terhadap Enterobacteriaceae. Secara keseimbaangan cairan tubuh pasien.
kimiawi, cara kerja dan toksisitas antibiotik Keseimbangan elektrolit berpengaruh
golongan sefalosporin mirip dengan terhadap kinerja sel-sel dan organ tubuh
penisilin. Oleh karena itu, antibiotik agar bekerja optimal. Pada tabel distribusi
golongan sefalosporin ini digunakan sebagai cairan elektrolit (tabel 3), ditunjukan bahwa
alternatif bila terjadi hipersensitivitas penggunaan cairan elektrolit seperti Ringer
terhadap terhadap penisilin. Kemudian, pada Laktat (RL) sebanyak 91,42% dan Dextrose
Tabel 2 nomor 1 juga menunjukan bahwa 5% sebanyak 8,58% sangat dibutuhkan
antibiotik yang paling banyak digunakan dalam proses pengobatan penyakit
adalah cefotaxime karena cefotaxime lebih pneumonia pada anak. Pemberian cairan
aktif terhadap bakteri Gram negatif dan Ringer Laktat berfungsi sebagai cairan
Streptococcus pneumoniae/ Pneumococcus elektrolit untuk menjaga keseimbangan
(Fisher & Boyce, 2005). elektrolit dalam tubuh dan sebagai air untuk
hidrasi dimana pasien anak penderita
2.2 Bentuk sediaan antibiotik penyakit pneumonia sering mengalami
Pada Tabel 2 nomor 2, pemberian kesulitan dalam menelan. Sedangkan
antibiotik dalam bentuk injeksi mencapai pemberian pemberian cairan Dextrose 5%
65,7% yang dilakukan pada anak penderita bertujuan untuk memasok glukosa dalam
penyakit pneumonia berat, dimana penderita tubuh yang berfungsi sebagai sumber energi
tidak dapat makan dan minum bahkan (Anwari, 2007).
muntah-muntah sehingga pemberian
antibiotik secara oral tidak memungkinkan. 2.4 Evaluasi penggunaan antibiotik
Adapun pemberian antibiotik secara oral a) Tepat indikasi
yaitu dalam bentuk sirup dan puyer masing- Ketepatan indikasi pada panggunaan
masing 14,3% dan 20% pada anak penderita antibiotik dilihat dari ketepatan
penyakit pneumonia tidak terlalu berat. memutuskan pemberian obat yang
Kelompok ini tidak memiliki kesulitan dalam sepenuhnya berdasarkan alasan medis dan
menelan karena pemberian antibiotik secara terapi farmakologi yang benar-benar
oral lebih aman (Pudjiaji dkk, 2009). Pada diperlukan. Menurut data RS Wirabuana Palu
Tabel 2 menunjukan bahwa pemberian periode Juli-Desember 2017, pneumonia
antibiotik dalam bentuk sediaan injeksi lebih memenuhi kriteria tepat indikasi terhadap
banyak daripada bentuk sediaan sirup dan antibiotik yang didistribusikan karena sesuai
pulveres. Hal ini bertujuan untuk membantu dengan tanda-tanda yang tercantum dalam
atau memudahkan pasien dalam menerima rekam medik dan hasil diagnosa yang
distribusi antibiotik ketika mengalami menunjukan bahwa perlu adanya terapi
kesulitan dalam menelan dan juga untuk antibiotik. Pemakaian antibiotik tanpa
mempercepat efek yang diinginkan dengan didasari bukti infeksi dapat menyebabkan
meningkatkan insiden resistensi maupun berdasarkan tepat pasien bernilai 100%.
potensi Reaksi Obat Berlebihan (ROB) Semua obat yang diresepkan pada pasien
(Depkes, 2005). Pemberian antibiotik pada pneumonia di RS Wirabuana Palu periode
35 pasien anak penderita penyakit Juli-Desember 2017 sesuai dengan keadaan
pneumonia tanpa penyakit penyerta di RS patologi dan fisiologi pasien serta tidak
Wirabuana Palu dari umur 4 bulan – 11 menimbulkan kontraindikasi pada pasien.
tahun periode Juli-Desember 2017, 100% d) Tepat dosis
tepat indikasi. Kriteria tepat dosis yaitu tepat dalam
frekuensi pemberian, dosis yang diberikan,
b) Tepat obat dan jalur pemberian obat kepada pasien. Bila
Berdasarkan diagnosis yang tepat, maka peresepan antibiotik berada pada rentang
harus dilakukan pemilihan obat yang tepat. dosis minimal dan dosis perhari yang
Tepat obat berkaitan dengan kelas terapi dan dianjurkan, maka peresepan dikatakan tepat
jenis obat berdasarkan pertimbangan dosis. Dikatakan dosis kurang atau dosis
manfaat, keamanan, harga, dan mutu obat terlalu rendah adalah apabila dosis yang
pada pasien penderita penyakit pneumonia. diterima pasien berada dibawah rentang
Pemilihan jenis obat yang tidak tepat, dapat dosis terapi yang seharusnya diterima
menyebabkan pengobatan yang tidak sesuai pasien. Dosis yang terlalu rendah dapat
dengan indikasi dan dapat menimbulkan menyebabkan kadar obat dalam darah
efek samping bahkan gejala-gejala yang berada dibawah kisaran terapi, sehingga
dapat berakibat fatal (Gunawan, 2007). tidak dapat memberikan respon yang
Ketepatan pemilihan obat harus berdasarkan diharapkan. Sebaliknya, dosis obat yang
pedoman dan diagnosis pneumonia. terlalu tinggi dapat menyebabkan kadar obat
Antibiotik golongan sefalosporin generasi dalam darah melebihi kisaran terapi
ketiga merupakan antibiotik yang paling menyebabkan keadaan toksisitas.
banyak diresepkan yaitu cefadroxil (14,3%), Pada data ketepatan dosis, penggunaan
cefotaxime (48,6%), cefixime (20%) dan antibiotik untuk tepat dosis semuanya sudah
ceftriaxone (17,1%). Pengobatan untuk sesuai dengan standar yang dianjurkan dan
pasien pneumonia diberikan antibiotik yang tidak menemukan kesalahan pemberian
efektif terhadap organisme tertentu (Price & dosis. Hal ini dapat dilihat pada pada Tabel 4
Wilson, 2006). yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
satu pun kesalahan pemberian dosis,
c) Tepat pasien sehingga untuk evaluasi ketepatan dosis
Ketepatan pasien ialah ketepatan antibiotik di Rumah Sakit Wirabuana Palu
pemilihan obat yang mempertimbangkan mencapai 100%.
keadaan pasien sehingga tidak menimbulkan
kontraindikasi kepada pasien secara e) Waspada efek samping
individu. Evaluasi ketepatan pasien pada Pemberian obat potensial menimbulkan
penggunaan antibiotik dilakukan dengan efek samping yaitu semua efek yang tidak
membandingkan kontraindikasi obat yang diinginkan yang timbul dan dapat
diberikan dengan kondisi pada data rekam membahayakan atau merugikan pasien
medik. Dari penelitian yang dilakukan (adverse reactions) akibat penggunaan obat
terhadap 35 data rekam medik pasien dengan dosis terapi tertentu (Swestika,
pneumonia diperoleh nilai penggunaan obat 2013). Masalah efek samping tidak bisa
dikesampingkan karena dapat menimbulkan Fisher, G. R., dan Boyce, G. T, 2005.
berbagai dampak dalam penggunaan obat Pneumonia Syndromes. Pediactric
baik dari sisi ekonomi, psikologi, dan Infection Diseases. A Problem-Oriented
keberhasilan terapi. Evalusi efek samping Approach. Fourth Edition. Lippincot
obat yang diberikan pada pasien anak Williams & Wilkins. USA
penderita penyakit pneumonia di Rumah Gunawan, S. G, 2007. Farmakologi dan
Sakit Wirabuana Palu periode Juli-Desember Terapi, Edisi 5, Hal 667-719. Penerbit
2017 dapat dilihat dari efek samping yang FKUI, Jakarta
ditimbulkan oleh obat yang digunakan. Graber, MA. 2003. Terapi Cairan, Elektrolit
Persentase pengunaan obat berdasarkan dan Metabolik. Edisi 2. Framedia.
waspada efek samping diperoleh nilai 100% Jakarta.
sudah sesuai (tidak menimbulkan efek IDAI. 2010. Rekomendasi Ikatan Dokter
samping). Hal ini dapat dilihat dari Tabel Anak Indonesia: Asuhan Nutrisi
4.10 dimana penggunaan antibiotik pada Pediatrik. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
pasien anak penderita penyakit pneumonia Indonesia
di Rumah Sakit Wirabuana Palu periode Juli- Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman
Desember 2017 tidak menimbulkan efek Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta :
samping. Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil
KESIMPULAN Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian tentang Kemenkes RI
evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien Marsono, Yuda. 2015. Thesis. Evaluasi
penderita penyakit pneumonia di Rumah Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Sakit Wirabuana Palu periode Juli-Desember Pneumonia Dengan Metode Gyssens Di
2017 dapat disimpulkan bahwa dari 35 Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
pasien terdapat 35 pasien (100%) yang tepat Umum Daerah Dokter Moewardi
indikasi, 35 pasien (100%) tepat obat, 35 Surakarta Tahun 2013. Surakarta:
pasien (100%) tepat pasien dan tepat dosis Universitas Muhammadiyah Surakarta
sebanyak 35 pasien (100%). Sehingga Pudjiaji, A. H., Hegar, B., Handryastuti, S.,
didapatkan pemberian antibiotik yang Idris, N. S., Gandaputra, E. P.,
rasional sebanyak 100% dari total 35 pasien Harmoniati E. D. 2009. Pneumonia.
anak pneumonia usia 0-11 tahun di Rumah Pedoman Pelayan Medis. Ikatan Dokter
Sakit Wirabuana Palu periode Juli-Desember Indonesia. Jakarta
2017. Price, S. A & Wilson, L. M, 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
REFERENSI Edisi 6, diterjemahkan oleh Braham U.
Anwari, I. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit Jakarta: Kedokteran EGC
dan Mineral,Halaman2.http:// Suhandayani. 2006. Hubungan Berat Badan
www.pssplab.com/journal/01.pdf Lahir dan Kejadian ISPA pada Balita.
(Diakses tanggal 17 April 2018) Jakarta: Bascom World.
Depkes, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Uekert, S. J., Akan, M. Evans, Z. Li, K. Roberg,
Infeksi Saluran Pernapasan, Hal 27-34. Gangnon,
C. Trisler, D.D. B.Dasilva,
Allen, J.E. E.Anderson,
Gern, R. R.
F.
Departemen Kesehatan Republik Lemanske. 2006. Sex-Related
Indonesia, Jakarta Differences in Immune Development
and The Expression of Atopy in Early
Chilhood. J Allergy Clin Immunol 118; 6;
1375-1381.
WHO, UNICEF. 2006. Pneuomonia: The
Forgotten Killer of Children. WHO
Press; 2006.
World Health Organisation, 2013.
Pneumonia: Fact Sheet. Geneva.
Diaskes 9 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai