Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia

Volume 1 November - 2016 No. 1


Artikel Penelitian

Faktor-faktor yang Mempengar uhi Kejadian Infeksi Salur an


Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas
Kelur ahan Tebet Bar at, Kecamatan Tebet, Jakar ta Selatan, Tahun 2013
Factor s that Affecting Acute Respir ator y Infection (ARI) in Children Aged
12-59 Months in Tebet Bar at Primar y Health Center, Subdis trict of
Tebet, South Jakar ta 2013
Muhammad Habibi Syahidia*, Dwi Gayatria, Krisnawati Bantasa
a
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

ABSTRAK ABSTRACT

Kejadian ISPA pada anak berumur 12 – 59 bulan di Puskesmas Kecamatan Acute Respirator y Infection occurrence in children aged 12-59 months
Tebet, Jakarta selatan mencapai angka 42,95% dan Puskesmas in Dis trict of Tebet Primar y Health Cent ter reached 42.95%. Tebet
Kelurahan Tebet Barat merupakan Kelur ahan yang memiliki prevalensi Barat Pr imar y Healt h Cent er has hi ghe s t prevalen ce of ARI,
penderita ISPA yang berumur 12 – 59 bulan terbanyak dengan 23.20% , for aforementioned population than any other area of Tebet
proporsi ter tinggi dari lima puskesmas kelur ahan yang lain yaitu sub-districts. This research aims to assess factor s that affecting
sebesar 23,20%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor acute res pir ator y infection in children aged 12-59 months in Tebet
apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA anak berumur 12-59 bulan Barat sub-district Primary Health Center. This research uses cross-
di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat. Penelitian menggunakan desain sectional design with 220 sample size. From 220 samples ,there are
studi cross-sectional dengan 104 sampel. Sampel yang dimaksud disini only 104 eligible samples. Sample of this research is children who live in
adalah anak berusia 12-59 bulan yang pernah melakukan kunjungan di Tebet Barat sub-district at the time of research and has been registered
Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013. Data yang in Tebet Barat Primary Health Center
digunakan berupa data primer dari hasil wawancar a kuesioner. Hasil 2013. This study uses primar y data collected by inter viewing the
menunjukkan bahwa dari 11 variabel yang dilakukan uji bivariat, parents
variabel yang diketahui memiliki hubungan yang bermakna (P value < of the children. The results of bivariate analysis of this research
0,05) dengan kejadian ISPA pada anak berusia 12 – shows that from 11 variables, variables that have a signif icant
59 bulan adalah pendidikan (OR=3,16 : 95% CI 1,20–8,31), pengetahuan association (P value <0.05) with the occurrence of res pirator y infection
(OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), pendapatan keluarga (OR=2,75 : 95% CI in children aged
1,10-6,86), kepadatan hunian (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), perilaku 12-59 months are education of res pondent (OR=3,16 : 95% CI
merok ok keluarga dalam r umah (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) 1,20–
dan perilaku merok ok keluarga di luar r umah (OR=5,12 : 95% CI 1,24- 8,31), knowledge of respondent (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), family
21,19). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi income (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), residential density (OR=5,59 : 95%
kejadian ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Tebet Barat adalah CI 2,16-14,50), smoking behavior of family members (OR= 8,02 : 95% CI
pendidikan dan pe ngetahuan pengawas anak, pendapatan kelu arga, (2,42-26.57) an d fami ly smo king behavi or in the o utside of h
kepadatan hunian, dan perilaku merok ok anggota keluarga. ome (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). In conclusion, variables affecting
Kata kun ci: ISPA , Anak berumur 12-59 bulan, Puskesmas Tebet acute respirator y infection in toddler in Tebet Barat Primary Health are
Barat education and knowledge of the child care taker, family income, density
residential, and smoking habit of family member.
Keywo rds : ARI , Children aged 12-59 months, Tebet Barat
Pendahuluan Health
Center
negara-negara dengan pendapatan per kapita
Salah satu target Milenium Development Goals rendah dan menengah.2
atau MDGs dari tahun 2000 – 2015 adalah
menurunkan angka kematian balita sebesar 2/3 dari
total kematian balita. Balita merupakan penerus
bangsa sehingga tujuan MDGs mempunyai
keselarasan dengan tujuan pembangunan kesehatan
menuju Indonesia sehat
2015. Untuk mendukung tujuan tersebut, dibuatlah
target yang disebut dengan Indonesia Sehat 2010.
S alah sat u target d ari Ind o nesia s eh at
adalah menurunkan angka kematian balita.1
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat
juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-
nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
bawah. T ingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,
anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di
23 23
ISPA masih merupakan penyakit utama
penyebab
kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa
hasil SKRT diketahui bahwa 80 sampai 90% dari
seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia.3
Pada Tahun 2007, penyakit ISPA di Provinsi
DKI Jakar ta sebanyak 9 ,7 8% dengan d iagno
sis d an sebanyak 22,60% dari semua Penduduk
Jakarta. Dari angka tersebut, sebanyak 8,4%
didiagnosis menderita ISPA dan 17,7% penduduk
dengan diagnosis dan gejala ISPA di Kabupaten
Jakarta Selatan.4
Dari tahun 2010 sampai dengan 2012, kejadian
ISPA yang tercatat di puskesmas kelurahan Tebet
Barat semakin meningkat dan berada pada posisi
tertinggi dari 10 penyakit terbanyak.5 Tahun 2013 ISPA
juga masih merupakan penyakit menular yang
berada di posisi tertinggi di 10 deretan penyakit
terbanyak.
*Korespondensi: Muhammad Habibi Syahidi, Departemen Epidemiologi,
Fakultas Ke s e h atan Mas y ar akat, U n i v e r s i tas In d o n e s i a,
16424; E m ai l : muhammad.habibi01@ui.ac.id atau rhino.blair@gmail.com

24 24
Syahidi, Faktor
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 1, November 2016yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada Anak Berumur 12-59 Bulan

Puskesmas Kelurahan Tebet Barat merupakan Indonesia semester akhir (semester 8) yang sudah
Kelurahan yang memiliki prevalensi penderita ISPA memiliki pengalaman dalam melakukan wawancara
yang berumur 12 – 59 bulan terbanyak dengan pengambilan data penelitian.
proporsi tertinggi dari yang lima puskesmas Hasil
kecamatan lainnya yaitu sebesar 23,20%.6 Hal tersebut
membuat peneliti untuk tertarik melakukan penelitian D ari Perh it un g an s am p el y ang d ilaku
dan mencari faktor penyebab terjadinya ISPA pada kan , diketahui jumlah yang dibutuhkan sebanyak 220
anak berumur 12 – 59 bulan. Tujuan studi ini orang. Akan tetapi, Pengumpulan data di lapangan
adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit hanya didapatkan 108 orang dikarenakan sudah
dan determinan-determinan pada populasi sasar an banyak nama dari data register yang tidak lagi tinggal
pada tahun 2013 yang meliputi faktor karakteristik di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Barat atau
biologi ( jenis kelamin, berat badan saat lahir, status dengan kata lain termasuk dalam kriteria eksklusi. Dari
imunisasi, dan status perolehan ASI eklusif ), 108 sampel yang berhasil didapatkan, terdapat 4
lingkungan sosial (umur ibu, pendidikan ibu, orang yang masuk dalam kriteria eksklusi karena ibu
pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan mengatakan ISPA padahal data rekam medik tidak
keluarga, dan kepadatan hunian), dan perilaku tercatat bahwa anak tersebut pernah ISPA sehingga
keluarga (adanya perok ok, peng gunaa n obat sampel yang ter sisa sebanyak 104 orang. Dari
nyam uk ba kar, dan penggunaan bahan bakar pengambilan data tersebut diketahui bahwa response
memasak) di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat. rate dari penelitian ini adalah sebesar 49,1%.
D ari p en g u m p u lan d ata did ap at kan
Metode Penelitian
d ata imunisasi anak dan penggunaan bahan
Penelitian ini menggunakan rancangan memiliki data
deskriptif dengan desain s tudi cross-sectional. yang homogen atau semua responden menjawab
Penelitian dilaku kan di Pus kes mas Kelur a han hampir sama sehingga terdapat nilai cell dalam tabel
Teb et Bar a t, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, 2x2 yang bernilai 0 sehingga tidak dilanjutkan ke
Provinsi DKI Jakarta, Indonesia pada Bulan April tahun dalam analisis bivariat.
Tabel 1. Tabe l Kar ak ter is ti k
2014. Populasi target dalam penelitian ini adalah Biolo gi
kelompok anak berusia 12- Variabel Jumlah %
59 bulan. Sampel dari penelitian ini adalah anak Jenis Kelamin

berusia 12-59 bulan yang melakukan - T


melakukan kunjungan di kunjungan di
i
d
Puskesmas L
puskesmas a
a
Kelurahan Tebet Barat k
Kelurahan Tebetk
dan memiliki rekam i -
Barat dan- T
medik di Puskesmas i
memiliki data L
Tebet Barat pada tahun a d
a
k
2013, baik yang m en i k
derita ISPA a ta upu n -
T
a
t ida k m enderita IS h
PA . Responden adalah P u
e I
or ang tua atau wali r m
anak yang menjadi e un
m is
subjek penelitian. p as
Pengambilan data u i
a D
dilakukan selama 2 n as
minggu dari hari senin- B ar
e L
jumat. -
en
Jumlah sampel g
B ka
yang digunakan dalam B p
penelitian ini L (r
R ek
menggunakan rumus - a
uji beda dua proporsi. m
m
Hasil perhitungan N ed
jumlah sampel adalah o
r
is)
220, namun hanya m -
Y
104 jumlah sampel a
l a
yang eligible dengan I
-
T
kriteria penelitian. m
- i
Kriteria Inklusi d
a
dari penelitian ini Y
k
a
yaitu anak berumur 12 -
– 59 bulan yang
Syahidi, Faktor
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 1, November 2016yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada Anak Berumur 12-59 Bulan
- Tidak Diklarifikasi 61 5 58 55,8
Status ASI Eksklusif 43 8 7 46 44,2
4
- ASI Tidak Eksklusif 1 6,
- ASI Eksklusif 9 12 11,5
11
1 2 34 32,7
93
Tabel 2. Variabel 0 3, 46 44,2
8 1
Lin gku ngan Sosi 12 11,5
100 9
al
2 9 56 53,8
2 6 48 46,2

60 1 1,0
6 6 5,8
38 5 16 15,4
7 81 77,9
80
24 3 15 14,4
Variabel
Jumlah % 6 37 35,6
rekam medik tahun 2013 Umur 38 36,5
Resp
di Puskesmas Kelurahan onde 10 9,6
n
Tebet 4 3,8

Barat. Kriteria Masya - < Mean


76 73,1
Eksklusi dari rakat
(32,5
tahun) 28 26,9
penelitian ini Univer - > Mean
adalah sitas
(32,5
tahun)
Ibu responden yang Tingkat
mengatakan bahwa Pendidikan
Responde
anaknya ISPA n
, tetapi data rekam -
SD/Sedera
medik di puskesmas jat
tidak tercantum bahwa -
SMP/Sede
anak tersebut pernah rajat
terkena ISPA. Anak tidak -
SMA/Sede
berdomisili di wilayah rajat
kerja Puskesmas -
Akademi/
Kelurahan Tebet Barat, PT
Alamat di data register Tingkat
Pengetahu
tidak lengkap. an
Pengambilan Responden
- Rendah
sampel dilakukan - Tinggi
berdasarkan daftar Pekerjaan
Responden
pasien berumur 12-59 - PNS
bulan yang ada di -
register kunjungan Wiraswast
a
puskesmas Kelurahan - Pegawai
Tebet Bar at pada Swasta
- IRT
tahun 2013. Dari data Pendapata
tersebut, dipilih sampel n Keluarga
- <1 juta
sebanyak - 1 juta –
220 yang memenuhi 2
juta/bulan
kriteria. Pengambilan - 2 juta –
sampel yang dipilih 3
juta/bulan
adalah Simple Random - 3 juta –
Sampling (SRS) dengan t 4
juta/bulan
ekn ik r and o m is as i. - 4 juta –
Data d ikum p u lkan 5juta/bula
n
d en gan melakukan Kepadatan
wawancara Hunian
- Tidak
menggunakan kuesioner Memenuhi
yang telah diuji coba Syarat (<8
2
m /orang)
pada res ponden -
yang memiliki Memenuhi
Syarat (>
lingkungan yang mirip 2
8m /oran
dengan lingkungan g)

penelitian. Pewawancara
penelitian ini terdiri dari
empat orang mahasiswa
Fakultas Kesehatan
Tabel 3. Variabel Per ilaku Kel uarga
ber at badan lahir renda h sebanyak 11 (10,6%).
Variab el Jumlah
% Angg ota Keluarga Merokok
Distribusi status imunisasi dasar anak berdasarkan
- Mero kok di dalam rumah 45 43,3
penuturan responden diketahui sebanyak 100 (96,2%)
- Mero kok di luar rum ah 41 39,4 res po nd en m en g atakan a na kn y a mend ap at
- Tidak ad a perokok di rumah 18 17,3 ka n im u n i s a s i da s a r l en gka p, 2 ( 1 ,9 % )
Pengg unaan Anti-Nyam uk
res po n den mengatakan tidak dan tidak tahu.
- Anti ny am uk bakar 4 3,8
- Anti ny am uk oles 22 21,2 Distribusi status imunisasi dasar berdasarkan hasil
- Anti ny am uk semprot 14 13,5 klarif ikasi KMS dan catatan rekam medik diketahui
- Anti ny am uk elektrik 13 12,5 sebanyak 60 (57,7%) an ak d iny atakan suda h m
- Tidak memakai 51 49,0
Bahan Bakar Memasak
enda pat kan imu nisa si len g ka p . D iketah u i s
- Kayu bakar 0 0,0 eb an y ak 8 0 ( 7 6 ,9 % ) an ak dinyatakan tidak
- Kompor m inyak 1 1,0 mendapatkan ASI Eksklusif.
- Kompor gas 100 96,2 Berdasarkan variabel lingkungan sosial, diketahui
- Kompor listrik 0 0,0
- Tidak memasak 3 2,9
distribusi umur responden dengan umur < mean
sebanyak 58 (55,8%) or ang. Untuk tingkat
pendidikan, diketahui responden dengan tingkat SMA
sebanyak 46
Dari Variabel Karakteristik anak berusia 12-59 (44,2%) orang, dan tamat Akademi/PT sebanyak 12
pada tahun 2013, diketahui Distribusi jenis kelamin ( 11 ,5% ) o r ang . D is t rib usi tingka t p eng eta
anak laki-laki berjumlah 61 (58,7%) dan anak hua n re s po n den be rda s a rk a n h a s i l s k o ri
perempuan berjumlah 43 (41,3%). Distribusi berat n g den g a n menggunakan mean sebagai cut-off
badan lahir paling banyak adalah anak dengan berat point didapatkan jumlah responden dengan tingkat
badan lahir normal pengetahuan rendah sebanyak 56 (53,8%).
93 (89,4%), sedangkan anak dengan Distribusi jenis pekerjaan
Tabel 4. An aliI SsisP Hubungan
A antar Var P
iabel OR C I (9 5 % )
Ya (%) Tida % Total % Value
k
V a r i a b e l K a r a k t e r is t ik B a lit a
J e n i s K e l a m in
an ak b er1 0us ia 11,0 02-5 91 ,0 9bu 0lan. S edang kan
diketahui- Libu a k i -rumah
La k i tangga sebanyak 45 7 3 81
,8 (77,9%),
16 2 6 ,2 61 0 ,4 5 - 2 ,6 2
2 7 ,9 variab
- P er em p u a n 31 7 2 ,1 12 43 el pendidikan
100 responden (OR=3,16; 95% CI
sebagai pegawai swasta sebanyak 16 (15,4%), sebagai 1,20-8,31), pengetahuan responden (OR=2,76; 95% CI
B e r a t B a d a n L a h ir
wir aswas BBL R
ta sebanyak 6 (5,8%) 8
dan sebagai
7 2 ,7 3 2 7 ,3 1,12-6,79),
11 pendapatan
100 1 ,0 0 keluarga
0 ,9 8 0(OR=2,75;
,2 4 - 3 ,9 9 95% CI
PNS sebanyak N o r m a1l (1,0%). 68 7 3 ,1 25 2 6 ,9 1,10-6,86)
93 ,1 dan
00 kepadatan hunian (OR=5,59; 95%
Distibusi
S t a t u sberdasarkan
A S I E k s k lu s i f variabel perilaku keluarga 2,16-14,50) memiliki hubungan dengan kejadian ISPA
diketahuiT idbahwa a k E k s ksebanyak
lu s if 15 6 (14,4%)
1 7 6 ,3responden
19 2 3 ,8 pada8 anak
0 100
berusia 0 ,2 9 bulan.
12-59 1 ,9 3 0 ,7 3 - 5 ,1 0
memiliki A Spendapatan
I E k s k l u s if keluarga1 5 dibawah 6 2 ,5 1 9 juta. 3 7 ,5 24 100
Dari variabel perilaku keluarga, diketahui perilaku
DistribusiL i kepadatan
n g k u n g a n hunian diketahui ada sebanyak
merok ok dalam rumah memiliki hubungan yang
76 (73,1%)u r anak
U m R e s p oyang n d e n tinggal di rumah dengan
bermakna dengan kejadian ISPA pada anak berusia 12-
kepadatan hunian yang tidak 4 2memenuhi
< m e a n ( 3 2 , 5 t a h un) 7 2 ,4 16
syarat 2 7 ,6
59
58
bulan
100
dengan
1 ,0 0
OR=8,02
0 ,9 3
(95%
0 ,3 9 - 2 .2 2
CI 2,42-26,57%)
> m e a n ( 3 2 , 5 t a h u n ) 3 4 7 3 ,9 12 2 6 ,1 46 100
(<8m2/orang). Distribusi
P e n d i d ik a n R e s p o n d e n
adanya anggota keluarga sedangkan penggunaan obat nyamuk dan bahan bakar
yang merokok, R e n d a h ( < diketahui SMA) sebanyak
39 8 4 ,8 45 7orang 1 5 ,2 masak4 6 tidak1memiliki
00 hubungan
0 ,0 3* 3 ,1 6 yang
1 ,2 0bermakna.
- 8 ,3 1
(43,3%) mempunyai
T i n g g i ( > S Manggota A) keluarga
37 6yang
3 ,8 merokok
21 3 6 ,2 58 100
di dalamP erumah, Diskusi
n g e t a h sebanyak
u a n R e s p o 41 n d e or ang (39,4%) res
ponden nR e n dmempunyai ah (<Mean) anggota46 keluarga
8 2 ,1 1 0yang 1 7 ,9 5 3Jenis 1kelamin
00 0 dianggap
,0 4 * dapat mempengaruhi
merokok di luar rumah, dan sebanyak
T i n g g i ( > M e a n ) 3 0 6 2 ,5 18 3 7 ,5 51 100 2 ,7 6 1 ,1 2 - 6 ,7 9
tingkat keparahan suatu penyakit ataupun kekebalan
P e n d a p a t a n K e
18 (17,3%) responden yang memiliki anggota keluargal u a r g a
Re nd a h ( < 43 8 2 ,7 9 1 7 ,3
tubuh5 2 balita1 0dalam
0
menghadapi
0 ,0 4 7 * 2 ,7 5
infeksi.7 Penelitian
1 ,1 0 - 6 ,8 6
yang tidak merok ok. Dis tribusi
2 J u t a / b u la n ) 33
penggunaan
6 3 ,5 19
anti 3 6 ,5 Prajapati(2009)
52 1 0 0 menyatakan bahwa berat badan balita
nyamuk diketahui
T in g g i ( > 2ada J u tsebanyak
a / b u la n ) 4 (3,8%) anak tinggal memiliki hubungan yang signif ikan terhadap kejadian
bersama P anggota e k e r j a a n keluarga
R e s p o n d yang en menggunakan jenis ISPA. Penelitian tersebut menyatakan bahwa balita
anti nyamuk B e k e r bakar.
ja Berdasarkan1 penggunaan 6 6 9 ,6 bahan
7 3 0 ,4 dengan
2 3 berat 1 0 0badan0 ,8lahir
7 rendah
0 ,8 0 0memiliki
,2 9 - 2 ,2 1 ISPA yang
bakar masak T i d a kberdasarkan
B e k e r ja jenisnya 6 0 ada 7 sebanyak
4 ,1 2 1 100 2 5 ,9 parah8 1dibandingkan
100 dengan bayi dengan berat badan
(96,2%) responden
K e p a d a t a n menggunakan
Hunian
2
k ompor gas. lahir normal.8 Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
6 3 tergolong
8 2 ,9 1dalam
3 1 7 ,1 76
Untuk Variabel
T M S ( <
MMS (> 8 m /orang)
8 m
2
/ o r a n gyang
)
13 4 6 ,4 15 5 3 ,6
sebanyak
28
8 11(72,7%)
00
00
0 ,0 0 1 *
yang BBLR5 ,5 9
dan 12terkena
.1 6 -
4. 50
ISPA dan
karakteristik balita, diketahui bahwa tidak ada satupun sebanyak 68 (73,1%) anak dengan berat badan lahir
variabel Pyang e ri la k u K e l u a rg a
memiliki hubungan dengan kejadia normal yang terkena ISPA. Dari hasil analisis diketahui
K e l u a r g a P e r ok ok
ISPA pada D a la m anak r u m a hberusia 12-59 4 1 bulan.
9 1 ,1 Dari4 hasil 8 ,9 bahwa 4 5 tidak1 0ada
0 hubungan
0 ,0 0 1 * 8 ,0yang
2 signif
2 ,4 2 - ikan antara
statistik didapatkan
D i lu a r r u m anilai h p>0 ,05 2y3 ang 5 6ber ,1 ar ti
1 8 tida 4 3 ,9 variabel
41 ter1 sebut
00 0 dengan
,0 2 6 * ISPA.
5 ,1 2 Imunisasi
2 6, 57 adalah
k ada hubun T i d a k gan M e r oyk ang ok bermakna. 12 6 6 ,7 6 3 3 ,3 perlindungan
18 1 0 0yang paling ampuh untuk 1 ,2 4 - mencegah
Untuk
( R e fevariabel
r en c e ) lingkungan, diketahui bahwa 2 1, 19
variabel Pumur e n g g uresponden
n a a n A n t i Ndan y a m upekerjaan responden
kT M S
tidak memiliki hubungan dengan1 5kejadian 8 3 ,3 ISPA 3pada 1 6 ,7 18 100 0, 16
MS 21 6 0 ,0 14 4 0 ,0 35 100 0, 75 3 ,3 3 0 ,8 1 -
T id a k M e m a k a i 40 7 8 ,4 11 2 1 ,6 56 100 1 ,3 8 1 3, 68
( R e fe r e n c e ) 0 ,3 4 - 5 ,6 2
T i ng ka t p eng et a hu a n d i p e ng a r u hi
beberapa penyakit berbahaya. Imunisasi merangsang o l eh multifaktor seperti tingkat pendidikan, peran
kekebalan tubuh bayi sehingga dapat terlindungi dari penyuluh kesehatan, akses informasi yang tersedia dan
beberapa penyakit berbahaya. Pemberian imunisasi keinginan untuk mencari informasi dari berbagai
dasar lengkap berguna untuk memberi perlindungan media. Kejadian penyakit ISPA sangat dipengaruhi
m e ny e lur uh t erh a d a p p eny a ki t-p eny a kit oleh pengetahuan ibu terhadap kejadian penyakit
y a ng berbahaya. Menurut Badan Kesehatan Dunia ISPA.10 Ibu yang bekerja berpengaruh terhadap
(WHO) pemberian ASI ekslusif dilakukan untuk perawatan yang diterima anak. Seorang wanita yang
menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi bekerja memiliki waktu yang kurang untuk memberi
secara optimal. Ka rena d i u s ia in i, b ay i b elu makan anak, membersihkan, dan bermain bersama
m m em iliki en zim pencernaan sempurna untuk anak. Hal ini dapat memberi pengaruh buruk
mencerna makanan atau minuman lain. terhadap kesehatan anak. Sebenarnya bukan jenis
Umur seseorang mempengaruhi terhadap daya pekerjaan ibu yang memberi pengaruh, melainkan
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah seberapa banyak waktu luang ibu untuk mengurus
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan anak. Berdasarkan kelas sosial, kejadian ISPA banyak
p o la p i kir ny a , s e hin g g a p eng et a hu a n terjadi pada keluarga dengan kelas sosial yang rendah
y a ng d ipero lehn y a s em akin m em b aik. B dibandingkan pada keluarga dengan kelas sosial
eber ap a h al menyangkut pendidikan yang dapat yang tinggi.11
mempengaruhi perilaku pencegahan seseor ang, Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 82,9%
pendidikan dapat meningkatkan individu untuk responden yang tinggal di rumah dengan kepadatan
memahami informasi mengenai kesehatan. Hal ini hunian yang tidak memenuhi syarat. Hasil analisis
akan menyebabkan individu lebih waspada untuk menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
memeriksakan dirinya sebelum terjadinya penyakit. antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada
Pendidikan juga dapat meningkatkan motivasi anak berusia 12-59 bulan. Kepadatan hunian yang
seseorang. Seseorang yang termotivasi, akan lebih ditetapkan oleh Depkes (2000), yaitu rasio luas lantai
antusias untuk menerapkan pola hidup sehat.9 Hasil seluruh ruangan di bagi jumlah penghuni minimal
penelitian menyatakan bahwa 84,8% anak yang 8m2/ orang. Luas kamar tidur minimal 8m2/orang dan
terkena ISPA dengan kelompok responden ber tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur
pendidikan Rendah. Hasil analisis menunjukkan dalam satu ruang tidur , kecuali anak dibawah umur 5
adanya hubungan yang bermakna antara tingkat tahun. Masalah kepadatan hunian sebagian besar
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada anak disebabkan karena banyaknya anggota keluarga
berusia atau kepala keluarga dengan anaknya yang tinggal
12-59 bulan. dalam satu
Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet,
rumah. Jakarta Selatan Tahun 2013. Variabel dari kategori
Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah karakteristik balita tidak satupun memiliki hubungan
yang satu atap dengan balita merupakan bahan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada anak
pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius berusia 12-59 bulan. Kategori variabel lingkungan
serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan yang memiliki hubungan yang bermakna dengan
toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus kejadian ISPA pada anak berusia 12-59 bulan adalah
akan m enim b ulka n ga ng g ua n perna pa s a n t pendidikan responden (OR=3,16; 95% CI 1,20-8,31),
er uta m a memperberat timbulnya infeksi saluran pengetahuan responden (OR=2,76; 95% CI 1,12-
pernapasan akut dan gangguan paru-paru pada 6,79), pendapatan keluarga (OR=2,75; 95% CI 1,10-
saat dewasa. Semakin banyak rok ok yang dihisap 6,86), dan kepadatan hunian (OR=5,59; 95% 2,16-
oleh keluarga semakin besar memberikan resiko 14,50). Sedangkan variabel umur res ponden dan
terhadap kejadian ISPA , khususnya apabila merokok pekerjaan responden tidak berhubungan secara
dilakukan oleh ibu bayi. bermakna. Dari tiga kategori perilaku keluarga,
Resiko terbesar terdapat pada obat nyamuk variabel yang mempunyai hubungan bermakna
bakar akibat asapnya yang dapat terhirup. Sedangkan adalah perilaku merok ok dalam rumah ( O R = 8,0
obat nyamuk semprot cair memiliki konsentrasi 2; 95 % C I 2,4 2-2 6, 57% ) . S e d a n g k a n
berbeda karena cairan yang dikeluarkan ini akan penggunaan obat nyamuk dan bahan bakar masak
diubah menjadi gas (artinya, dosisnya lebih kecil). tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
Sementara obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi kejadian ISPA pada anak berusia 12-59 bulan yang
karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap tapi melakukan kunjungan di Puskesmas Kelurahan Tebet
dengan daya listrik (makin kecil dosis bahan zat aktif, Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan Tahun 2013.
makin kecil pula bau yang ditimbulkan; sekaligus Perlu adanya sosialisasi program belajar Sembilan
makin minim pula kemungkinan tahun untuk meningkatkan pendidikan masyarakat di
mengganggu kenyamanan manusia.12 wilayah ke rja P u s kes m a s Kelu r a h a n Teb e t
. S o s ia lis a s i pendewasaan usia nikah, agar
Sim pulan dan Sa r an pasangan suami istri dapat memiliki visi memiliki
Masih tingginya angka kejadian ISPA pada anak keluarga sehat dengan tin ggal d i ling kunga n
berusia 12-59 bulan yang melakukan kunjungan di yang sehat . Pen elit i la in diharapkan dapat
melanjutkan penelitian ini dengan meneliti faktor
lainnya yang berhubungan dengan kejadian ISPA
selain yang ada di dalam penelitian ini. Referensi
1. Badan Pere ncanaan Pembangunan Nasional. 2010.
Lapor an Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia. Jakarta (E-Book). (http://gizi.depkes.go.id/wp-
conten t/uploads/2 011/10/lap-p emb-mileniu m-
ind-
2010.pdf )
2. Simoes EAF, Cherian T, Chow J, et al. Acute Respirator
y Infections in Children. In: Jamison DT, Breman JG,
Measham AR, et al., editors. Disease Control Priorities in
Developing Countries. 2nd edition. Washington (DC):
World Bank;
2006. Chapter 25. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK11786/
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes
RI. 2009. Riskesdas Lapor an Nasional Tahun 2007. Jakar
ta
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes
RI. 2009. Riskesdas Provinsi DKI Jakar ta Tahun
2007. Jakarta
5. Lapor an Tahunan Puskesmas Kelurahan Tebet Barat Tahun
2012
6. Lapor an penyakit dengan kasus ter tinggi di Puskesmas
Kecamatan Tebet Tahun
2012
7. Dewi, Dara Puspita. 2010. Pengaruh Pemberian ASI
Ekslusif Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) pada Balita Ber usia 6-24 bulan di Puskesmas
Kecamatan Pancor an Jakar ta Selatan Tahun 2010.
Skripsi FKM UI. Depok
8. Prajapati, Bipin. 2009. A study of risk factor s of
acute respirator y tract infection (ARI) of under f ive age
group in uban and rural communities of Ahmedabad
district, Gujarat. Healthline Edisi ISSN 2229-337X Volume
3 Issue
1 Januar y-June 2012.
9. Sebates, Ricardo & Leon Feinstein. 2004. Education,
Training, and the Take-Up of Preventative Health Care.
Centre of Research of W ilder Benef it of Learning.
10. Wardhani, Eka dkk. 2010. Hubungan Faktor Lingkungan,
Sosial-Ek onomi, dan Pengetahuan Ibu dengan
Kejadian Infeksi Salur an Pernapasan Akut (ISPA) pada
Balita di Kelurahan Cicadas Kota Bandung. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi. E-Book
11. Goel, Kapil. dkk. 2012. A Cross Sectional Study on
Prevalence of Acute Respirator y Infection (ARI) in
Under- F ive Children of Meer ut Dis trict, India.
Community Medicine & Health Education. E-Book.
12. Sinaga, Epi Ria Kristina. 2012. Kualitas Lingkungan Fisik
Rumah dengan Kejadian Infeksi Salur an Pernapasan
Akut (ISPA) pada Balita di W ilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan War akas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utar a Tahun
2011. Skripsi FKM UI. Depok

Anda mungkin juga menyukai