Pada inisiasi ini, kami mengajak Saudara untuk mendiskusikan peran masyarakat
lokal/daerah dalam kebijakan nasional dalam model negara federasi dan model negara
kesatuan. Dalam model negara federasi pemerintah pusat tidak berhubungan langsung
dengan rakyat daerah. Yang berhubungan langsung adalah negara bagian (state). Hal
ini berbeda dengan model negara kesatuan. Dalam model negara kesatuan pemerintah
pusat berhubungan langsung dengan rakyat di akar rumput.
Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan masa reses anggota DPR untuk
menyalurkan aspirasi daerahnya (Mariana: 2015). Waktu reses merupakan waktu yang
tepat, karena pada masa ini, anggota dewan memang diwajibkan untuk menjaring
aspirasi di daerah masing-masing untuk kemudian di bawa ke tingkat nasional.
2. Pada zaman Orde Baru kepentingan rakyat lokal/daerah diperjuangkan oleh lembaga
Utusan Daerah MPR yang semua angggotanya diangkat oleh pemerintah, tidak dipilih
oleh rakyat daerah melalui Pemilu. Berikan kritik model kelembagaan demikian!
Pada saat pemerintahan orde baru utusan MPR merupakan orang-orang pilihan yang
ditunjuk oleh penguasan dan seringkali merupakan kepanjangan tangan dari partai
yang berkuasa saat itu (Prasodjo, dkk: 2015). Dari pembentukan awalnya memang
utusan daerah dimaksudkan sebagai perwakilan dan menyalurkan aspirasi dari masing-
masing daerah di Indonesia yang ditunjuk oleh pemerintah. Utusan daerah dari masing-
masing provinsi berjumlah 5 orang, sehingga terdapat 160 utusan daerah (dari 27
provinsi) yang menjadi anggota MPR. Utusan daerah bersama-sama utusan golongan
serta anggota DPR menjadi anggota MPR. Perang utusan daerah seharusnya adalah
menyampaikan aspirasi yang daerah sampaikan, selain itu sebagai check an balance
terhadap DPR yang merupakan utusan partai politik atau sering disebut recheck
chamber (Prasodjo, dkk: 2015). Namun dalam praktiknya utusan daerah ini banyak diisi
oleh orang-orang yang syarat kepentingan dan golongan. Seringkali utusan daerah
yang ditunjuk adalah pejabat di daerah yang merupakan perpanjangan dari pemerintah
pusat dan belum tentu mewakili serta memahami kondisi masyarakat di lapangan. Oleh
karena itu, peran utusan golongan pada masa orde baru tidak berjalan maksimal
sebagaimana yang diharapkan.
3. Pada era Reformasi ini, Fraksi Utusan Daerah MPR dihapus. Sebagai gantinya
dibentuk DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang pengisian anggotanya semuanya
dipilih.
a. Apa perbedaan dan persamaan antara Fraksi Utusan Daerah MPR dan DPD
sebagai bagian MPR?
Perbedaan:
1. Utusan daerah diangkat melalui penunjukkan oleh DPRD Provinsi yang
kemudian ditetapkan oleh pemeirntah. Sedangkan DPD dipilih langsung oleh
masyarakat dalam pemilihan umum sekali dalam 5 tahun.
2. Utusan daerah bersama utusan golongan dan DPR menyusun dan
menetapkan GBHN. Sedangkan DPD mengusulkan Undang-Undang terkait
otonomi daerah kepada DPR untuk kemudian ikut membahas UU tersebut
(https://media.neliti.com/media/publications/104761-ID-analisis-kelembagaan-
dewan-perwakilan-ra.pdf).
3. Utusan daerah, utusan golongan dan DPR memilih presiden dan wakil
presiden, sedangkan DPD tidak.
4. Utusan daerah dan utusan golongan tidak disebut/eksplisit sebagai kamar
kedua sedangkan DPD sebagai perwakilan daerah disebut parlemen pada
kamar kedua.
Persamaan:
1. Utusan daerah dan DPD ditunjuk/dipilih untuk mewakili daerah masing-
masing.
2. Utusan daerah dan DPD sekaligus menjadi anggota MPR
3. Jumlah anggota senat dan DPD sama untuk masing-masing negara
bagian/provinsi (Dewandaru, dkk: 2016).
Selamat Berdiskusi!