Anda di halaman 1dari 5

Sesi 5

Selamat berumpa dalam Tuton sesi ke-5!


Bacalah BMP Pemerintahan Daerah modul 3!

Pada inisiasi ini, kami mengajak Saudara untuk mendiskusikan peran masyarakat
lokal/daerah dalam kebijakan nasional dalam model negara federasi dan model negara
kesatuan. Dalam model negara federasi pemerintah pusat tidak berhubungan langsung
dengan rakyat daerah. Yang berhubungan langsung adalah negara bagian (state). Hal
ini berbeda dengan model negara kesatuan. Dalam model negara kesatuan pemerintah
pusat berhubungan langsung dengan rakyat di akar rumput.

Dalam model negara federasi sebagaimana di AS , Jerman, Malaysia, dan Canada


kepentingan rakyat diwakili oleh councillor yang duduk di council, anggota DPR yang
duduk di DPR negara bagian, anggota senat yang duduk di senat negara bagian, dan
anggota DPR yang duduk pada DPR pemerintah federal/pusat. Senat pada pemerintah
pusat/federal tidak mewakili kepentingan rakyat semuanya tapi hanya mewakili
kepentingan rakyat negara bagian (state) saja. Setiap negara bagian diwakili oleh dua
anggota senat.

Dalam model negara kesatuan sebagaimana di Indonesia kepentingan rakyat diwakili


oleh anggota DPRD yang duduk di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, anggota DPR
yang duduk di DPR, dan anggota DPD yang duduk di DPD. Kalau pada zaman Orde
Baru lembaga DPD tidak ada, yang ada adalah lembaga Utusan Daerah di MPR.
Dengan demikian, pada zaman Orde Baru kepentingan rakyat diwakili oleh anggota
DPRD yang duduk di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, anggota DPR yang duduk di
DPR, dan anggota Utusan Daerah yang duduk di MPR.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia sejak merdeka negara Indonesia membentuk


pemerintah lokal (local government) dan membentuk lembaga perwakilan rakyat baik
pada pemerintah lokal maupun pada pemerintah pusat. Melalui lembaga ini rakyat
daerah dapat memperjuangkan kepentingannya baik pada level daerah maupun level
pusat. Dalam lembaga ini kepentingan rakyat lokal/daerah diperjuangkan agar rakyat
lokal/daerah tidak menjadi korban kebijakan politik pusat.

Berkenaan dengan hal ini, maka diskusikan hal-hal berikut!


Salam Ibu Tutor YSH, izin menanggapi diskusi sesi kelima.

1. Bagaimana cara mempertemukan kepentingan rakyat daerah di pusat?

Saluran aspirasi masyarakat di daerah guna memperjuangkan kepentingan masyarakat


di daerah dapat disalurkan melalui berbagai sarana. Sarana institusi maupun sarana
demokrasi deliberatif (Mariana: 2015). Perbedaannya adalah sarana politik melalui
institusi perwakilan yaitu melalui anggota legislatif dan sarana ini cenderung
menyebabkan distorsi aspirasi, dimana kepentingan politik yang lebih diutamakan
dibanding kepentingan masyarakat. Lebih jauh lagi sarana demokarsi deliberatif yang
merupakan perluasan aspirasi publik dimana proses pengambilan keputusan terkait
kebijakan publik dapat berlangsung di luar ruangan. Kongkritnya sarana untuk
menyampaikan aspirasi kepentingan masyarakat di daerah ke level nasional/pusat
dapat melalui DPR dan DPD dengan menggunakan fasilitas:

- Hearing/diskusi ataupun dalam rapat dengar pendapat umum.


- Audiensi dengan fraksi-fraksi.
- Konsultasi publik (sosialisasi).
- Melalui surat yang dialamatkan kepada sekretariat DPR.

Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan masa reses anggota DPR untuk
menyalurkan aspirasi daerahnya (Mariana: 2015). Waktu reses merupakan waktu yang
tepat, karena pada masa ini, anggota dewan memang diwajibkan untuk menjaring
aspirasi di daerah masing-masing untuk kemudian di bawa ke tingkat nasional.

2. Pada zaman Orde Baru kepentingan rakyat lokal/daerah diperjuangkan oleh lembaga
Utusan Daerah MPR yang semua angggotanya diangkat oleh pemerintah, tidak dipilih
oleh rakyat daerah melalui Pemilu. Berikan kritik model kelembagaan demikian!

Pada saat pemerintahan orde baru utusan MPR merupakan orang-orang pilihan yang
ditunjuk oleh penguasan dan seringkali merupakan kepanjangan tangan dari partai
yang berkuasa saat itu (Prasodjo, dkk: 2015). Dari pembentukan awalnya memang
utusan daerah dimaksudkan sebagai perwakilan dan menyalurkan aspirasi dari masing-
masing daerah di Indonesia yang ditunjuk oleh pemerintah. Utusan daerah dari masing-
masing provinsi berjumlah 5 orang, sehingga terdapat 160 utusan daerah (dari 27
provinsi) yang menjadi anggota MPR. Utusan daerah bersama-sama utusan golongan
serta anggota DPR menjadi anggota MPR. Perang utusan daerah seharusnya adalah
menyampaikan aspirasi yang daerah sampaikan, selain itu sebagai check an balance
terhadap DPR yang merupakan utusan partai politik atau sering disebut recheck
chamber (Prasodjo, dkk: 2015). Namun dalam praktiknya utusan daerah ini banyak diisi
oleh orang-orang yang syarat kepentingan dan golongan. Seringkali utusan daerah
yang ditunjuk adalah pejabat di daerah yang merupakan perpanjangan dari pemerintah
pusat dan belum tentu mewakili serta memahami kondisi masyarakat di lapangan. Oleh
karena itu, peran utusan golongan pada masa orde baru tidak berjalan maksimal
sebagaimana yang diharapkan.

3. Pada era Reformasi ini, Fraksi Utusan Daerah MPR dihapus. Sebagai gantinya
dibentuk DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang pengisian anggotanya semuanya
dipilih.

a. Apa perbedaan dan persamaan antara Fraksi Utusan Daerah MPR dan DPD
sebagai bagian MPR?
Perbedaan:
1. Utusan daerah diangkat melalui penunjukkan oleh DPRD Provinsi yang
kemudian ditetapkan oleh pemeirntah. Sedangkan DPD dipilih langsung oleh
masyarakat dalam pemilihan umum sekali dalam 5 tahun.
2. Utusan daerah bersama utusan golongan dan DPR menyusun dan
menetapkan GBHN. Sedangkan DPD mengusulkan Undang-Undang terkait
otonomi daerah kepada DPR untuk kemudian ikut membahas UU tersebut
(https://media.neliti.com/media/publications/104761-ID-analisis-kelembagaan-
dewan-perwakilan-ra.pdf).
3. Utusan daerah, utusan golongan dan DPR memilih presiden dan wakil
presiden, sedangkan DPD tidak.
4. Utusan daerah dan utusan golongan tidak disebut/eksplisit sebagai kamar
kedua sedangkan DPD sebagai perwakilan daerah disebut parlemen pada
kamar kedua.
Persamaan:
1. Utusan daerah dan DPD ditunjuk/dipilih untuk mewakili daerah masing-
masing.
2. Utusan daerah dan DPD sekaligus menjadi anggota MPR
3. Jumlah anggota senat dan DPD sama untuk masing-masing negara
bagian/provinsi (Dewandaru, dkk: 2016).

b. Apakah DPD sama dengan Senat dalam negara federasi?


Menurut saya sama. Mengutip dari Prasodjo, dkk (2015) bahwa sistem parlemen
satu dan atau dua kamar tidak terkait dengan landasan negara tertentu dan
bentuk negara/sistem pemerintahan tertentu. Pada intinya adalah DPD maupun
senat mewakili daerah/negara bagian dalam menyuarakan aspirasi daerah
tersebut. Ide ini bermula dari keinginan agar daerah dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, sehingga dapat berdampak pada kemakmuran
masyarakat sekitar. DPD menjadi wakil daerah sebagai bagian dari parlemen,
untuk kemudian memiliki fungsi legislasi untuk pengajuan RUU dan dilibatkan
dalam pembahasan RUU terkait otda, hubungan pusat dan daerah serta
pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah
(https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/100000469/dpd--latar-
belakang-fungsi-dan-wewenangnya?page=all).
Meskipun demikian, peranan anggota DPD terhitung terbatas, karena cenderung
hanya diberikan kewenangan untuk pengusulan, pertimbangan dan
pengawasan. Apabila kita bandingkan dengan senat, maka peranan senat jauh
lebih besar di banding DPD, senat memiliki hak untuk memeveto usulan UU
yang diajukan oleh DPR (House of Representatives) dan memilih pejabat
negara, serta memutuskan impeachment pejabat negara yang diusulkan oleh
HoR.

b. Dapatkah DPD berperan sebagai lembaga yang memperjuangkan aspirasi dan


kepentingan rakyat daerah?
Menurut saya dapat. Bila kita mengutip pasal 22C dan 22D UUD 1945, maka
terlihat dengan jelas upaya untuk memaksimalkan peran DPD sebagai
perwakilan daerah sebagai konsekuensi dari adanya otonomi daerah serta dapat
memberikan pertimbangan atas RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama. Selain itu, DPD sebagai perwakilan dari masing-masing daerah
dapat melakukan fungsi pengawasan, antara lain melalui: (i) menerima dan
membahas hasil-hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK, (ii) dapat
meminta secara tertulis kepada pemerintah tentang pelaksanaan undang-
undang tertentu, (iii) menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan UU tertentu, dan (iv)
mengadakan kunjungan kerja ke daerah untuk memonitoring pelaksanaan UU
tertentu.

4. Bandingkan peran anggota senat di Indonesia dengan anggoa senat di AS!


Peran anggota senat cukup berbeda dengan anggota DPD di Indonesia
meskipun sama-sama mewakili daerahnya masing-masing. Peran anggota DPD
mengutip (Prasodjo, dkk: 2015) pada awalnya diharapkan mampu memberikan
kontribusi positifnya kepada pemilihnya di daerah, namun kenyataannya terbatas
oleh peraturan itu sendiri. Anggota senat di Amerika memiliki kewenangan yang
cukup kuat sebagai penyeimbang politik di parlemen dan hubungannya dengan
eksekutif. Apabila DPD hanya memiliki kewenangan untuk
mengusulkan/mengajukan UU, memberikan pertimbangan terkait RUU APBN
serta UU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama, melakukan
pengawasn atas implementasi UU otonomi daerah, dan tugas pertimbangan
lainnya. Dengan tugas yang terbatas ini, aspirasi masyarakat dimungkinkan
penyerapan aspirasi masyarakat tidak maksimal. Bila kita bandingkan dengan
peranan senat memiliki tugas yang lebih komprehensif, contohnya dapat
memeriksa dan membahas UU yang diajukan oleh HoR, dapat memutuskan atau
menolak kabinet yang diusulkan presiden, memutuskan pemilihan pejabat
negara, dapat menerima atau menolak suatu perjanjian internasional, memutus
dan mengadili impeachment pejabat yang diusulkan oleh HoR, serta
menerima/menolak rancangan pajak/anggaran yang diusulkan HoR (Dewandaru,
dkk: 2016). Dari uraian tentang tugas senat dan DPD dapat disimpulkan bahwa
peran anggota senat untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat cenderung
lebih besar dibandingkan dengan tugas DPD yang hanya dapat melakukan tugas
yan gterbatas. Oleh karena itu, sebagai penyeimbang posisi politik di legislatif
sekaligus meningkatkan partisipasi aspirasi masyarakat, dapat dimungkinkan
tugas DPD diperluas dan diperdalam.

Selamat Berdiskusi!

1. Nurcholis, Hanif. (2019). Administrasi Pemerintahan Daerah, Tangerang Selatan:


Pusat Penerbit Universitas Terbuka
2. Prasojo, E, dkk. (2019). Pemerintah Daerah, Tangerang : Pusat Penerbit Universitas
Terbuka.
3. Dewandaru, R.G.P; Hardjanyo, U.S; & Herawati, H. (2016). Perbandingan Badan
Perwakilan Rakyat Pada Sistem Ketatanegaraan Indonesia Dan Amerika Serikat.
Diponegoro Law Journal: Vol. 5(3), 1-25.
4. Mariana, D. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Kebijakan. Jurnal Ilmu
Pemerintahan: Voil. 1(2), Oktober 2015, 216-229.
5. https://media.neliti.com/media/publications/104761-ID-analisis-kelembagaan-
dewan-perwakilan-ra.pdf
6. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/100000469/dpd--latar-belakang-
fungsi-dan-wewenangnya?page=all

Anda mungkin juga menyukai