Anda di halaman 1dari 42

Etika Profesi Bisnis

“Tugas Mereview Materi BAB 3"


ETHICAL GOVERNANCE

Dosen Pembimbing :
Dr. Dra. Tries Ellis Sandari, MM., CMA)

Oleh :
1. Intan Tivani Ariana 1221700135
Kelas : U
EAS ETIKA PROFESI DAN BISNIS

Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Prodi Akuntansi


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Tahun 2020/2021
A. ETIKA DAN MORALITAS
Etika (ethichs) berasal dari bahasa Yunani ethos ,yang berarti “karakter”.Kata lain untuk
etika ialah moralitas (morality),yang berasal dari bahasa Latin mores,yang berarti
“kebiasaan”. moralitas berpusat pada “benar” dan “salah” dalam perilaku manusia. Oleh
karena itu, etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku
terhadap sesamanya. Boynton (2003:97), membagi pembahasan mengenai etika kedalam
dua kelompok yaitu:
1. Etika Umum
Etika umum (general ethics) mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan
baik bagi seseorang atau masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban
atau tugas yang harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri dan sesamanya.
Namun, ketidakmampuan untuk menyepakati apa yang disebut “baik” dan
“kewajiban” telah membuat para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran.
Kelompok aliran pertama disebut kelompok aliran etika absolut (ethical absolutist),
yang mengatakan bahwa terdapat suatu standar universal yang tidak berubah selama-
lamanya dan berlaku bagi semua oang. Kelompok aliran lain disebut kelompok aliran
ethical relativists atau kelompok aliran etika relative, yang mengatakan bahwa
pertimbangan etika manusia ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi dalam
masyarakat di mana mereka hidup. Beberapa orang berpendapat bahwa kedua
kelompok tersebut sama benarnya, bahwa setiap orang akan membuat sejumlah
keputusan hidup yang harus dituntun oleh standar universal yang tidak berubah, serta
banyak pilihan lain yang bersumber pada kebiadaan masyarakat yang berubah.
Karena tidak ada standar universal ataupun kode etik relatif yang dapat secara
gamblang menentukan bagaimana pilihan perilaku yang paling tepat,maka beberapa
ahli etika telah mengembangkan suatu kerangka kerja etika umum untuk
pengambilan keputusan,yang disebut kerangka kerja enam langkah sebagai berikut:
a. Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta relevan tersebut.
c. Menetukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan tersebut dan
bagaimana masing-masing dipengaruhi.
d. Mengidentifikasi alternative pengambilan keputusan
e. Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternative
f. Membuat pilihan yang beretika
2. Etika Profesional
Menurut Boynton (2003:98), Etika Profesional (professional ethics) harus lebih dari
sekedar prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang
profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik
profesional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga
harus bersifat realistis dan dapat ditegakkan. Agar dapat memiliki arti, maka
keduanya harus pada posisi di atas hukum, namun sedikit di bawah posisi ideal.
Proyek Visi CPA yang berorientasi pada masa depan,menyatakan bahwa pengakuan
atas profesi harus bertumpu pada nilai-nilai layanan yang diberikan. Proyek Visi
CPA telah mengidentifikasi lima nilai inti berikut yang dikaitkan dengan profesi
CPA , yaitu (a) Pendidikan berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup; (b)
Kompetensi; (c) Integritas; (d) Selaras dengan isu-isu bisnis yang luas; (e)
Objektivitas
Secara keseluruhan nilai-nilai di atas merupakan hal yang penting guna mendapatkan
kepercayaan dan keyakinan dari mereka yang mengandalkan jasa-jasa CPA.
Profesi CPA juga menetapkan sifat sukarela dan pengaturan sendiri Kode Perilaku
Profesional ini.Mukadimah pada kode Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh
AICPA menekankan pentingnya standar etika bagi para CPA,seperti beikut ini .
“Keanggotaan dalam American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
bersifat sukarela. Dengan menerima keanggotaan, berarti juga seorang akuntan
public yang bersertifikat (certified public accountant /CPA) menerima kewajiban
untuk mendisiplikan dirinya di atas dan melampui kewajiban yang di tetapkan dalam
peraturan dan ketentuan.
Prinsip-prinsip dalam Kode Etik Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh AICPA
menyatakan bahwa profesi mengakui tanggung jawabnya kepada masyarakat, klien,
dan tanggung jawab profesionalnya serta menyatakan ajaran dasar etika dan perilaku
professional. Untuk menjalankan prinsip-prinsip ini diperlukan komitmen yang teguh
agar menjadi perilaku yang terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan
pribadi”
B. KODE ETIK PERILAKU PROFESIONAL AICPA (Boynton, 2003:99)
1. Tim Etika Profesional AICPA
Pengaturan sendiri dan etika professional demikian pentingnya bagi profesi
akuntan, sehingga peraturan AICPA menetapkan perlunya dibentuk Divisi atau
Tim etika Profesional. Misi dari tim ini adalah :
i. Mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif menegakkan
standar-standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa kepentingan
masyarakat terlindungi
ii. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA
iii. Menyediakan pedoman yang mutakhir dan berkualitas sehingga para anggota
mampu menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya.
Tim ini terdiri dari beberapa staf penuh waktu,anggota sukarela aktif,dan
investigator sementara jasa juga bersifat sukarela sesuai kebutuhan. Tim tersebut
melaksanakan tiga fungsi utama untuk menyelesaikan misinya sebagai berikut:
1. Menetapkan standar: Komite Eksklusif Etika Profesional melakukan
interpretasi atas Kode Perilaku Profesional AICPA serta mengusulkan perubahan
pada kode perilaku.
2. Penegakkan etika: Tim Etika Profesional melakukan investigasi atas potensi
masalah-masalah disiplin yang melibatkan anggota AICPA serta mesyarakat
CPA Negara bagian dan Program Penegakan Etika Bersama
3. Jasa permintaan bantuan teknis (ethics hotline): Tim Etika Profesional
melakukan pendidikan bagi anggota serta mempromosikan pemahaman atas
standar etika yang ada dalam Kode Perilaku Profesional AICPA, dengan cara
menanggapi permintaan bantuan anggota dalam rangka penerapan Kode Perilaku
Profesional AICPA pada bidang praktik yang spesifik.
2. Komposisi Kode Etika AICPA
Kode Perilaku Profesional (Code of Profesional Conduct) AICPA yag telah
direvisi dan diterima oleh sidang keanggotaan tahun1988 terdiri dari dua seksi
sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip (Principles) yang menyatakan ajaran dasar perilaku etika dan
memberikan kerangka kerja bagi Peraturan-peraturan.
b. Peraturan Perilaku (Rules of Conduct) yang menetapkan standar minimun
perilaku yang dapat diterima dalam pelaksanaan layanan profesional.
Sebagai suatu pernyataan ideal perilaku profesional, maka Prinsip-prinsip ini tidak
digolongkan sebagai standar yang dapat ditegakkan. Sebaliknya Peraturan Perilaku
menetapkan standar minimum perilaku yang dapat diterima serta dapat ditegakkan
atau dengan perkataan lain sebagai suatu keharusan untuk dicapai.
Sebagai tambahan atas kedua seksi dari kode tersebut, maka komite Eksekutif Divisi
Etika professional mengeluarkan pengumuman-pengumuman sebagai berikut:
1. Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of The Rules of Conduct)
yang menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan
spesifik.
2. Ketetapan etika (Ethics Rulings) yang menunjukkan penerapan Pertauran
Perilaku dan interpretasi pada kondisi nyata tertentu.
Para anggota yang menyimpang dari Interpretasi atau Ketetapan Etika harus
memberikan penjelasan dan alasan penyimpangan tersebut pada rapat dengar
pendapat tentang disiplin.
3. Definisi Kode Etik
Boynton (2003:100) membagi definisi kode etik (code definition) kedalam 9
bagian guna memahami penerapan prinsip-prinsip Kode dan Peraturan :
i. Klien (client). Setiap orang atau entitas,selain pegawai anggota CPA yang
menugaskan anggota atau kantor anggota CPA untuk melaksanakan jasa
professional bagi perorangan atau entitas yang menerima jasa profesional
tersebut.
ii. Dewan (Council). Dewan yang berada dalam lembaga AICPA
iii. Perusahaan (Enterprise). Sinonim dengan istilah “kilien”
iv. Kantor Akuntan Publik (Firm). Bentuk organisasi yang diizinkan oelh
undang-undang Negara bagian atau peraturan yang memiliki karakteristik sesuai
dengan keputusan Dewan, untuk melaksanakan praktik akuntan public,termasuk
untuk perorangannya sebagai pemilik.
v. Status Keanggotaan (holding out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh
seorang anggota yang menginformasikannya statusnya sebagai CPA atau
spesialis AICPA yang terakreditasi.
vi. Institut (Institute). AICPA itu sendiri sebagai kelembagaan.
vii. Anggota (Member). Seorang anggota,anggota asosiasi,atau asosiasi
internasional dari AICPA.
viii. Praktik Akuntan Publik (Practise of public accounting). Pemberian jasa
profssional berupa jasa akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi,
jasa dukungan litigasi, serta jasa profesional lainnya oleh seorang anggota atau
kantor akuntan public yang terdaftar sebagai pemegang CPA atau spesialis
AICPA yang terakreditasi,sesuai dengan standar yang diumumkan oleh badan-
badan yang ditunjuk oleh Dewan. Akan tetapi,seorang anggota pemegang CPA
atau kantor akuntan public, tidak diperkenankan untuk melakukan praktik
akuntansi public,apabila seorang anggota atau kantor akuntan public pemegang
CPA tersebut memang tidak memberikan jasa professional seperti tersebut di
atas kepada klien.
ix. Jasa Profesional. (Professional services). Semua jasa yang dilaksanakan oleh
seorang CPA yang masih berstatus sebagai pemegang CPA.
4. Prinsip-Prinsip
Prinsip yang terdapat dalam kode etik dibagi oleh Boynton (2003:101) kedalam
enam prinsipyaitu
a.) Tanggung jawab
“Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, para
anggota harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan
moral dalam semua aktivitass mereka.”
CPA memberikan jasa yang penting dan perlu dalam system persaingan bebas
yang dianut di Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada
mereka yang menggunakan jasa profesional CPA. Selain itu,para CPA memiliki
tanggung jawab yang berkesinambungan untuk berkerja sama dengan para
anggota lainnya guna:
a. Meningkatkan seni akuntansi
b. Menjaga kepercayaan public pada profesi,dan
c. Melaksanakan kegiatan pengaturan sendiri (self regulatory)
Tujuan keseluruhan dalam memenuhi prinsip ini adalah untuk menjaga dan
meningkatkan sosok profesi akuntan public.
b.) Kepentingan Publik
“Para CPA harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan public,menghargai kepercayaan public,dan
menunjukkan komitmen pada profesionalisme.”
Kepentingan public didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dari komunitass
manusia dan institusi yang dilayani oleh CPA.Kepentingan public yang harus
dilindungi oleh CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah,
pegawai, pemegang saham , dan masyarakat umum. Suatu ciri mulia dari sebuah
profesi adalah kesediannya untuk menerima tanggung jawab professional
kepada public.
c.) Integritas
“Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,para
CPA harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan
integritas tertinggi.”
Dalam memenuhi prisnip-prinsip ini, para anggota harus bersikap jujur dan
tulus. Dalam integritas masih dimungkinkan terjadinya kesalahan akibat
kelalaian dan perbedaan pendapat, namun integritas tidak dapat mentolerir
terjadinya distorsi fakta yang dilakukan dengan sengaja atau upaya mengecilkan
pertimbangan.
d.) Objektivitas dan Independensi
“Seorang CPA harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari
pertentangan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab
profesional.Seorang CPA yang berpraktik sebagai akuntan public harus
bersikap independen dalam kenyataan dan penampilan pada waktu
melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya.”
Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal
yang berkaitan dengan penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkat
bila anggota menjauhkan diri dari keadaan yang dapat menimbulkan pertentang
kepentingan.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana
kompetennya seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya,
pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan
laporan auditor apabila CPA tersebut tidak independen dalam memberikan jasa-
jasa tersebut, para anggota harus independen dalam segala hal. Untuk
mengujinya, para anggota dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau
hubungan usaha dengan klien. Sebagai contoh, seorang CPA tidak boleh
menjadi bagian dari manajemen atau melayani dewan direksi.Para anggota yang
berpraktik sebagai akuntan public harus senantiasa menilai hubungannya
dengan klien agar tidak melemahkan independensinya.
e.) Kecermatan atau Keseksamaan
“Seorang CPA harus mengamati standar teknis dan etika profesi,terus
meningkatkan kompetensi serta mutu jasa,dan melaksanakan tanggung
jawab profesional dengan kemampuan terbaik.”
Prinsip kecermatan atau keseksamaan adalah pusat dari pencarian terus menerus
akan kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan
mengharuskan setiap CPA untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya
dengan kompetensi dan ketekunan.
Keseksamaan meliputi keteguhan,kesungguhan,serta bersikap energik dalam
menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Hal ini juga
berarti,seorang CPA harus: (1.) Cermat dan seksama dalam melaksanakan
pekerjaan; (2.) Memperhatikan standar teknis dan etika yang dapat diterapkan;
(3.) Menyelesaikan jasa yang dilaksanakan dengan segera.
Keseksamaan meliputi keseksamaan dalam perencanaan dan supervise perikatan
yang menjadi tanggung jawab CPA.
f.) Lingkup dan Sifat Jasa
“Seorang CPA yang berpraktik sebagai akuntan public, harus mematuhi
Prinsip-Prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan
jasa yang diberikan.”
Prinsip ini hanya dapat diterapkan hanya dapat diterapkan kepada anggota yang
memberikan jasa kepada masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan
memberikan jasa spesifik dalam situasi tertentu,maka CPA tersebut harus
mempertimbangkan semua prinsip-prisnsip yang telah ada sebelumnya. Apabila
ternyata tidak ada prinsip yang dapat dipenuhi, maka penugasan tersebut harus
ditolak. Selanjutnya seorang CPA harus:
a. Hanya berpikir pada suatu kantor yang telah mengimplementasikan
prosedur pengendalian mutu
b. Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien
tidak akan menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa
audit bagi klien.
c. Menilai apakah jasa yang diminta konsisten dengan peran professional.
C. PERATURAN PERILAKU (Boynton, 2003: 105)
Dalam memformulasikan peraturan-peraturan ini, AICPA telah berusaha untuk dapat
memberikan layanan yang terbaik bagi para anggotanya,profesi dan masyarakat dari
waktu ke waktu,peraturan tersebut dimodifikasi untuk dapat mengakomodasi
perubahan norma dari perilaku etik serta pengaruh-pengaruh lainnya,seperti
perubahan-perubahan pada ketentuan pemerintah. Sebagai contoh, tidak adanya
system penomoran pada seksi yang berkode nomor 400-an adalah akibat dari
penghapusan beberapa peraturan dalam seksi 400-an yang berkaitan dengan tanggung
jawab terhadap kolega.Peraturan-peraturan ini dihapuskan karena pada akhirnya
dianggap terlampau bebas dan dalam beberapa kasus telah mendapat tantangan dari
pemerintah federal sebagai pengendalian yang tidak dibenarkan atas persaingan.
Contoh-contoh beberapa perubahan tambahan yang ditetapkan oleh pemerintah guna
menghapuskan praktik yang dianggap mengendalikan akan dijelaskan berikut ini :
Peraturan organisasi AICPA mengharuskan para CPA mematuhi Peraturan Perilaku.
Peraturan tersebut dapat diterapkan kepada semua CPA dan kepada semua jasa
professional yang dilaksanakan, kecuali apabila:
1. Susunan kata dalam peraturan menunjukkan lain
2. CPA yang berpraktik diluar Amerika Serikat serta menyesuaikan diri dengan
peraturan profesi akuntan di Negara tuan rumah.
Seorang CPA dalam praktik public mungkin harus bertanggungjawab untuk mematuhi
semua peraturan bagi setiap orang yang berada dalam supervise anggota atau anggota
partner atau pemegang saham dalam praktik. Selain itu, CPA tidak dapat mengijinkan
orang lain untuk bertindak atas namanya.Apabila hal ini dilakukan,berarti melanggar
peraturan. Pernyataan setiap peraturan dan penjelasan yang penting diberikan dalam
bagian berikut ini
a. Peraturan 101-Independensi
Seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam
melaksanakan jasa professional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang
diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan.
Peraturan ini digabungkan dalam kode etik, dengan menunjuk persyaratan
indenpendensi dalam standar teknis yang diterbitkan oleh AICPA. Badan-badan
yang telah menerbitkan standar yang mewajibkan CPA bersikap independen
adalah Auditing Standars boards (ASB) dan Accounting and Review Services
Committee. Karena pentingnya masalah independensi ini bagi berbagai jasa
atestasi, maka hingga saat ini AICPA telah menerbitkan 14 interpretasi yang
berkaitan dengan peraturan 101, yaitu:
101-1 Interpretasi peraturan 101 : interpretasi awal ini ditujukan pada hubungan
kepentingan keuangan dan bisnis yang dapat memperlemah independensi
101-2 Independensi praktisi dan kantor akuntan publik pendahulu:
menunjukkan konsidir dimana kegiatan partner atau pemegang saham terdahulu
pada suatu kantor akuntansi dapat memperlemah independensi.
101-3 - Jasa akuntansi: sering kali para CPA membantu klien dengan
menyediakan jasa akuntansi termasuk pembukuan serta penyusunan laporan
keuangan. Interpretasi ini menggambarkan tanggung jawab panjang yang harus
dipikul oleh manajemen klien untuk tetap menjaga independensi
101-4 -- Direktur dan perwalian kehormatan dari organisasi nirlaba :
memberikan pedoman bagi para CPA yang diminta untuk bertugas sebagai direktur
atau perwalian kehormatan untuk suatu atestasi klien.
101-5 -- Pinjaman dari lembaga keuangan klien serta terminologi terkait :
pada umumnya independensi CPA akan menjadi lemah apabila CPA tersebut
mempunyai pinjaman pada atau dari perusahaan atau komisaris, direktur atau
pimpinan pemegang saham perusahaan. Interpretasi ini menjelaskan beberapa
pengecualian pada peraturan yang bersifat umum ini.
101-6 -- pengaruh dari litigasi yang nyata atau potensial pada independensi :
menjelaskan kondisi dimana independensi dapat dianggap melemah akibat adanya
litigasi ataupun adanya maksud untuk memulai litigasi
[101-7]-- dihapuskan
101-8 -- Pengaruh terhadap independensi kepentingan keuangan pada pihak
nonklien yang memiliki hubungan sebagai investor atau investee dengan
pihak anggota klien : menjelaskan berbagai modus dimana kepentingan keuangan
pihak nonklien dapat secara signifikan mempengaruhi klien sehingga melemahkan
independensi klien.
101-9 -- Arti terminologi independensi tertentu serta dampak dari hubungan
kekerabatan bagi independensi : memberikan definisi tertentu yang digunakan
dalam interpreasi 101-1 dan menjelaskan juga bagaimana independensi dapat
menjadi lemah melalui hubungan kekerabatan tertentu.
101-10 --Pengaruh hubungan dengan entitas termasuk laporan keuangan
pemerintahan terhadap independensi : pada umumnya seorang CPA yang
menerbitkan laporan atas laporan keuangan yang bersifat multiguna dari instansi
pemerintah sebagai klien harus bersikap independen terhadap klien. Namun
independensi tidak lagi diwajubkan bagi organisasi tersebut bilamana secara
keuangan klien tidak bertanggung jawab bagi organisasi atau pengungkapan yang
diwajibkan tidak termasuk informasi keuangan.
101-11 --Independensi dan pelaksanaan jasa profesional di bawah pernyataan
standar perikatan atestasi dan pernyataan standar auditing no. 75, perikatan
untuk menerapkan prosedur yang telah disepakati pada elemen, akun atau
butir tertentu dalam laporan keuangan. Memberikan pedoman atas
independensi pada perikatan yang lebih terbatas dalam lingkupnya dibandingkan
dengan audit atas laporan keuangan multi guna.
101-12 --Independensi dan kerjasama dengan klien : pada umumnya
independensi akan dianggap lemah apabila selama periode penugasan profesional
atau pada saat menyatakan pendapat seorang CPA kantor akuntan mempunyai
kehiatan bisnis bersama dengan klien yang dianggap material bagi kantor CPA atau
klien itu sendiri.
101-13 -- Perluasan jasa audit. Banyak usaha yang menyerahkan pekerjaan audit
internalnya pada kantor-kantor akuntan publik. Interpretasi ini menjelaskan kondisi
dan hubungan yang diperlukan antara kantor akuntan publik dengan klien
guna tetap menjaga independensi.
101-14 -- pengaruh struktur praktik alternatif terhadap penerapan peraturan
tentang independensi : karena adanya perubahan dalam cara CPA menyusun
praktik-praktiknya maka interpreyasi ini memberikan pedoman bagaimana
alternatif yang beragam terhadap "struktur tradisional;" dapat berpengaruh bagi
independensi.
Interpretasi Independensi
Terdapat beberapa tema dalam interpretasi indenpendensi,yang meliputi pengaruh
dari:
1. Kepentingan Keuangan
Larangan terhadap kepentingan keuangan bersifat sangat ekplisit. Pertama,
CPA atau kantor akuntan public (KAP) tidak boleh mempunyai kepentingan
keuangan langsung dengan klien. Oleh karena itu, seorang CPA tidak boleh
memiliki atau mempunyai opsi untuk membeli satu lembar saham pun dari
klien. Dalam interpretasi inti disebutkan bahwa kepemillikan saham melalui
perusahaan investasi digolongkan juga sebagai kepentingan keuangan
langsung. Akan ada kespentingan keuangan tidak langsung apabila (1) CPA
atau kantor akuntan publik (KAP) memiliki saham dalam bentuk dana bersama
(mutual fund) yang pada gilirannya akan memiliki saham klien atau (2)
seorang CPA memiliki hubungan keluarga dengan pihak yang mempunyai
keuangan dengan klien.
Kedua, seorang CPA tidak diperkenankan memiliki gubungan kerjasama atau
memegang investasi bisnis dengan perusahaan klien, komisaris, direktur atau
pemegang saham utama dalam perusahaan klien, komisaris, direktur atau
pemegang saham utama dalam perusahaan tersebut yang bersifat material bagi
CPA ataupun aktiva bersih perusahaan.
Ketiga, seorang CPA tidak diperkenankan memiliki pinjaman kepada atau dari
perusahaan klien, komisaris, direktur atau pemegang saham utama adalam
perusahaan tersebut, kecuali memang diperbolehkan sesuai dengan interpretasi
101-5. Secara rinci interpretasi tersebut menguraikan dua kategori
pengecualian, apabila pinjaman tersebut (1) telah diperoleh dilaksanakan
secara independen (2) diperoleh melalui prosedur persyaratan dan kewajiban
peminjaman yang normal serta (3) senantiasa mutakhirkan.
2. Hubungan Bisnis.
Seorang CPA tidak diperbolehkan memeberikan layanan dalam kapasitas
sebagai anggota manajemen atau sebagai pegawai klien, karena dapat
memperlemah independensi. Penerapan interpretasi ini akan menjadi semakin
kompleks apabila CPA memiliki anggota klien.
Periode waktu kepentingan bisnis berbeda dengan periode waktu hubungan
bisnis. Sebagai contoh, apabila auditor juga menjadi direktur, anggota
manajemen atau pegawai klien pada periode yang menjadi lingkup audit maka
independensinya menjadi lemah. Kelemahan tersebut tidak akan terselesaikan
dengan memutuskan hubungan begitu saja sebelum audit dimulai. Alasannya
adalah meskipun hubungan telah diputuskan namun CPA tersebut masih harus
melakukan audit dan melaporkan hasil-hasil keputusannya atau partisipasinya
selama ia dalam kapasitas sebagai bagian dari klien.
3. Arti Ungkapan "CPA Atau Kantor Akuntan Publik"
Interpretasi 101-9 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan CPA atau
kantor akuntan publik (member or member's firm) meliputi semua dari
berikut ini:
i. Semua orang (dari setiap tingkatan) yang berpartisipasi dalam perikatan,
kecuali mereka yang hanya melaksanakan fungsi klerk rutin, seperti juru
ketik atau operator foto kopi.
ii. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan beralokasi dalam kantor
yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan.
iii. Semua pemilik, partner atau pemegang saham dari kantor akuntan public
iv. Sebuah entitas yang kebijakan usaha, keuangan atau akuntansinya dapat
dikendalikan oleh seorang atau lebih dari orang-orang yang telah
disebutkan diatas atau oleh dua orang atau lebih yang dipilih dan ditunjuk
untuk bertindak bekerja sama.
Untuk memperjelas ketaatan pada peraturan 101, ungkapan CPA dan kantor
akuntansi publik tidak hanya meliputi orang-orang yang telah disebutkan
diatas namun juga meliputi pasangan mereka, keluarga. Oleh karena itu,
sebagai CPA yang berpartisipasi dalam memiliki kepentingan keuangan
langsung. Atau tidak langsung yang cukup material pada klien. Demikian pula
halnya dengan pasangan atau keluarga anggota yang belum mandiri juga tidak
diperkenankan memuliki kepentingan seperti tersebut di atas.
Sesuai dengan interpretasi 101-9, ungkapan CPA dan kantor akuntan publik
tidak meliputi keluarga dekat yang sudah mandiri, sperti anak, kakak, dan
adik, kakek dan nenek, orang tua dan mertua. Namun demikian, interpretasi
menyatakan bahwa independensi CPA atau kantor akuntan publik dapat
melemah karena adanya hubungan keuangan dan usaha dari keluarga seperti
tersebut diatas. Sebagai contoh, sudah pasti akan diangkat kasus apabila ada
kerabat dekat yang memegang kepentingan keuangan yang material bagi
kerabat dekat tersebut maupun bagi CPA sendiri.
Interpretasi 101-9 menunjukkan bahwa adanya anggota keluarga seorang CPA
yang bekerja pada perusahaan klien selama periode waktu yang berkaitan
dengan hubungan bisnis hanya akan melemahkan independensi dalam keadaan
berikut ini :
i. Posisi peka audit (audit sensitive position). Posisi yang dimaksud
adalah posisi untuk pasangan, keluarga atau keluarga dekat yang
mandiri yang memiliki posisi dalam kegiatan klien yang berkaitan
dengan atau elemen dari pengendalian intern yang signifikan seperti
posisi kasir, auditor internal, kepala akuntansi atau kepala gudang
persediaan. Larangan ini hanya berkaitan dengan keluarga CPA yang
berpartisipasi dalam perikatan
ii. Pengaruh signifikan (significant influence) hal ini mencakup
pasangan, keluarga atau keluarga dekat mandiri yang memiliki posisi
yang memungkinkan untuk memberikan pengaruh signifikan atas
kebijakan operasional, keuangan atau akuntansi klien, seperti posisi
direktur, chief executive, atau pejabat keuangan atau akuntansi.
Larangan ini berkaitan dengan apa yang dinamakan keluarga dari (1)
setriap CPA yang berpartisipasi dalam perikatan, dan (2) seriap pemilik
partner atau pemegang saham yang beralokasi dalam kantor yang
berpartisipasi secara signifikan dalam perikatan, selain untuk pasangan
dan keluarga, larangan tersebut meluas kepada setiap pemilik, partner
atau pemegang saham dalam setiap kantor yang memiliki kempampuan
untunk mempengaruhi perikatan.
4. Jasa Lain Bagi Klien.
Seringkali CPA menyediakan jasa lain sebagai tambahan atas jasa atestasi
kepada klien. Sebagai contoh, seorang CA atestasinya. CPA yang
melakukan praktik sedemikian harus memenuhi persyaratan berikut agar
dapat mempertahankan penampilannya bahwa ia bukan menjadi klien
sehingga dapat menjadi kurang independen menurut pandangan seorang
pengamat yang layak.
a. CPA tidak diperkenankan memiliki hubungan lain, seperti kepentingan
keuangan yang dapat memperlemah objektivitasnya
b. Klien harus bertanggung hawab penuh atas laporan keuangannya
c. CPA tidak diperbolehkan melakuakan peran lain sebagai pegawai atau
manajemen dalam usaha klien
d. CPA harus bekerja sesuai standar profesional dalam melaksanakan
perikatan atestasi
Klien atestasi seringkali meminta CPA untuk menjalankan peran dan fungsi
sebagai auditor internal. Interpendensi tidaj dipandang melemah, apabila
CPA atau kantor akuntan publik bertindak atau tampil untuk bertindak
dalam kapasitas yang setara dengan anggota manajemen atau sebagai
pegawai klien. Selain itu, terdapat beberapa kondisi lain yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Dewan direksi, komite audit, manajemen klien, serta anggota CPA
semuanya harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tanggung
jawab masing-masing
b. Pemahaman tersebut sebaiknya didokumentasikan dalam surat
perikatan
c. CPA harus merasa puas bahwa klien memahami tanggung jawabnya
untuk menetapkan dan menjaga pengendalian intern serta mengarahkan
fungsi audit internal sebagai bagian dari pemantauan pengendalian
intern
d. Klien harus bertanggung jawab untuk (1) menunjuk seorang yang
kompeten lebih baik apabila diambil dari manajemen senior untuk
bertanggung jawab dalam fungsi audit internal (2) menentukan lingkup
resiko dan frekuensi fungsi audit internal dan (3) mengevaluasi
kecukupan prosedur audit yang dilaksanakan temuan serta hasil
kegiatan audit internal sebagaimana yang disajikan dalam laporan audit
yang disusun sesuai dengan pedoman CPA perihal pelaksanaan layanan
publik untuk jasa tersebut
Akhirnya lingkungan pemerintahan dan dunia akademis telah
memberikan perhatian yang besar dengan membuat pernyataan bahwa
dengan memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien atestasi
akan memperlemah independensi. Kedaan tersebut didasarkan pada
keyakinan bahwa CPA akan melakukan review atas apa yang telah
dikerjakannya sendiri, sehingga sangat mungkin akan terjadi bias pada
saat review.
Secara konsisten AICPA menegaskan bahwa secara keseluruhan MCS
adalah sama dengan independensi, sepanjang CPA hanya memberikan
layanan sebagai penasehat bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan bisnis. Apabila auditor merupakan pengambilan keputusan,
maka independensi audit akan melemah karena auditor akan bertindak
dalam "kapasitas yang setara dengan anggota manajemen". Akan tetapi
kantor CPA akan diminta untuk menarik diri dari pelaksanaan jasa
MCS berikut ini bagi audit klien SEC.
a. Bantuan dalam merger dan akuisisi untuk mendapatkan finder's
fee
b. Perekrutan eksekutif
c. Jasa aktuaria bagi perusahaan asuransi
d. Jajak pendapat umum
e. Pengujian psikologi
5. Litigasi
Litigasi melibatkan CPA dan kliennya yang mempertanyakan
independensi CPA. Pada umumnya, independensi akan melemah
apabila keberadaan atau potensi ancaman litigasi telah berubah secara
signifikan atau diharapkan hubungan antara klien dengan CPA akan
berubah secara material. Litigasi yang mengakibatkan memburuknya
posisi antar klien dengan CPA atau justru menyatukan manajemen
dengan CPA untuk berkonspirasi dalam menghambat informasi dari
pemegang saham, dapat melemahkan independensi CPA. Sebaliknya,
litigasi yang diajukan pemegang saham terhadap CPA tidak harus
mempengaruhi independensi.
6. Imbalan Yang Belum Dibayar
Imbalan yang belum dibayar untuk jasa profesional yang telah
diberikan akan dianggap sebagai pinjaman yang diberikan anggota
kepada klien, sesuai dengan apa yang di maksudkan dalam peraturan
101 dan interpretasinya. Oleh karena itu independensi kantor akuntan
publik dapat dianggap melemah apabila CPA telah menerbitkan
laporan audit untuk tahun berjalan bagi klien, namun CPA belum
menerima imbalan, baik telah ditagihkan atau belum ditagihkan selama
lebih dari satu tahun. Ketetapan ini tidak berlaku bagi imbalan yang
belum dibayar akibat pailitnya klien.
Independence Standards Board (ISB)
Dewan standar independen didirikan pada tahun 1997 berdasarkan hasil
diskusi antara AICPA dengan perwakilan dari profesi dan SEC. misi yang
diemban oleh ISB menurut terbitan mereka adalah untuk menetapkan standar
independensi yang dapat diterapkan pada audit atas entitas publik dalam
rangka melayani kepentingan masyarakat serta melindungi dan meningkatkan
kepercayaan investor dalam pasar bursa. Untuk mencapai maksud tersebut,
dewan mengambil langkah sebagai berikut :
a. Pada awalnya akan mengambil standar independen yang ada pada SEC
b. Mengembangkan kerangka kerja konseptual independensi yang dapat
diterapkan pada audit atas entitas publik yang akan digunakan sebagai
dasar pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis standar independensi
c. Mengumumkan standar, melakukan review dan ratifikasi, melakukan
konsensus dengan Komite Masalah Independensi serta melakukan
interpretasi atas masalah-masalah objektivitas dan independensi auditor
yang dikemukakan oleh staf ISB
d. Mengembangkan proses untuk digunakan sebagai pedoman dan
penyelesaian masalah, termasuk mendayagunakan HC sebagai narasumber
tentang masalah-masalah yang dapat mempengaruhi independensi
e. Menyediakan fungsi konsultatif bagi para praktisi dan registran yang ini
menanyakan tentang standar independensi
Pada bulan April 1999, ISB menerbitkan Independence Standards Board
Standard no. 1. Standar ini dapat diterapkan pada setiap auditor yang
bermaksud untuk bersikap independence pada setiap entitas sesuai dengan
yang dikehendaki oleh securitas Art yang dikelola oleh SEC, setidaknya
setahun sekali, auditor tersebut harus:
a. Mengungkapkan secara tertulis kepada komite audit perusahaan, bahwa
menurut pertimbangan profesional auditor, semua hubungan yang ada
antara auditor dengan entitas terkait telah secara layak dianggap memiliki
independensi.
b. Mengkonfirmasikan dalam surat tersebut bahwa pertimbangan
professional yang diberikan telah cukup independen terhadap perusahaan
sesuai dengan apa yang dimaksud dalam undang-undang SEC.
c. Membahas independensi auditor dengan komite audit.
b. Peraturan 102- Integritas Dan Objektivitas
Dalam pelaksanaan setiap jasa professional, seorang CPA harus menjaga
objektivitas dan integritas, harus bebas dari pertentangan kepentingan, dan tidak
diperbolehkan salah menyajikan fakta atau mensubordinasikan pertimbangannya
kepada pihan lain.
Peraturan ini berlaku untuk semua jasa professional dan untuk semua anggota.
Sebagai contoh, dalam hubungannya dengan majikan pihak akuntan ekstern,
anggota dalam industry harus bersikap tulus dan tidak boleh salah menyajikan
fakta atau gagal menyajikan fakta yang material. Selanjutnya apabila anggota
dalam indutri berselisih paham dengan seorang penyelia(supervisor) tentang
masalah akuntansi atau auditing yang akan berpengaruh penting pada laporan
keuangan, maka anggota tersebut harus memastikan bahwa situasi pertentangan
tersebut bukan merupakan bentuk subordinasi pertimbangan. Seorang anggota
yang melaksanakan jasa profesional bagi klien atau suatu organisasi harus bebas
dari atau tidak diperkenankan memiliki hubungan penting dengan orang,entitas,
atau layanan lain yang dipandang dapat mengganggu objektivitas anggota.
c. Peraturan 201- Standar Umum
Setiap anggota harus memenuhi standar-standar berikut ini dan setiap interpretasi
dari badan-badan yang ditujukan oleh Dewan.
a. Kompetensi professional. Hanya melaksanakan jasa profesional yang
diyakini dapat diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan public dengan
kompetensi proessional
b. Penggunaan kemahiran professional. Mempergunakan kemahiran
professional dengan cermat dan seksama dalam melaksanakan setiap jasa
professional
c. Perencanaan dan supervise. Merencanakan dengan cermat dan mengawasi
jalannya pelaksanaan jasa professional.
d. Data Relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi
agar mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau
memberi rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa professional yang
dilaksanakan.
Standar-standar umum di atas tidak boleh dikacaukan dengan tiga standar umum
GAAS yang telah dibahas dalam bab sebelumnya.
Peraturan 201A tentang kompetensi profesional tidak hanya meliputi kualifikasi
teknis seorang anggota atau para staf dari seorang anggota saja, namun meliputi
juga kemampuan CPA tersebut untuk melakukan supervise dan evaluasi atas
mutu pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak lain. Apabila berdasarkan fakta
yang diketahui pada saat itu, CPA meyakini kemampuannya untuk menyelesaikan
perikatan tersebut sesuai dengan standar-standar professional, maka secara etis ia
diperbolehkan menerima perikatan.

d. Peraturan 202-Kepatuhan Terhadap Standar


Seorang CPA yang melaksanakan auditing, review. Kompilasi, konsultasi
manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi standar-
standar dan setiap interpretasi yang diterbitkanoleh badan-badan yang ditunjuk
oleh Dewan.
Dewasa ini, standar-standar teknis yang tergolong dalam peraturan diatas adalah
standar-standar yang diterbitkan oleh Auditing Standards Board, Accounting and
Review Service Committee, serta Management Consulting Service Executives
Committee. Sejalan dengan maksud menegakkan peraturan di atas, Dewan telah
menunjuk dua badan untuk memasyarakatkan standar-standar pengungkapan
informasi keuangan di luar laporan keuangan dasar yang menyertai laporan
keuangan yang diterbitkan. Kedua badan tersebut adalah FASB dan GASB.

e. Peraturan 203- Prinsip-Prinsip Akuntansi.


Seorang CPA tidak dibenarkan untuk (1) menyatakan pendapat atau menyatakan
bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap entitas yang
diauditnya telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi material
yang telah dilakukan pada laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum, apabila laporan atau data tersebut
mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah ditetapkan oleh
badan berwenang yang ditunjuk oleh Dewan untuk menyusun prinsip-prinsip
yang mempunyai dampak material terhadap keseluruhan laporan atau data.
Namun, apabila CPA mampu menunjukkan adanya penyimpangan pada laporan
dan data yang dapat menimbulkan keadaan yang menyesatkan, maka CPA
tersebut harus mematuhi peraturan ini dengan menjelaskan dalam laporannya
yang menguraikan tentang penyimpangan tersebut, perkiraan akibat yang akan
ditimbulkan, dan sepanjang dianggap praktis, akan menyebutkan juga alasan-
alasan mengapa kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dapat menimbulkan
pernyataan yang justru menyesatkan.
Peraturan 203 ini diterapkan kepada semua anggota yang melaksanakan tindakan
seperti diuraikan di atas,baik yang melakukan praktik public maupun
tidak.Tindakan yang dimaksud terjadi,misalnya ketika,
1. Melakukan audit laporan keuangan
2. Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif
3. Melakukan review atas informasi keuangan
Peraturan di atas meliputi semua jasa yang standarnya telah ditetapkan dalam
GAAP,termasuk perikatan untuk melaporkan dasar komprehensif selain GAAP.
Dewan telah menunjukan dua kelompok untuk memasyaratkan prinsip-prinsip
akuntansi ,yaitu:
1. GASB untuk entitas pemerintah Negara bagian dan local.
2. FASB untuk semua entitas lainnya.

f. Peraturan 301- Informasi Rahasia Klien


Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk
mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa izin khusus dari klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan sebagai (1) membebaskan seorang anggota dari
kewajiban profesionalnya sesuai peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi
dengan cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi permintaan atau
panggilan pengadilan yang sah dan berlaku, atau untuk melarang anggota
mematuhi ketentuan dan peraturan pemerintah yang berlaku, (3) untuk
menghalangi review atas praktik professional anggota menurut wewenang
AICPA atau masyarakat CPA negara bagian, atau Dewan Akuntansi atau (4)
menghindari seorang anggota dari pernyataan keberatan atau kewajiban untuk
menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika profesioanal atau
badan pengadilan institute atau badan investigasi dan disiplin dari masyarakat
CPA negara bagian atau Dewan Akuntansi.
Setiap anggota dari badan-badan yang disebutkan dalam rangka (4) diatas serta
para anggota yang terlibat dalam praktik review professional yang disebut dalam
angka (3) diatas tidak diperkenankan mempergunakan untuk kepentingan sendiri
atau mengungkapkan informasi rahasia klien anggota yang menarik perhatiannya
dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Namun demikian, larangan tersebut tidak
boleh membatasi pertukaran oleh badan-badan tersebut pada angka (4) atau
kerugian praktik review professional yang disebut dalam angka (3) diatas.
Kewajiban CPA yang melakukan praktik public untuk merahasiakan semua
informasi tentang masalah bisnis klien merupakan hal yang sangat
mendasar.Kerahasiaan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun
dasar kepercayaan bersama antara CPA dan klien.
Peraturan 301 mengharuskan anggota untuk mendapatkan persetjuan klien
sebelum mengungkapkan informasi rahasia klien.sebaiknya persetujuan tersebut
dilakukan dalam bentuk tertulis.Persetujuan tidak diperlukan lagi apabila keempat
pengecualian yang dinyatakan dalam peraturan resebut dipenuhi.
Pengecualian dari peraturan 301 memungkinkan auditor memenuhi tanggung
jawab professional dan hukum.Sebagai contoh,dalam menerbitkan laporan
audit ,seorang anggota dapat mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam
GAAP yang tidak tercantum dalam laporan keuangan.
Keharusan untuk menyimpan rahasia sebagaimana disebutkan dalam peraturan
301 tersebut harus dibedakan dari konsep hukum tentang hak istimewa
komunikasi. Ketentuan hukum federal dan negara bagian memberikan hak
istimewa ini dalam hubungan tertentu seperti hubungan antara klien dengan
penasehat hukum, dokter dengan pasien, atau antara pendeta dengan jemaatnya.
Dalam kasus-kasus semacam ini ,komunikasi antara profesional dengan kliennya
tidak ada ketentuan federal yang memberikan status hak istimewa ini masih ada
dalam delapan belas Negara bagian.
Peraturan 301 merupakan sumber dari sejumlah dilemma etika bagi para CPA.
Sebagai contoh,seorang auditor memiliki klien A.klien A tersebut memiliki
piutang pada B yang cukup material dan A yakin bahwa piutang tersebut dapat
ditagih sesuai dengan informasi auditor klien B. Namun ketika mengaudit klien
B,auditor mendapatkan informasi rahasia tentang adanya keraguan yang serius
atas kemampuan B membayar saldo hutangnya kepada A.Atau juga dapat terjadi
ketika melakukan audit atas klien A,auditor mendapatkan bahwa A telah
membebankan lebih kepada B atas pembelian barang persediaan tersebut.Selain
itu,dengan tidak adanya mandate legislative atau peraturan,maka peringatan
auditor atas kasus-kasus tindak pelanggaran hukum oleh klien akan berbenturan
dengan Peraturan 301
g. Peraturan 302- Honor Kontijensi.
Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk:
1. Melaksanakan jasa profesional dengan menerima honor kontijensi atau
imbalan semacam itu dari klien yang CPA atau kantor akuntan publiknya
juga melaksanakan:
2. Membuat surat pemberitahuan pajak penghasilan perdana atau yang telah
diperbaikai atau klaim atas pengembalian pajak untuk honor kontinjen.
3. Larangan pada angka (1) diatas berlaku selama periode dimana CPA atau
kantor akuntan public ditugaskan untuk melaksanakan setiap jasa diatas dan
periode yang dicakup dalam laporan keuangan histori tercakup juga dalam
jasa-jasa tersebut di atas.
Kecuali seperti yang dinyatakan dalam kalimat berikut, honor kontinjen adalah
imbalan yang ditetapkan berdasarkan kinerja jasa yang diberikan, dimana imbalan
tidak akan diberikan apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau
dimana jumlah imbalan akan tergantung pada temuan atau hasil jasa tersebut.
Hanya untuk maksud peraturan ini saja, imbalan tidak akan dianggap sebagai
kontinjen apabila imbalan tersebut ditetapkan oleh pengadilan atau lembaga-
lembaga yang berwenang lainnya, atau dalam masalah pajak, apabila penetapan
tersebut berdasarkan hasil keputusan pengadilan atau temuan dari pejabat pajak.
“Honor anggota dapat beragam tergantung, misalnya, pada kompleksitas jasa
yang diberikan.”
Sebelum diubah pada tahun 1990,peraturan ini membuat larangan umum bagi
anggota untuk menerima imbalan yang berkaitan dengan setiap jasa untuk setiap
klien.Pada tahun 1990,AICPA telah mengubah peraturan ini guna mematuhi
perintah dari Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (U.S Federal Trade
Commission/FTC),yang menganggap peraturan yang lama akan menghambat
jalannya perdagangan.Peraturan dalam bentuk yang baru,menunjukkan adanya
kesepakatan antara AICPA yang ingin tetap bertahan pada larangan umum,dan
pihak FTC yang menginginkan agar seluruh peraturan tersebut dihapuskan.
Peraturan tersebut tidak melarang seorang anggota untuk membebankan imbalan
berdasarkan kompleksitas jumlah ajam atau hari yang diperlukan untuk
menyelesaikan jasa yang diberikan.Seorang anggota juga dapat memilih tarif
pembebanan per diem (biaya yang dihitung berdasarkan jumlah hari atau jam)
yang lebih rendah untuk klien yang sedang menghadapi kesulitan keuangan atau
bahkan melaksanakan jasa tanpa imbalan bagi organisasi yang bergerak di bidang
amal.
h. Peraturan 501- Tindakan Yang Mendiskreditkan
Seorang CPA tidak boleh melakukan suatu perbuatan yang mendiskreditkan
profesi.
Menurut peraturan 501, tindakan mendeskreditkan diartikan sebagai tindakan
yang dilakukan angota yang dapat merusak atau mengganggu reputasi dan
integritas profesi. Dalam interpretasi, tindakan-tindakan berikut ini digolongkan
sebagai tindakan tercela (1) menahan catatan klien serta kertas kerja auditor, (2)
diskriminasi dalam pekerjaan, (3) kegagalan dalam mematuhi standard dan / atau
prosedur lainnya atau persyaratan lain dalam audit pemerintahan, (4) kelalaian
dalam penyusunan laporan keuangan, (5) kegagalan dalam mematuhi persyaratan
badan pemerintah, komisi, atau lembaga pengaturan dalam melaksanakan jasa
atestasi, dan (6) permohonan atau pengungkapan pertanyaan pemeriksaan CPA
berikut jawabannya.
i. Peraturan 502- Periklanan Dan Bentuk Solisitasi Lainnya.
Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk
mendapatkan klien dengan cara memasang iklan atau bentuk solisitasi lainnya
dalam segala hal yang salah, menyesatkan, atau menipu. Solisitasi dengan cara
memaksa, yang melampaui batas atau melecehkan dilarang.
Peraturan ini mencerminkan adanya kompromi. Beberapa anggota AICPA
meyakini bahwa semua bentuk periklanan dan penawaran harus dilarang karena
merupakan bentuk yang tidak professional. Akan tetapi, AICPA harus mematuhi
ketentuan lain yang terkandung dalam perintah FTC tahun 1990 kepada AICPA
berkenaan dengan peraturan 502.
j. Peraturan 503-Komisi Dan Honor Referal
1. Larangan komisi
Seorang CPA yang melakukan praktik public tidak diperkenankan
memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa pihak lain kepada
klien demi mendapatkan komisi, atau memberikan rekomendasi atau
referensi produk atau jasa yang disediakan oleh klien untuk mendapatkan
komisi, atau menerima komisi ketika CPA atau kantor akuntan public juga
sedang melaksanakan jasa berikut ini bagi klien:
a) Suatu audit atau review laporan keuangan: atau
b) Kompilasi laporan keuangan, jika CPA memperkirakan atau mungkin
memperkirakan bahwa ada pihak yang akan mempergunakan laporan
keuangan serta laporan kompilasi anggota yang tidak mengungkapkan
adanya kekurangan indenpensi; atau
c) Pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.
Larangan ini berlaku selama periode penugasan untuk melaksanakan jasa-
jasa tersebut diatas dan selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan
historis yang terkait dengan jasa-jasa di atas.
2. Pengungkapan komisi yang diperkenankan.
Seorang CPA dalam praktik public yang tergolong tidak dilarang oleh
peraturan ini untuk melaksanakan jasa dengan imbalan komisi atau menerima
komisi atau yang dibayar atau mengharapkan untuk dibayar dengan komisi
harus mengungkapkan fakta ini kepada setiap orang atau entitas kepada siap
CPA merekomendasikan atau merujuk produk dan jasa yang berkaitan
dengan komisi tersebut.
3. Honor Referal
Seorang CPA yang menerima honor referral karena merekomendasikan atau
merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau yang
membayar honor referral untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan
hal tersebut kepada klien.

k. Peraturan 505- Bentuk Organisasi Dan Nama


Seorang CPA dapat membuka praktik akuntan public hanya dalam bentuk
organisasi yang diizinkan oleh hukum dan peraturan negara bagian yang ciri-
cirinya sesuai dengan ketentuan dari Resolusi Dewan.
Seorang CPA tidak diperkanankan membuka praktik akuntan public dengan nama
yang dapat menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lama dapat
dicantumkan dalam nama kantor organisasi penerus.
Sebuah kantor tidak dapat menyebutkan dirinya sendiri sebagai “Anggota
American Institute of Certified Publik Accountants”, kecuali semua partner atau
pemiliknya adalah anggota dari lembaga tersebut.
Sebelum diubah pada tahun 1997, peraturan 505 menetapkan bahwa para praktisi
dalam bidang akuntan public hanya dapat membentuk perusahaan perseorangan,
persekutuan, dan perseroan professional.
Dewasa ini, kantor akuntan dapat menggunakan dan menarik manfaat dari
berbagai bentuk organisasi yang diizinkan oleh undang-undang atau peraturan
negara bagian, sepanjang karakteristik organisasi tersebut sesuai dengan
ketentuan Resolutions of Council.
Interpretasi 505-3 menyatakan bahwa di samping focus yang ditentukan oleh
Resolusi Dewan AICPA tersebut para CPA tetap bertanggung jawab secara
keuangan dan selain itu,juga atas pekerjaan atestasi yang dilaksanakan guna
melindungi kepentingan public.Interpretasi 505-3 mewajibkan :
a. Kepatuhan pada semua aspek hukum dan pearturan Negara bagian yang
berlaku
b. Pendaftaran pada program pemantauan praktik yang telah distujui oleh
AICPA
c. Menjadi anggota dalam Seksi Praktik SEC apabila pekerjaan atestassi yang
dilaksanakan adalah untuk kepentingan klien SEC (sebagaimana yang
ditetapkan oleh Dewan )
d. Kepatuhan pada peraturan tentang independensi sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan 101,tentang Independensi.
e. Kepatuhan pada standar yang berlaku yang ditetapkan oleh badan-badan
yang ditunjuk oleh Dewan.
D. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (Mulyadi, 1998:45)
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku
anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika profesinal
bagi praktik akuntan Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai suatu organisasi profesi akuntan.
Kode Etik Akuntan Indonesia dibagi menjadi 9 bagian berikut ini:
1. Pembukaan
Kode Etik Akuntan Indonesia diawali dengan pembukaan yang berisi latar
belakang diperlukannya kode etik bagi profesi akuntan Indonesia dan definisi
kode etik. Latar belakang diperlukannya kode etik bagi profesi akuntan Indonesia
disebutkan berikut ini:
i. Setiap manusia yang menyediakan jasa berdasarkan pengetahuan dan
keahliannya kepada masyarakat harus memiliki tanggung jawab kepada
masyarakat tersebut.
ii. UU No 34/1954 dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin masyarakat
untuk mendapatkan layanan jasa dari orang-orang yang memiliki
pengetahuan dan keahlian memadai.
Dalam pembukaan didefinisikan kode etik sebagai pedoman bagi para anggota
IAI untuk bertugas secara bertanggung jawab.
2. Bab I: Kepribadian
Dalam Bab I kepribadian dicantumkan dua pasal yang mengatur:
i. Kewajiban semua anggota IAI untuk menjaga nama baik profesi dan
menjunjung tinggi etika profesional serta hukum yang berlaku di tempat
anggota menjalankan profesinya.
ii. Kewajiban semua anggota IAI untuk mempertahankan integritas dan
objetivitas dalam menjalankan tugasnya.
3. Bab II: Kecakapan Profesional.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia Bab II Kecakapan profesional dicantumkan
dua pasal. Pasal 2 dalam kode etik tersebut mengatur:
i. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk melaksanakan pekerjaannya
berdasarkan standar profesional yang berlaku bagi pekerjaannya tersebut.
ii. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk mengikat orang-orang lain yang
bekerja dalam pelaksanaan tugas profesionalnya untuk mematuhi Kode Etik
Akuntan Indonesia.
iii. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk senantiasa meningkatkan
kecakapan profesionalismenya.
iv. Kewajiban untuk menolak setiap penugasan yang tidak sesuai dengan
kecakapan profesionalismenya.
4. Bab III: Tanggung Jawab
Dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaan profesionalismenya:
i. Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
tugasnya.
ii. Menjaga mutu pekerjaan profesionalismenya.
5. Bab IV: Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus dalam Kode Etik Akuntan Indonesia berisi pasal yang
mengatur perilaku anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan. Dalam pasal 6
Kode Etik Akuntan Indonesia, akuntan publik diharuskan untuk:
i. Mempertahankan sikap independensi
ii. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
yang berlaku
iii. Memberikan penjelasan yang cukup mengenai tujuan pembubuhan tanda
tangan dalam laporan yang dibuat sebagai hasil pelaksanaan penugasannya.
iv. Menegaskan bahwa ia tidak menjamin terwujudnya ramalan atau projeksi,
jika ia melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan ramalan atau
projeksi.
v. Memelihara hubungan baik dengan rekan profesi
Pasal 6 Kode Etik Akuntan Indonesia, berisi berbagai larangan bagi akuntan
publik.
a.) Auditor dilarang menerima fee selain audit fee dalam penugasan audit atas
laporan keuangan
b.) Auditor dilarang memberi saran atau pandangan mengenai masalah
akuntansi atau masalah audit kepada orang atau badan yang sedang diaudit
oleh auditor lain tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan auditor yang
bersangkutan
c.) Akuntan publik dilarang mengiklankan atau mengizinkan orang lain untuk
mengiklankan nama atau jasa yang diberikan, kecuali iklan yang sifatnya
pemberitahuan.
d.) Akuntan publik dilarang memberikan fee dalam bentuk apapun kepada
pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung turut menentukan
penugasan, dalam usaha memperoleh penugasan tersebut.
6. Bab V: Pelaksanaan Kode Etik
Pasal 7 Kode Etik Akuntan Indonesia mengatur mengenai pelaksanaan etika
profesional berikut ini:
i. Setiap anggota wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ini dengan
penuh rasa tanggung jawab, baik secara perorangan maupun bersama degan
rekan anggota lainnya.
ii. Setiap anggota harus selalu berusaha untuk saling mengingatkan sesama
anggota terhadap tindakan-tindakan yang dinilai tidak etis
iii. Setiap anggota harus meminta petunjuk dari Komite Kode Etik Akuntan
Indonesia, dalam hal adanya masalah yang tidak jelas pengaturannya
iv. Setiap anggota harus melaporkan setiap tindakan yang melanggar kode etik
ini, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
v. Pengewasan kepatuhan dan penilaian pelaksanaan kode etik oleh akuntan
publik dilaksanakan oleh dua lembaga: Badan Pengawas Profesi dan Dewan
Pertimbangan Profesi.
vi. Jika atas keputusan sanksi yang dijatuhkan oleh Badan Pengawas Profesi,
akuntan publik yang terkena sanksi mengajukan banding, maka kasus ini
kemudian ditangani oleh lembaga banding: Dewan Pertimbangan Profesi.
vii. Dalam menjalankan tugas, dewan Pertimbangan Profesi dapat mengenakan
sanksi atas pelanggaran kode etik, berupa pemberhentian keanggotaan
sementara atau pemberhentian keanggotaan tetap, sebagaimana diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1996
pasal 2.
7. Bab VI: Suplemen dan Penyempurnaan
Adanya penyimpangan atau kesulitan penerapan pasal-pasal yang tercantum
dalam Kode Etik Akuntan Indonesia tidak dapat dihindari oleh anggota IAI.
Hingga tahun 1998, Komite Kode Etik IAI telah menerbitkan enam pernyataan
Etika Profesi, yang terdiri dari:
i. Pernyataan Etika Profesi No 1. Integritas, Objektivitas, dan Independensi
ii. Pernyataan Etika Profesi No. 2 kecakapan Profesional
iii. Pernyataan Etika Profesi No. 3 Pengungkapan Informasi Rahasia Klien
iv. Pernyataan Etika Profesi No. 4 Iklan bagi Kantor Akuntan Publik
v. Pernyataan Etika Profesi No. 5 Komunikasi Antarakuntan Publik
vi. Pernyataan Etika Profesi No. Perpindahan Staf/ Partner dari Satu Kantor
Akuntan ke Kantor Akuntan Lain
Penyempurnaan Kode Etik Akuntan Indonesia dilakukan oleh Kongres Ikatan
Akuntan Indonesia.
8. Bab VII: Penutup
9. Bab VIII: Pengesahan
E. PENEGAKAN PERATURAN
Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan-peraturan dari kode
Perilaku Profesional.Akan tetapi,dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas
peraturan,seorang CPA harus memberikan alasan atas setiap setiap penyimpangan
dari Interpretasi Peraturan Perilaku dan Peraturan etika yang berlaku.Tindakan
penegakan dapat dilakukan sebagai tanggapan atas,
1. Adanya keluhan terhadap anggota dan bukan anggota.
2. Ulasan dalam surat kabar atau publikasi,seperti SEC Docket dan IRS
Bulletin,yang ditulis oleh personil dalam Divisi Etika Prrofesional
3. Penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada AICPA oleh pejabat
pemerintah Negara bagian bukan federal.
Penegakan peraturan AICPA dilakukan oleh dua kelompok,yaitu oleh AICPA dan
masyarakat CPA Negara bagian.keduanya memiliki wewenang untuk melakukan
investigasi atas keluhan yang disampaikan,melakukan dengar pendapat serta sanksi
pada mereka yang telah melanggar peraturan.
Penegakan peraturan AICPA dilakukan melalui Divisi Etika Profesi serta badan
Pengadilan Bersama (Joint Trial Board).Sanksi maksimun yang dapat dikenakan oleh
AICPA adalah memecat CPA dari keanggotaan AICPA.
Penegakan oleh masyarakat Negara bagian dilakukan melalui komite Etika yang ada
pada setiap Negara bagian serta Badan Pengadilan Bersama.Sebagaimana halnya
dengan AICPA,sanksi terberat yang dapat dikenakan adalah kehilangan keanggotaan
dalam masyarakat CPA Negara bagian.
a. Prosedur Penegakan Etika Bersama
Sebagai upaya penegakan peraturan perilaku lebih efektif serta lebih
menyeragamkan tindakan disiplin yang dilakukan, AICPA telah mengembangkan
Program Penegakan Etika Bersama .Menurut ketentuan dalam JEEP,keluhan
terhadap seseorang CPA dapat disampaikan melalui AICPA atau masyarakat CPA
Negara bagian.Pada umumnya AICPA memiliki yurisdiksi untuk menangani
kasus: (1.) Pada lebih dari satu Negara bagian; (2.) Litigasi; (3.) Masalah-masalah
yang menarik perhatian dan berskala nasional.Kelompok yurisdiksi dapat
bertindak sendiri atau bersama-sama.
b. Prosedur Badan Pengadilan Bersama
Hanya terdapat satu badan pengadilan bersama (joint trial board)yang terdiri dari
setidaknya 36 anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau
mantan anggota majelis.Badan pengadilan bersama baru melibatkan diri apabila
prosedur penegakan yang sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan
tentang anggota ternyata cukup serius atau anggota yang terlibat ternyata menolak
untuk bekerja sama. Badan pengadilan bersama dapat mengambil tindakan disiplin
sebagai berikut: (1.) Menegur CPA; (2.) Memberhentikan sementara CPA selama
periode waktu yang tidak lebih dari tahun; (3.) Memecat CPA.
c. Ketentuan Disiplin Otomatis
Peraturan tambahan meliputi juga ketentuan disiplin otomatis yang memberikan
wewenang untuk menghentikan sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu
melakukan dengar pendapat dalam situassi tertentu.penghentian sementara dapat
terjadi bila sekretaris AICPA diberitahu bahwa pertimbangan atau pernyataan
bersalah telah dijatuhkan kepada seorang CPA yang
1. menjalani hukuman pidana kurungan untuk masa lebih dari satu tahun
2. dengan sengaja lalai mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan,di
mana CPA secara pribadi adalah seorang wajib pajak yang menurut undang-
undang wajib mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan tersebut
3. Pengarsipan surat pemberitahuan pajak penghassilan yang dipalsukan atau
yang mengandung kecurangan atas nama CPA atau atas nama klien.
4. Dengan sengaja membantu menyusun dan menyajikan surat pemberitahuan
pajak penghasilan atas nama klien yang dipalsukan atau yang mengandung
kecurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.

Mulyadi., Puradiredja, Kanaka. 1998. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


Etika Profesi Bisnis
“Tugas Mereview Materi BAB 4"
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BISNIS

Dosen Pembimbing :
Dr. Dra. Tries Ellis Sandari, MM., CMA)

Oleh :
1. Ratna Reinha Megawati (1221700154)
2. Intan Tivani Ariana (1221700135)
3. Riana Patmasari (1221700131)

Kelas : ( U)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Prodi Akuntansi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Tahun 2020/2021
Prinsip dan Etika Bisnis Dalam Perusahaan.
Etika bisnis adalah salah satu cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan masyarakat. Dalam perusahaan, etika bisnis
dapat membentuk nilai, norma, dan perilaku karyawan hingga pimpinan dalam membangun
hubungan yang baik, adil, dan sehat dengan pelanggan, rekan kerja, pemegang saham, hingga
masyarakat. Etika bisnis juga dapat menjadi salah satu standar bagi seluruh karyawan,
termasuk manajemen.
Salah satu contoh etika dalam bisnis yang paling dasar dan paling penting adalah jujur.
Kejujuran adalah hal yang penting untuk dimiliki oleh seorang pebisnis. Jujur baik dalam
perusahaan itu sendiri maupun di luar perusahaan. Misalnya saja tetap jujur kepada karyawan
dan rekan kerja. Dengan jujur,para karyawan maupun rekan kerja akan dengan mudah
percaya dengan kita. Sehingga mempermudah proses kinerja para pemilik bisnis.

Pengertian Etika Bisnis Secara Umum dan Menurut Ahli


1. Sumarni (1998:21)“Etika bisnis adalah sesuatu yang berkaitan dengan masalah
penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau
kejujuran berusaha.”
2. Muslich (2004:9) “Etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan
dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal dan secara ekonomi/sosial, dan pengaplikasian norma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.”
3. Yosephus “Etika bisnis adalah wilayah penerapan berbagai prinsip moral umum pada
wilayah tindak manusia di bidang ekonomi, khususnya bisnis. Sehingga secara hakiki
sasarannya adalah perilaku moral pebisnis yang berkegiatan ekonomi.”
4. Hill dan Jones “Etika bisnis adalah suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan
benar. Hal tersebut bisa memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
pada saat mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang
berhubungan dengan masalah moral yang kompleks.”
5. Valasques “Etika bisnis adalah studi khusus tentang moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis.”
6. Steade Et Al “Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara
mengambil suatu keputusan bisnis.”
7. Caroll & Buchholtz “Business ethics, is concerned with good and bad wrong behavior
that takes place within a business context.Concepts of right and wrong are
increasingly being interpreted today to include the more difficult and subtle questions
of fairness, justice, and equity.”
Tahapan Etika Bisnis
Etika bisnis ini bisa dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Tahapan makro, pada tahapan ini etika bisnis mempelajari berbagai aspek moral dari
sistem ekonomi secara keseluruhan.
2. Tahapan meso atau menengah, pada tahapan ini etika bisnis mempelajari persoalan
etika yang ada di dalam organisasi. Organisasi dalam hal ini bisa diasosiasikan
sebagai organisasi perusahaan, serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan
profesi, dan lain sebagainya.
3. Tahapan mikro, pada tahapan ini memusatkan perhatian pada persoalan individual
yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi atau bisnis. Pada tahapan ini dipelajari
tanggungjawab etis karyawan dan pimpinan, produsen dan konsumen serta investor.

Von Der Embse dan R. A Wagley (1988) ketiga pendekatan dasar untuk merumuskan tingkah
laku etika bisnis. Berikut ketiga pendekatan tersebut:
1. Utilitarian Approach ( Pendekatan Utilitarian
Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu dalam bertindak
seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat dengan cara yang tidak membahagiakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya.
2. Individual Rights Approach.
Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati.
Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi bentukan dengan hak orang lain.
3. Justice Approach.
Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama dan bertindak adil dalam
memberikan keputusan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok.
Prinsip Etika Bisnis Perusahaan :
Ada beberapa prinsip dalam etika bisnis yang perlu diperhatikan oleh para pelaku bisnis.
Berikut ini adalah beberapa contoh dan pengertiannya:

a. Prinsip Otonomi.
Prinsip otonomi mengharuskan pelaku bisnis mengambil keputusan dengan tepat dan
baik, serta mempertanggung jawabkan keputusan tersebut. Dalam menjalankan prinsip
otonomi ini, dua perusahaan atau lebih bisa berkomitmen menjalankan etika bisnis dengan
prinsip otonomi. Namun, masing-masing perusahaan dapat mengambil pendekatan yang
berbeda-beda dalam menjalankannya. Karena, masing-masing perusahaan pasti memiliki
kondisi dan strategi yang berbeda-beda dalam mencapai suatu tujuan perusahaan.

b. Prinsip Kejujuran.
Prinsip kejujuran adalah prinsip etika bisnis yang paling dasar dalam mendukung
keberhasilan perusahaan dalam berbagai aspek.
Kejujuran merupakan nilai yang paling dasar untuk mendukung keberhasilan kinerja
perusahaan. Tanpa kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama, karena kejujuran adalah kunci
utama dalam kesuksesan bisnis.
c. Prinsip Keadilan.
Dalam prinsip ini berarti setiap orang yang melakukan bisnis meiliki hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama. Sehingga semua pihak yang terkait dalam bisnis harus
memberikan kontribusi baik secara langsung atau tidak langsung terhadap keberhasilan
bisnis. Menerapkan prinsip keadilan berarti semua pihak harus memiliki akses positif sesuai
dengan kemampuan dan peran yang telah diberikan untuk mendukung keberhasilan bisnis.

d. Prinsip Loyalitas.
Loyalitas adalah salah satu hal penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Loyalitas dalam
perusahaan biasanya dapat dilihat dari kerja keras dan keseriusan dalam menjalani bisnis
sesuai dengan visi dan misi. Dengan menerapkan prinsip ini, berarti tidak boleh
mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi.
e. Prinsip Integritas Moral.
Setiap perusahaan harus memiliki integritas moral yang baik. Dengan begitu, perusahaan
lebih dapat dipercaya masyarakat. Menerapkan prinsip ini, berarti seluruh pelaku bisnis,
baik karyawan hingga manajemen harus selalu menjaga nama baik perusahaan.

Etika bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.


Sebuah perusahaan harus memerhatikan etika bisnis dan tanggung jawab sosialnya.
Etika bisnis dapat dilihat dari bagaimana perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekitar, menyejahterakan masyarakat sekitar dan juga tanggung jawab
kesejahteraan sosial termasuk karyawannya.
Etika bisnis adalah kode etik yang diterapkan sebuah entitas bisnis atau perusahaan
untuk melakukan kegiatan bisnisnya. Dengan kata lain, etika bisnis merupakan panduan
atau tuntunan bagaimana sebuah perusahaan seharusnya dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Seperti yang sudah dikatakan bahwa etika bisnis sangat penting untuk di aplikasi
kan agar perusahaan memiliki pondasi yang kuat dan memiliki nilai yang tinggi.

Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Seperti yang sudah disinggung, sebuah perusahaan dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan usahanya harus memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial. Adapun
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan seperti:
1. Tanggung jawab sosial kepada konsumen.
Tanggung jawab sosial perusahaan kepada konsumen tidak hanya seputar masalah
penyediaan produk atau jasa saja tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek lain.
Merujuk pendekatan utilitarian, maka perusahaan harus menghasilkan produk atau jasa
yang memiliki banyak manfaat kepada masyarakat.

2. Tanggung jawab sosial kepada karyawan.


Perusahaan wajib memberikan rasa aman dan nyaman kepada karyawannya,
memperlakukan karyawan dengan adil. Selain itu, perusahaan juga memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk pengembangan diri karyawan.
3. Tanggung jawab sosial kepada kreditor.
Misalnya pada saat perusahaan harus menyelesaikan kewajiban atau utangnya namun ia
sedang memiliki masalah keuangan maka perusahaan wajib memberitahukan kepada
kreditor.

4. Tanggung jawab sosial kepada pemegang saham.


Perusahaan juga bertanggung jawab kepada pemegang saham. Sehingga dalam
operasional nya, perusahaan juga harus memastikan keputusan yang diambil juga untuk
kepentingan pemegang saham.

5. Tanggung jawab sosial kepada lingkungan.


Tanggung jawab ini berkaitan dengan lingkungan, misal dengan tidak membuang limbah
sembarangan, mencegah polusi disekitar tempat usaha, mencegah penggunaan bahan
berbahaya. Jadi perusahaan diharapkan ramah terhadap lingkungan.

6. Tanggung jawab sosial kepada komunitas.


Tanggung jawab sosial ini dapat dilakukan dengan cara memberikan corporate social
responsibility atau CSR. Memberikan bantuan seperti sarana prasarana untuk pendidikan,
kesehatan, infrastuktur, wadah usaha atau hal lain yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Manfaat Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.


Menjalankan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja
akan memberikan manfaat yang banyak bagi perusahaan seperti:
1. Memberikan citra positif dan nilai lebih bagi perusahaan
2. Mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik internal maupun
eksternal perusahaan
3. Meningkatkan motivasi untuk semua pihak yang terlibat, dan lain sebagainya.
4. Mendapat cakupan peliputan yang luas terutama pada konsumen perusahaan.
Contoh Kasus Pengambilan Keputusan
Kasus Kekecewaan Pelenggan Perusahaan Apple Terhadap Penurunan Harga Iphone
Pada tanggal 5 Septembe 2007, Steve Jobs, CEO Perusahaan Apple melakukan praktek
diskriminasi harga sebagai strategi pemasarannya yaitu menurunkan harga product iPhone
mereka yang sangat sukses sejumlah $200 dari harga semula sebesar $599 yang merupakan
harga perkenalan yang sudah sejak dua bulan. Tak perlu dibicarakan, dia menerima email
yang sangat banyak dari para pelanggan yang kecewa dan marah. Dua hari kemudian, Steve
Jobs menawarkan $100 kredit yang dapat di gunakan di toko Apple dan online store kepada
para pelanggan yang sudah membayar harga penuh. Apakah keputusan untuk mengurangi
$200 dan sikap untuk melakukannya tepat dari sudut pandang etika?
Seandainya pihak management Apple melakukan sniff test sebelum mengambil keputusan
mungkin mereka memiliki kesimpulan bahwa ibu mreka tidak akan bangga atau nyaman
dengan keputusan tersebut. Sama halnya, mungkin mereka akan sadar bahwa pengurangan
harga juga bertentangan dengan kode etik pelayanan pelanggan Apple.
Jika Apple hanya melihat dari sisi pemegang saham dalam mengambil keputusan tersebut,
mereka akan sadar selain pelanggan awal yang terkena imbas, perusahaan Apple sendiri
ternoda dan itu bisa juga berimbas terhadap pelanggan lain yang mereka coba untuk dekati.
Sebagai tambahan, para pekerja Apple yang mana banyak diantara mereka sudah tergoda
oleh reputasi Apple yang kuat yang selalu menyediakan solusi yang inovatif dengan standar
tinggi akan dipertanyakan oleh company mothers, yang mana akan melemahkan komitmen
dan kesetiaan mereka.
Seandainya pihak perusahan Apple sudah menerapkan philosophi etika traditional mereka
akan mengetahui hal hal berikut.
1. Konsekuensialisme
Dari sisi pandang keuntungan, Apple mengharapkan lebih dari sekedar pengimbangan dari
$200 pengurangan harga per unit in margin dan mendapatkan jumlah penjualan yang besar.
Jika hanya untukk iPhone saja mungkin cara ini sudah tepat, tapi Apple juga memiliki banyak
produk lain yang juga akan dibeli oleh pelanggan mereka yang juga bisa terkenda dampak
negatifnya. Dan juga melihat keputusan tersebut sebagai kesempatan untuk pengurangan
harga dari harga awal yang tinggi. Sikap GOUGING sudah bisa di tebak yang mana akan
merusak nilai proposisi apple secara keseluruhan dan juga penjualan produk selain iPhone
akan terpengaruh sebagai dampak dari keputusan tersebut. Secara umum, pihak management
mungkin yakin dengan keputusan penggabungan untuk penjualan iPhone dan produk
lainnya.
2. Tugas, Hak dan Justice Para excecutive Apple
Mempunyai tugas untuk mendapatkan keuntungan selama hal tersebut tidak melanggar
hukum. Dalam kasus ini, para pembeli awal iPhone memiliki hak secara legal untuk
menuntut perusahaan dengan alasan perlakuan yang tidak adil. Namun, aksi individual akan
lebih sedikit dari pada class action. Dampak dari ketidakadilan pengurangan harga dapat
berupa tekanan buruk yang signifikan.
3. Kualitas Bagus yang Diharapkan
Dalam pikiran pelanggan dan pekerja pada perusahaan Apple, Jobs mempunyai image secara
teknis sebagai jenius yang berpandangan jauh ke depan yang terarah untuk menyediakan nilai
yang hebat bagi stakeholder. Penurunan harga $200 tidak sesuai dengan harapan mereka pada
Jobs dan Apple.
Apple seharusnya juga menggunakan pertanyaan “Tucker Framework” yang dikembangkan
dan dimodifikasi untuk menguji penurunan harga $200. Jika begitu adanya, jawabannya
adalah sebagai berikut:
1) Apakah hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau
tidak.
2) Apakah hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
3) Apakah hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
4) Apakah hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan
potensial.
5) Apakah hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti
yang didiskusikan sebelumnya.
6) Pertanyaan opsional: Apakah ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan
tidak dilibatkan dalam keputusan ini, tapi akan berdampak
7) Negative dan signifikan jangka menengah dan jangka yang lebih panjang. Sangat
tidak bijak untuk mengulang keputusan atau mengabaikan dampak negatif di masa
depan yang berpengaruh terhadap reputasi.
Sewajarnya, Apple harus mempertimbangkan praktek diskriminasi harga sebagai strategi
pemasaran sebagai ketidakadilan dan ketidakbijakan tanpa adanya mitigasi bagi pembeli awal
iPhone.Apakah pemberian kredit $100 memadai? Dalam peristiwa apapun, Jobs dapat
menghindari tekanan negatif dan kerusakan pada reputasinya dan Apple, jika Apple telah
menggunaka EDM untuk menganalisa keputusan sebelum bertindak.
Hal ini harus menjadi catatan bahwa meskipun potongan harga yang disebutkan pada kasus
ini tidak jarang dan dianggap tidak umum sebagai masalah etika serius, mereka mempunyai
aspek etis yang bisa dinilai menggunakan pendekatan EDM.Mereka merepresentasikan risiko
yang dapat melemahkan reputasi eksekutif dan perusahaan yang terlibat.

REVIEW/ tinjauan :
Dalam pengambilan keputusan, eksekutif maupun CEO suatu perusahaan perlu
mempertimbangkan pendekatan etis pengambilan keputusan yaitu:
- Consequences, Utility
- Duty, Rights, Justice
- Virtue Expectations
Jika dijabarkan ketiganya, dapat dikatakan pertimbangan-pertimbangan dari ketiga
pendekatan antara lain:
 Well-offness/ Consequentialism ( Kesejahteraan / Konsekuensi )
Keputusan yang kan dibuat harus menghasilkan keuntungan lebih dari biaya yang
dikeluarkan. Dalam kasus Apple, tidak jelas apakah keputusan pengurangan harga
menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau sebaliknya.
 Rights, Duty/ Deontology ( Hak, Tugas )
Keputusan yang akan dibuat seharusnya tidak menyinggung hak daripada stakeholder
termasuk pembuat keputusan. Menurut perusahaan, perusahaan telah membuat keputusan
yang benar.Akan tetapi ada pihak-pihak yang merasa mereka tidak diperlakukan dengan adil
dan bijak atas keputusan yang dibuat perusahaan yakni pelanggan awal yang membeli produk
perusahaan tersebut dengan harga tinggi.
 Fairness/ Justice ( Keadilan )
Pembagian keuntungan dan beban harus adil.Menurut beberapa pelanggan dan pekerja, ada
ketidakadilan dalam keputusan yang diambil oleh perusahaan.
 Virtue Expectations/ Virtue Ethics
Motivasi keputusan harus merefleksikan kualitas bagus yang diharapkan stakeholder.Bayak
pelanggan merasa kecewa dengan keputusan ini. Artinya, keputusan yang diambil sama
sekali tidak merefleksikan kualitas bagus yang diharapkan.
Empat pertimbangan di atas harus memuaskan orang yang terkena dampak keputusan
tersebut agar keputusan dapat dipertimbangkan sebagai keputusan yang etis.
Namun, jika dilihat dari kasus perusahaan Apple yang dikaitkan dengan pertimbangan di atas,
lebih banyak dampak negatif yang dirasakan dari keputusan tersebut.Artinya, keputusan yang
diambil oleh perusahaan Apple belum cukup etis.
Jika dilihat dari pendekatan tradisional dengan 5 pertanyaan, yakni:
1. Apakah hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau
tidak seperti yang didiskusikan sebelumnya.
2. Apakah hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
3. Apakah hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
4. Apakah hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan
potensial.
5. Apakah hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti
yang didiskusikan sebelumnya
6. Pertanyaan opsional: Apakah ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan
tidak dilibatkan dalam keputusan ini, tapi akan berdampak negative dan signifikan
jangka menengah dan jangka yang lebih panjang.
7. Sangat tidak bijak untuk mengulang keputusan atau mengabaikan dampak negatif di
masa depan yang berpengaruh terhadap reputasi.
Menurut teori, jika terdapat lebih dari satu respon negative ketika lima pertanyaan tersebut
diajukan, buat keputusan seharusnya merevisi kembali keputusan yang akan diambil untuk
menghapus dampak-dampak negative yang akan timbul. Jika revisi keputusan berhasil dan
mengarah kea rah positif, maka keputusan yang diambil pun menjadi keputusan yang etis,
Jika dilihat dari kasus perusahaan Apple, terdapat lebih dari satu respon negative atas
pertanyaan yang diajukan.Dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil oleh Apple
bukanlah suatu keputusan yang etis.
DAFTAR PUSTAKA
https://mastahbisnis.com/etika-bisnis/
https://qazre.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai