Anda di halaman 1dari 27

CSS (Clinical Science Session)

*Kepanitraan Klinik Senior/G1A219135


** Pembimbing/dr. Puji Lestari, Sp.M

ENDOFTALMITIS

Rahmat Al Hafiz S.Ked*


dr. Puji Lestari, Sp.M **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN/SMF MATA RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
2
LEMBAR PENGESAHAN

CSS (Clinical Science Session)

ENDOFTALMITIS

Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian Mata RSUD Raden Mattaher
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2021

Disusun oleh:
Rahmat Al Hafiz
G1A219135

Jambi, April 2021


Pembimbing,

dr. Puji Lestari, Sp.M

i
KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Case Science Session (CSS) yang berjudul
“Endoftalmitis” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.  
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Puji Lestari, Sp.M
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Provinsi Jambi. 
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
oleh penulis.Sebagai penutup semoga kiranya laporan Clinical Science
Session ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia
kesehatan pada umumnya.

Jambi, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................2


2.1 Anatomi Bola Mata....................................................................................................2

2.2 Definisi.................................................................................................................3

2.3 Epidemiologi........................................................................................................3

2.4 Etiologi.................................................................................................................4

2.5 Patogenesis...........................................................................................................5

2.6 Diagnosis..............................................................................................................6

2.6.1 Anamnesis......................................................................................................6

2.6.2 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................7

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................8

2.7 Jenis- Jenis Endoftalmitis.....................................................................................8

2.8 Diagnosa Banding................................................................................................13

2.9 Penatalaksanaan ..................................................................................................13

2.10 Komplikasi.........................................................................................................17

2.11 Prognosis............................................................................................................17

BAB III KESIMPULAN................................................................................................18


DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Endoftalmitis dikarakteristikkan dengan adanya inflamasi atau peradangan


berat pada bola mata yang terjadi oleh karena adanya infeksi dari bakteri ataupun
jamur. Beberapa penelitian mendefinisikannya sebagai infeksi bakteri atau jamur
yang melibatkan corpus vitreus dan aqueous humor.1 Beberapa kasus yang terjadi
merupakan endoftalmitis eksogen yang terjadi setelah menjalani operasi mata,
setelah penetrasi trauma okuli, atau komplikasi dari infeksi kornea. Endoftalmitis
juga bisa berupa endoftalmitis endogen, terjadi dari bacteraemic atau fungaemic
dari mata.2
Beberapa kasus endoftalmitis yang muncul bersifat akut, dengan gejala yang
baru muncul beberapa jam atau beberapa hari. Kasus ini memerlukan pengobatan
yang segera, karena penundaan pengobatan dapat mengakibatkan hilangnya
penglihatan secara permanen.2 Peradangan yang disebabkan bakteri akan
memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak,
kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata
depan keruh yang kadang-kadang disertai hipopion.3
Komponen yang paling penting dari pengobatan adalah injeksi antibiotik
pada intravitreus, bersama dengan vitrectomy pada kasus berat. Prognosis
endoftalmitis bergantung pada durasi dari endoftalmitis, jangka waktu infeksi
sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri, dan keparahan trauma.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bola Mata


Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :

1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sclera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,
badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang
iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

2
Gambar 1 Anatomi Penampang Sagital Bola Mata

Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur
ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous
mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat.
Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan
badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada
pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.1

2.2 Definisi
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi
setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif
di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan di dalam rongga mata
akan memberikan abses di dalam badan kaca.

2.3 Epidemiologi
Endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endoftalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien
yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin

3
terinfeksi sebagai mata kiri, karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. 3 Kasus endoftalmitis endogen
biasanya disebabkan oleh infeksi jamur (62%), infeksi bakteri biasanya lebih
banyak terjadi oleh karena infeksi bakteri gram postif (33%) dibandingkan bakteri
gram negatif (5%).1
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari kasus endoftalmitis
berasal dari endoftalmitis eksogen, yaitu terjadi oleh konsekuensi dari operasi
intaokular (62%), setelah cedera terbuka/tembus pada mata (20%), dan komplikasi
setelah operasi filtrasi anti-glaucoma (10%), sedangkan jumlah yang lebih kecil
kasus telah dideskripsikan terjadi setelah menjalani operasi lainnya (keratoplasti,
vitrectomi, implantasi lensa okular sekunder).1 Ketika operasi merupakan
penyebab timbulnya infeksi, endoftalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1
minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endoftalmitis postcataract merupakan
bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan
komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Walaupun
ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap
tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.3

2.4 Etiologi
Patogen yang paling sering menyebabkan endoftalmitis bervariasi
berdasarkan kategorinya. Coagulase-negative staphylococci merupakan penyebab
terbanyak dari kasus endoftalmitis post-katarak, dan juga bakteri dan viridan
streptococci menjadi penyebab sebagian besar kasus endoftalmitis pasca injeksi
anti-VEGF intravitreus, Bacillus cereus merupakan penyebab utama dari
endoftalmitis post trauma, dan Staphylococcus aureus dan Streptococci
merupakan penyebab penting dari kasus endoftalmitis endogen yang berhubungan
dengan endokarditis. Di Taiwan dan negara Asia timur lainnya, Klebsiella
pneumoniae merupakan penyebab terbanyak kasus endoftalmitis endogen, dan
berhubungan dengan abses hati. Endoftalmitis endogen yang disebabkan oleh
jamur pada pasien rawat inap biasanya disebabkan oleh spesies Candida, terutama
Candida albicans.2

4
2.5 Patogenesis
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan
ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis
endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik
oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam
endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama
infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi
langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon
kekebalan. Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa,
iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan
okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu,
peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi
yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis
eksogen.4
Secara rinci, patofisiologi dari endoftalmitis dapat diakibatkan dengan
mekanisme sebagai berikut: 5
1. Endoftalmitis eksogen
Infeksi purulent yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang
diikuti oleh cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea
yang terinfeksi atau akibat infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi
intraokuler. Organisme yang biasanya terdapat pada konjungtiva, palpebra
atau pada alis mata biasanya merupakan penyabab pada endoftalmitis post-
operatif. Sebagian besar kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska
operasi atau setelah trauma terhadap mata. Bakteri gram positif merupakan
penyabab utama, dengan angka kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan
merupakan flora normal dari konjungtiva.
2. Endoftalmitis endogen
Dalam endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah
menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli
septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh
substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat

5
juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan/atau dari
mediator inflamasi dari respon kekebalan. Hal-hal bakteremia tersebut dapat
terjadi pula pada infeksi caries gigi dan perperal sepsis.
Individu yang mempunyai faktor resiko menjadi endoftalmitis endogen
biasanya memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal
gangguan katup jantung, SLE, AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya.
Prosedur invasif dapat menyebabkan bakteremia seperti hemodialisis, kateter
urin, endoskopi gastrointestinal, tindakan kedokteran gigi juga dapat
menyebabkan endoftalmitis. Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50%
pada semua kasus endoftalmitis endogen, C.albicans merupakan salah satu
patogen yang tersering. Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri
gram positif yang biasanya diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti
diabetes mellitus atau gagal ginjal.4,6

2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis3
Anamnesis difokuskan pada hal-hal serta prosedural yang meningkatkan
resiko endoftalmitis eksogen maupun endogen (misalnya penggunaan obat suntik,
resiko lain untuk sepsis dan endokarditis, prosedur invasif oftalmologi yang baru-
baru saja dilakukan. Endoftalmitis bakterial biasanya memberikan gejala nyeri,
kemerahan, pembengkakan kelopak mata, dan penurunan ketajaman visual.
Endoftalmitis jamur dapat muncul dengan gejala indolen selama beberapa
hari sampai beberapa minggu. Gejala yang muncul biasanya berupa pandangan
kabur, nyeri, dan penurunan ketajaman visual. Riwayat dari cedera pada mata
yang terkena kontak dengan substansi tanaman atau masuknya benda asing pada
mata yang terkontaminasi tanah sering juga perlu ditanyakan karena sering
menimbulkan endoftalmitis jamur.
Riwayat dari operasi mata, trauma okuli, memalu baja dengan baja,
bekerja dengan kawat, dan bekerja pada daerah industri juga bisa menjadi faktor
resiko. Pada kasus endoftalmitis pasca operasi, infeksi paling sering muncul
sekitar 1 minggu setelah operasi tapi juga bisa muncul beberapa bulan atau

6
beberapa tahun kemudian pada kasus yang disebabkan oleh P.acnes. Gejala yang
timbul dapat berupa gejala visual pada pasien rawat inap atau pasien yang
mengkonsumsi obat-obatan immunosupresan, hilangnya penglihatan, nyeri pada
mata serta iritasi, nyeri kepala, fotofobia, sekret pada mata, inflamasi okular dan
periokular yang intens.

a b

Gambar 2. (a)Severe postoperative endophthalmitis with wound gape;


(b) Endoftalmitis akut pasca operasi

2.6.2 Pemeriksaan fisik3


Pemeriksaan mata menyeluruh harus dilakukan mencakup ketajaman
penglihatan, pemeriksaan luar, pemeriksaan funduskopi, dan pemeriksaan slit
lamp. Perlu dicari juga tanda-tanda uveitis dan temuan fisis lainya. Rujukan ke
dokter spesialis mata untuk pemeriksaan yang lebih lanjut, termasuk pemeriksaan
fisis yang lebih lengkap, diindikasikan jika terjadi endoftalmitis berat.
Tanda-tanda fisik yang didapatkan berupa pembengkakan kelopak mata
dan eritema, injeksio konjungtiva dan sklera, hipopion, vitreitis, chemosis,
penurunan atau hilangnya refleks merah, proptosis (temuan akhir dari
panophthalmitis), papillitis, cotton-wool spots, edema kornea dan infeksi, lesi
putih di koroid dan retina, uveitis kronik, massa vitreus dan debris, sekret purulen,
demam, serta sel dan flare pada chamber anterior pada pemeriksaan slit lamp.

7
2.6.2 Pemeriksaan Penunjang3
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dalam endoftalmitis adalah
pewarnaan gram dan kultur dari aqueous humour atau vitreous humour yang
dilakukan oleh spesialis mata.
a. Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti
mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
b. Endoftalmitis endogen:
1. Cek darah lengkap dengan hitung jenis sel darah putih untuk mengevaluasi
tanda dari infeksi.
2. Laju Endap Darah ( Erythrocyte Sedimentation Rate) : mengevaluasi
adakah tanda-tanda keganasan atau infeksi kronis. Pada umumnya LED
normal pada kasus endoftalmitis.
3. Kimia darah, seperti kreatinin dan kadar ureum darah untuk mengevaluasi
adanya gangguan ginjal yang menjadi faktor resiko terjadinya
endoftalmitis endogen.

Radiologi
a. B-scan (USG): menentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal
ini juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang
nantinya penting dalam pengelolaan dan prognosis
b. Chest x-ray: mengevaluasi untuk sumber infeksi
c. USG Jantung: mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi.

2.7 Jenis-Jenis Endoftalmitis


a. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu
satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus
muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang
menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering

8
adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada
pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier,
hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia,
penurunan visus dan kekeruhan vitreus.

Gambar 3 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

b. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga


enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah,
penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang
dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat
dapat diamati, dihubungkan dengan adanya hipopion dan tanda-tanda moderat
dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous

Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak
kapsul putih dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih
rendah dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa
penyebab endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya beberapa bakteri yang
memiliki virulensi rendah, dengan tanda-tanda inflammation yang berjalan
lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi penyebab dari chronic
endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species

9
Gambar 4 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

c. Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total
jumlah kasus dengan operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam
persentase yang sama seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan
trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering, membentuk filtrasi fistula
yang mengarahkan cairan ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi cairan ini
memungkinkan menjadi tempat peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi
bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-
tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau
bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu
tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip
dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di tempat
akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi dari efek
toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan
Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah
satu penyebabnya

10
d. Endoftalmitis Pasca Trauma

Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi


(20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular.
Dengan temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat.
Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya
diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan mata yang rusak. Informasi yang sangat
penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan
atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh
endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.
(11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit,
hiperemi ciliary, gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam
kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari
kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik,
khususnya dengan masuknya benda asing, sangat penting untuk dilakukan
vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda asing intraokular dan
aplikasi terapi antibiotik yang tepat

e. Endoftalmitis Endogen

Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma
mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui
penurunan mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat
potensial terjadinya infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah;
adanya septicaemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan catethers dan
Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis
endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan spesies
Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis
endogen adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif
bakteri dalam 5% dari kasus

11
Gambar 5 Endoftalmitis Endogen

f. Fungal Endoftalmitis

Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah


beberapa trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior
atau vitreous body, atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia.
Tidak seperti fungal chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang
disertai dengan tanda peradangan minimal pada vitreous body, fungal
endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan karakteristik tanda-tanda
endoftalmitis akut

Gambar 6 Fungal Endoftalmitis

12
2.8 Diagnosa banding
Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk
dibedakan dengan peradangan intraokular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa
endoftalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada
sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya.
Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis
diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun
selama operasi yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau lensa
intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai dengan hipopion
tanpa infeksi intraokular. Ini penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi
eksternal (seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan
paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di
vitreous, atau sel retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi
perandangan intraokular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi merupakan
kontraindikasi. Karakteristik yang paling membantu untuk membedakan
endoftalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari
proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi
ini sebagai suatu proses infeksi.6

2.9 Penatalaksanaan
Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara
intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik
dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik yang
sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat
diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadap membran sel, seperti
golongan penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat menghambat
sintesa protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan Chloramphenicol,
Aminoglycosida yang dapat terlihat pada tabel di bawah ini.7

13
Tabel 2.1 Tabel dosis antibiotik okular

Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi.


Kombinasi-kombinasi tersebut merupakan yang terbaik, karena:
a. Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular
b. Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian
antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya
c. Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan
intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi dari
endoftalmitis.

14
Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah
pemberian antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. Ataupun ditemukan
faktor-faktor predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik
spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita keganasan ataupun
dalam keadaan imunitas yang buruk. Obat-obatan yang dapat diberikan antara
lain: 7

Tabel 2.2 Tabel dosis antifungi okular

a. Intravitreal antibiotik
 Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg
dalam 0.1ml
 Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam
0.1 ml
 Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg
dalam 0.1 ml
b. Antibiotik topikal
 Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
 Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
c. Antibiotik sistemik (jarang).
 Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti 500 mg oral
BD selama 6-7 hari, atau
 Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

15
Terapi steroid pada penyakit mata bertujuan untuk mengurangi inflamasi
yang disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini
penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi,
dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.
Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi
walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari
pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun
abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Dexamethason
dapat diberikan secara intravitreal
• Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
• Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari
• Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan
50 mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari..7

Sebagai terapi suportif dapat diberikan:


1. Cycloplegics, biasanya digunakan obat tetes mata atropine 1% atau sebagai
alternatif hematropine 2%
2. Obat antiglaucoma, pada pasien dengan peningkatan tekanan intraocular
diberikan obat oral berupa acetazolamide (250mg TDS) dan timolol (0,5%
BD).5

Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah


debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi,
dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus
membran vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu
pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan
bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik
dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.5

Profilaksis

16
a. Preoperative
Pengobatan blepharitis, konjungtivitis, patologi kelopak mata (ektropion
atau entropion) dan obstruksi duktus nasolakrimalis penting sebelum operasi
intraokular elektif. Faktor risiko sistemik seperti diabetes dan imunosupresi harus
dioptimalkan. adalah garis besar dari satu pendekatan untuk profilaksis terhadap
endophthalmitis pada operasi katarak.
b. Intraoperative
Sebuah tinjauan literatur oleh Ciulla et al. didukung peran Povidine-
yodium sebagai profilaksis terhadap endophthalmitis. Povidine-Iodine sebagai
profilaksis telah terbukti mengurangi risiko endophthalmitis dalam studi
prospektif. Campuran dari Povidine-Iodine harus diinstilasi ke dalam kantung
konjungtiva, bulu mata dan kulit di sekitar periocular dalam bidang bedah.
Beberapa penulis menganjurkan ini dalam semua kasus trauma mata tembus,
sementara yang lain merekomendasikan bila terdapat factor risiko. Rejimen
direkomendasikan termasuk Vancomycin 1 mg / 0.1cc dan Ceftazidime 2.25mg /
0.1cc.
c. Postoperative
Penggunaan antibiotik topikal pasca operasi adalah praktek yang umum
meskipun bukti-bukti yang terbatas. Antibiotik topikal seperti fluoroquinolones
generasi keempat memiliki penetrasi yang baik dan dapat mencapai konsentrasi
terapeutik di ruang anterior. Namun, konsentrasi ini tidak dicapai dalam rongga
vitreous. Ia telah mengemukakan bahwa antibiotik pasca operasi dapat lebih tepat
digunakan dalam dosis tinggi dan jangka waktu pendek untuk mengurangi risiko
resisten bakteri.

17
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan
sehingga mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan kaca
sehingga terjadilah panoftalmitis. Selain itu komplikasi lainnya dapat berupa
vitreous hemoragik, endoftalmitis rekuren, ablasio retina, dan glaukoma
sekunder.8

2.11 Prognosis
Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan
dan jaringan parut. Kasus ringan endoftalmitis dapat memiliki hasil visual yang
sangat baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan
penglihatan, tapi akhirnya hilang seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien
endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis dan tatalaksana.
Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Prognosis endoftalmitis
sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit. Faktor prognosis
terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis
endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena jenis
organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.9

18
BAB III

KESIMPULAN

Endoftalmitis dikarakteristikkan dengan adanya inflamasi pada segmen


anterior dan posterior bola mata, terjadi oleh karena adanya infeksi dari bakteri
ataupun jamur. Endoftalmitis bakterial biasanya memberikan gejala nyeri,
kemerahan, pembengkakan kelopak mata, dan penurunan ketajaman visual.
Endoftalmitis jamur dapat muncul dengan gejala indolen selama beberapa hari
sampai beberapa minggu. Gejala yang muncul biasanya berupa pandangan kabur,
nyeri, dan penurunan ketajaman visual Pemeriksaan penunjang untuk
endoftalmitis diperlukan untuk mengetahui organisme penyebab sehingga terapi
yang diberikan sesuai. Terapi operatif berupa vitrectomi dilakukan pada
endoftalmitis berat. Prognosis dari endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingat
keparahan infeksi

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Veselinovic D, Veselinovic A. Endoftalmitis. Acta Medica Medianae. 2009.


2. Durand, M L. Endophthalmitis. Clinical Microbiology and Infection USA:
Springer. 2013.
3. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 10
Februari 2021
4. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis
following cataract surgery in the UK. Eye 2014.

5. Khurana AK. Ocular Injuries. In: Khurana AK, editor. Comprehensive


Ophthalmology. New Delhi: New Age International. 2007.
6. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2012.
7. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
2015.
8. Ojaimi Elvis and David T Wong. Endophthalmitis, Prevention and
Treatment.University of Toronto.2013.
9. Vaughan, Asbury. Oftalmologi umum Edisi ke-17. Jakarta: EGC.2015

20
21

Anda mungkin juga menyukai