Anda di halaman 1dari 69

Mata Merah Visus Turun

Della Rafika Sari


Shella Desradini
Anamnesis Mata
merah
• Penglihatan Riwayat yang ditanyakan
buram/tidak • Pemakaian lensa kontak
• Onset & Durasi • Trauma

• Unilateral/Bilateral • Terpapar orang sakit


dengan mata merah
• Keluhan lain:
• Penyakit sistemik
• Nyeri, sensasi benda (autoimmune, alergi, dll)
asing, gatal, fotofobia, • Tindakan/operasi pada mata
secret • Pengobatan sebelumnya
(C lear/Purulen/Muc oi
• Pengobatan alternatif/herbal
d)
• Rekurensi
1. Frings A, Geerling G, Schargus M. Red Eye: A Guide for Non-specialists. Dtsch Arztebl Int. 2017;114(17):302-12
2. Cronau H, Kankanala RR, Mauger T. Diagnosis and management of red eye in primary care. Am Fam Physician.
2010;81(2):137-44.
Konjungtivit
is Pterigium
Hordeolum
Visus – Chalazion
normal Perdarahan
Subkonjungtiv
a
Episkleritis -
SKleritis
Mata
Merah
Keratitis –
Ulkus kornea
Uveitis
anterior
Visus
turun Endoftalmitis
Panoftalmitis
Glaukoma
Exposure
Keratitis
KERATITIS - ULKUS KORNEA
(3A)
• Keratitis: infeksi pada kornea mata
• Menyebabkan mata merah,
edema pada kornea, dan
peradangan pada bilik mata
depan
• Disebabkan paling sering oleh
infeksi (bakteri, jamur, virus)
• Namun dapat juga karena non-
infeksi, seperti autoimun, alergi,
dry eye, trauma kimia, etc
• Dapat berprogresi menjadi ulkus
kornea (tanda klinis menyerupai
yang disertai dengan defek pada
kornea, staining positif) dapat
berlanjut hingga perforasi bilik mata
depan dan endoftalmitis
Manifestasi
Klinis
Mata Sensasi benda
Nye
merah asing
unilateral ri

Penurunan
Berair, keluar
Fotofobia tajam
sekret dari
penglihata
mata
n

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier;
Pemeriksaan
Penunjang
Corneal

scrapin
- g basah diambil
Preparat
dari dasar dan tepi
ulkus
- KOH 10% untuk mencari
elemen filamen atau
sel ragi
- Staining Gram/Giemsa

- Kultur di agar Preparat KOH 10%: tanda Preparat gram positif:


dextrous sabouraud panah menunjukkan filamen terwanai gram
filamen
- Analisis PCR

Rathi VM, Thakur M, Sharma S, Khanna R, Garg P. KOH mount as an aid in the management of
infectious keratitis at secondary eye care centre. Br J Ophthalmol. 2017;1447–50.
Gejala klinis : Antibiotik 
Antibiotik yang sesuai dengan kuman
• Gejala subjektif berupa eritema
kelopak mata dan konjungtiva, penyebabnya atau yang berspektrum luas
sekret mukopurulen, merasa ada dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau
benda asing di mata, pandangan suntikan subkonjunctiva.
kabur, bintik putih pada kornea
pada lokasi ulkus, mata berair,
silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat Bedah
menimbulkan sedikit nyeri, jika • Keratektomi superficial tanpa
ulkus terdapat pada perifer kornea membuat perlukaan pada membran
dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea. Bowman
• Keratektomi superficial hingga
• Gejala objektif berupa injeksi siliar, membrane Bowman atau stroma
hilangnya sebagian jaringan anterior
kornea, dan adanya infiltrat, • Tissue adhesive atau graft amnion
adanya hipopion
multilayer
• Flap konjungtiva
• Patch graft dengan flap konjungtiva
• Keratoplasti tembus
• Fascia lata graft
KERATITIS
(= radang kornea)
berdasar lokasi dpt dibagi :
Keratitis Pungtata
Keratitis yg berkumpul di daerah membran Bowman, dg infiltrat
bercak-bercak halus.
ec. Moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes
zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma, trauma
radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat (neomisin,
tobramisin, bahan pengawet)
Gejala : bilateral, kronis tanpa kelainan konjungtiva.
Kelainan berupa :
1. Keratitis pungtata epitel
2. Keratitis pungtata
3. Pd konjungtivitis verna dan konjungtivitis atopik ditemukan
bersama-sama papil raksasa
4. Pd trakoma, pemfigoid, sindrom Stevens-Johnson dan pasca
pengobatan radiasi dpt ditemuka bersama-sama dg jaringan parut
konjungtiva.
Keratitis pungtata superfisial
• Cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai
fluoresein ec. Dry eyes, Blefaritis, Keratopati lagoftalmus,
keracunan obat topikal, sinar UV, trauma kimia ringan,
lensa kontak.
• Gejala : sakit, silau, mata merah, rasa kelilipan.
• Terapi : tetes air mata buatan, tobramisin tetes,
siklopegik.

Keratitis pungtata subepitel


Keratitis MARGINAL
• Infiltrat (reaksi Antigen – antibodi) tertimbun pd tepi kornea sejajar dg
limbus ec. Infeksi lokal konjungtiva. Gejala : sakit (kelilipan), lakrimasi,
fotofobia berat, blefarospasme unilateral,injeksi konjungtiva, ulkus
memanjang, neovaskularisasi ke arah limbus. Bila tidak diobati : tukak
kornea.
• Penyulit : jaringan parut pd kornea atau ulkus menjadi lbh
dalam.Keratitis marginalis trakomatosa : pembentukan membran pd
kornea atas. “Pannus” : keratitis dg neovaskularisasi.
• Pengobatan diberikan antibiotika sesuai penyebab infeksi
Keratitis Interstitial
 Keratitis interstitial(KI) adalah kondisi serius dimana masuknya
pembuluh darah ke dalam kornea dan dapat menyebabkan
hilangnya transparansi kornea.

 Keratitis yang ditemukan


pada jaringan kornea yang
lebih dalam.
 Pengobatan keratitis
profunda biasanya
tergantung pada
penyebabnya berupa
antibiotik, antijamur dan
antivirus
- Faktor resiko: riwayat
Keratitis Jamur trauma dengan tumbuhan,
mencuci dengan air sirih
- Karakteristik: infiltrat putih
keabuan, lesi eksofitik,
endothelial plaque, batas
feathery edge, dengan
lesi satelit, dapat disertai
dengan hipopion
- Tatalaksana: rujuk ke
spesialis mata, antifungal
topikal (Natamycin eyedrop
per jam), antifungal oral
(Ketoconazole 2x200 mg),
irigasi/aspirasi hipopion,
injeksi antifungal
(Voriconazole atau
Amfoterisin B)

Mahmoudi S, Masoomi A, Ahmadikia K, Tabatabaei SA, Soleimani M, Rezaie S, et al. Fungal keratitis:
An overview of clinical and laboratory aspects. Mycoses. 2018;61:916–30.
Keratitis
Bakteri - Faktor resiko:
penggunaan lensa
kontak, mencuci dengan
air keran/air kencing,
kelilipan debu/serangga
- Karakteristik: infiltrat
berbatas tidak tegas,
defek pada kornea,
melting, dapat disertai
dengan hipopion
- Tatalaksana: rujuk ke
spesialis mata, antibiotik
topikal (Levofloksasin atau
Gentamycin atau
Kloramfenikol), antifungal
oral (Levofloksasin atau
Amoksiklav)

American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. USA: AAO; 2019
Keratitis
Akantamoeba - Faktor resiko:
penggunaan lensa
kontak dipakai
berenang
- Karakteristik: nyeri
mata hebat, ulkus
dengan perineural
dan stromal ring
infiltrate
- Tatalaksana: rujuk
ke spesialis mata,
poliheksametilen
biguanid 0.02%,
klorheksidin 0.02%
Keratitis
Viral
- Disebabkan: virus herpes
simpleks atau herpes
zoster
- Karakteristik:
blefarokonjungtivitis, infiltrat
intrastromal, lesi kornea
berbentuk
dendritik/pseudodendritik
- Tatalaksana: rujuk ke
spesialis mata, antiviral
topikal (salep asiklovir 3%),
antiviral oral (Asiklovir 5x400
mg)
KERATITIS VIRAL

1. Keratitis Herpetik

• Epitelial (dendritik) : pembelahan virus di dlm epitel → tukak kornea


superfisial
• Stromal (diskiformis) : reaksi imunologik → radang.
• Terapi : Idoxuridine (IDU, toksik) fl 1% / 1jam ,salep o,5% / 4jam.
Vibrabin salep. Trifluorotimidine (TFT). Acyclovir salep 3% /4jam (ES
minimal)

2. Infeksi herpes zoster


• Bila terkena ganglion cabang oftalmik, akan terlihat gejala herpes zoster pd
mata. Keratitik vesikular.
• Gejala : mata sakit pd daerah yg terkena, demam, merah & penglihatan
berkurang. Pd kelopak terdapat vesikel yg tersebar sesuai dg dermatom pd
saraf trigeminus dan infiltrat pd korea.
• Terapi : acyclovir, steroid (usia lanjut)
3. Keratitis Dendritik
ec. Herpes simpleks. Berupa garis infiltrat pd permukaan yg kemudian
membentuk cabang, berlanjut mjd bentuk Geografik. Gejala : fotofobia,
kelilipan, penglihatan menurun, konjungtiva hiperemis, sensitibilitas kornea
hipestesia. Terapi : simptomatik, debridement, IDU 0,1% / jam, acyclovir.

4. Keratitis Disiformis
Profunda superfisial.
Berupa reaksi alergi / imunologik thd virus herpes simpleks.
KERATITIS ALERGI

1. Keratokonjungtivitis flikten
• Gejala klinis : Hiperemia konjungtiva, kurangnya air mata,
menebalnya epitel kornea, panas, gatal. Papul dan Pustula pd
kornea / konjungtiva. “Flikten” : benjolan putih keabuan ,
berbatas tegas dg / tanpa neovaskularisasi ke arah benjolan
tsb. Bilateral, dimulai dari limbus.
• Terapi : steroid. Pd anak-anak ec. Gizi buruk.
2. Ulkus Fliktenular
Benjolan abu-abu pd kornea : ulkus fasikular, flikten multiple,
ulkus cincin. Terapi : steroid, sistemik.
3. Keratitis fasikularis
Tukak kornea akibat flikten yg menjalar ke sentral disertai fasikulus
pembuluh darah.
Wander phlychten : jalur pembuluh darah baru di kornea.
4. Keratokonjungtivitis vernal
Cobble stone pd konjungtiva tarsa. Gejala : Gatal, disertai riwayat
alergi, blefarospasme, fotofobia, penglihatan buram, dan kotoran
mata serat-serat. Hipertrofi papil kadang berbentuk cobble stone
pada kelopak atas dan konjungtiva daerah limbus.
Keratokonjungtivitis Epidemika
• Disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus
manusia). Gejalanya : demam, gangguan nafas, penglihatan menurun, merasa ada
benda asing, berair, kadang nyeri.
• Pengobatan : pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres dingin, lebih baik
diobati secara konservatif. Bila terjadi kekeruhan pada kornea yang menyebabkan
penurunan visus yang berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali sehari. Antibiotik
sebaiknya diberikan apabila terdapat superinfeksi bakteri.
• Keratitis Lagoftalmus
Mata tidak bisa menutup sehingga konjungtiva terpapar trauma dan
kornea menjadi kering. Terapi : mengatasi kausa dan air mata buatan.
Lagoftalmos dapat disebabkan tarikan jaringan parut pada tepi
kelopak, eksoftalmos, paralise saraf facial, dan atoni orbikularis okuli.

• Keratitis Neuroparalitik
Kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea dan
kekeringan kornea. Kornea kehilangan daya tahan terhadap iritasi dari
luar. Gejala : jarang berkedip, silau, tidak nyeri, injeksi siliar,
permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea.
Keratokonjungtivitis Sika
Keringnya permukaan kornea dan konjungtiva, oleh karena :
• Defisiensi komponen lemak dan air mata
• Defisiensi kelenjar air mata
• Defisiensi komponen musin
• Penguapan yg berlebihan
• Parut kornea
Gejala : mata gatal, seperti berpasir, silau. Sekresi mukus berlebihan,
sukar menggerakkan kelopak mata, erosi kornea.
Pemeriksaan : TES Schirmer, Tes Zat warna Rose Bengal konjungtiva,
Tear film break up time.
Terapi : air mata buatan, lensa kontak, penutupan pungtum lacrimal.
Keratitis Numularis atau Keratitis Dimmer
 berupa infiltrate bundar berkelompok dan tepi berbatas
tegas sehingga ada gambaran halo. Keratitis berjalan
lambat dan sering unilateral. Diduga dari virus.
• Anamnesis :
- Keluhan adanya benda asing, fotofobia, kadang-
kadang disertai penglihatan kabur.
- Visus umumnya baik dan infiltrate berada ditengah
aksis visual maka pandangan dapat kabur.
- Kelainan ini dapat mengenai semua umur, seringkali
mengenai satu mata, tapi beberapa kasus mengenai
kedua mata.
• Pemeriksaan mata luar :
- Biasanya tidak terdapat hiperemi konjungtiva
maupun hyperemia perikornea.
• Tes Fluoresin : Menunjukkan hasil negatif (-).
• Tes Sensibilitas kornea : Baik (tidak menurun).
Penatalaksanaan

• Keratitis numularis dapat sembuh sendiri. Lesi pada kornea


akan menghilang sampai 6 tahun dan menimbulkan bekas
kecil (nebula kornea).
• Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap penyakit ini.
Obat-obatan hanya diberikan untuk mencegah infeksi
sekunder.
Uveitis
Anterior
• Anterior uveitis akut terjadi lebih sering terjadii
dibandingkan kronik.
• unilateral
• Dari anamnesis bisa didapatkan :
• Nyeri, fotofobia, mata merah, keluar sekret berair, rasa tidak
nyaman
• Tajam penglihatan terganggu/tidak tergantung tingkat
keparahan inflamasinya
Gejala objektif :
• Akut : Miopisasi, Pupil kecil, Hifema, Hipopion.
• Non-granulomatosa : keratic presipitat
• Granulomatosa : “mutton fat deposit”, benjolan Koeppe & Busacca.
• Fler dan efek Tyndal pd Bilik mata depan
• Sinekia posterior
• Kronis : edema makula, katarak.
• TIO menurun, jk meningkat berarti ada gangguan aliran keluar cairan
bola mata akibat perlengketan pd sudut bilik mata.

Terapi :
• SEGERA! utk. mencegah Kebutaan.
• Obati gigi yg bolong.
• Steroid tetes mata (siang), salep (malam). Steroid sistemik dosis
tuggal seling sehari yg tinggi kemudian diturunkan sampai dosis
efektif.
• Jk terjadi Glaukoma Sekunder : Acetazolamide.
Gambar nodul Busacca dan
Koeppe

Gambar A = injeksi siliaris, B = miosis pupil, C =


anterior chamber cells, D = hipopion
Gambar sinekia
posterior

Rujuk ke Spesialis Mata


• Peradangan purulen pada
jaringan intraocular
• Bisa eksogen / endogen
• Merupakan suatu
kegawatdaruratan
• Gejala dan tanda :mata
nyeri, kemosis,
Endoftalmiti bengkak pada kelopak, kornea
keruh, mata merah, hipopion,
s fotofobia
(Kompetensi
Peradangan berat yang ter • Perlu diberikan antibiotik sistemik
2)
jadi pada seluruh jaringan segera
bola mata TANPA dan injeksi antibiotic intravitreal
melibatkan sklera dan • Pilihan AB intravitreal :
kapsula tenon.
vancomycin, ceftazidime
• Pilihan AB sistemik: floroquinolones
• AB topikal
• Rujukan segera
Endoftalmiti
s
Post-op akut

Post-
op
kronik

Trauma
Eksogen
Bleb-
associated

Post injeksi

intravitreal
Endoftalmitis
Ulkus
kornea

bakteri
Endogen
fungus
Panoftalmiti
s sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata
Peradangan seluruh bola mata termasuk

merupakan rongga abses.


• Peradangan jaringan bola mata
dan jaringan periokular
• Terdapat gangguan gerak bola
mata
• Merupakan suatu
kegawatdaruratan mata
• Gejala dan tanda : nyeri, kemosis,
bengkak pada kelopak, kornea
keruh, mata merah, hipopion,
fotofobia, gangguan gerak bola
mata
• Perlu rujukan segera !
Glaukoma
(Kompetensi
Akut
3B)
GEJALA
• Melihat halo / pelangi
• Kelopak mata bengkak
• Mata merah dan buram
• Nyeri yang berat pada mata
• Nyeri kepala sebelah
• Mual dan muntah

TANDA
• Visus menurun MENDADAK
• Peningkatan TIO
• Sudut bilik mata tertutup
• Edema kornea
• Pupil middilatasi
• Injeksi siliar
• Palpebra hiperemis
• Iris sembab meradang & sinekia
anterior perifer
• Optic disc oedem & hiperemis
Acute Angle-closure
Glaucoma
Sign
s

• Severe corneal • Ciliary


• Complete angle
oedema injection closure (Shaffer grade
0)
• Dilated, unreactive, •
Shallow anterior
vertically oval chamber
pupil
Manajeme
n
• Rujuk ke dokter spesialis mata
• Secepatnya menurunkan tekanan bola mata:
1. Asetazolamid loading dose 500 mg lanjut 3x250
mg
2. Oral gliserin / IV mannitol apabila diperlukan
3. Timolol 0.5% 2x sehari
4. Latanoprost 1x sehari
5. Tindakan laser/operasi
6. Iridektomi perifer
7. trabekulotomy
Keratitis
exposure
• Kerusakan pada kornea
dikarenakan tidak adekuatnya
eyelid closure.
• Sering ditemukan pada pasien
dengan penurunan kesadaran, facial
nerve palsy, tumor yang
menyebabkan mata menjadi
proptosis
• Apabila tidak diatasi dapat berakhir
ke infeksi dan kebutaan

Tatalaksana
• Konsul Spesialis mata
• Lid taping dan artificial tears
TRAUMA PADA MATA

Pendahuluan
Trauma mata  sering terjadi pada anak dan dewasa muda
Rumah , tempat kerja, sekolah, jalan, olah raga
- Kecelakaan lalu lintas, berkelahi, terjatuh
- Kayu, besi, pensil
- Badminton, footbaal, tennis, golf
Kerusakan jaringan dapat ringan berat
Dapat menjadi penyebab kebutaan unilateral
• Pada anamnesis trauma mata ditanyakan mengenai proses
terjadi trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut,
• Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut
apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata.
• Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang mengenai mata
dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau
bahan lain.
• Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah
pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah
kecelakaan.
ANAMNESIS • Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma.
• Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit
dan
• Apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya.
1.Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya,
diskriminasi dua titik dan defek pupil aferen.
Pemeriksaan Fisik
2.Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita.
Lakukan palpasi untuk mencari defek pada tepi tulang orbita.
3.Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi
4.Inspeksi konjungtiva: perdarahan atau tidak
5.Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan
6.Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya
(dibandingkan dengan mata yang lain)
7.Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan
retina.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan antara lain dengan plain radiography, USG, MRI, dan CT scan
yang dapat memberikan informasi yang adekuat apabila ada benda asing yang
tertinggal di dalam mata.
 Pemeriksaan CT-scan dan USG digunakan untuk mengetahui posisi benda asing.
 MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.
 Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi
pada retina.
TRAUMA TAJAM
Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

a. Trauma tembus pada palpebral b. Trauma tembus pada saluran


Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika lakrimalis
mengenai levator aponeurosis dapat Dapat merusak sistem pengaliran air
menyebabkan suatu ptosis yang permanen. mata dari pungtum lakrimalis sampai
ke rongga hidung. Hal ini dapat
menyebabkan kekurangan air mata.
Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

c. Trauma tembus pada Orbita d. Trauma tembus pada Kongjungtiva


Dapat merusak bola mata, saraf optik, Trauma dapat mengakibatkan robekan
kebutaan atau merobek otot luar mata pada konjungtiva. Bila robekan < 1 cm
sehingga menimbulkan paralisis dari otot → tidak perlu dijahit. Bila robekan
dan diplopia, infeksi → selulitis orbita. > 1 cm → perlu dijahit untuk mencegah
granuloma. Pemberian antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder.
Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

e. Trauma tembus pada Sklera f. Trauma tembus pada Kornea


Dapat menyebabkan penurunan tekanan Dapat menyebabkan gangguan fungsi
bola mata dan kamera okuli jadi dangkal, penglihatan karena fungsi kornea
luka sklera yang lebar dapat disertai sebagai media refraksi.
prolap jaringan bola mata → infeksi dari
bagian dalam bola mata.
Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

g. Trauma tembus pada Uvea i. Trauma tembus pada Retina


Dapat menyebabkan gangguan Dapat menyebabkan perdarahan retina
pengaturan banyaknya cahaya yang masuk yang dapat menumpuk pada rongga
sehingga muncul fotofobia atau badan kaca, hal ini dapat muncul
penglihatan kabur. fotopsia dan ada benda melayang
dalam badan kaca.
h. Trauma tembus pada Lensa
Akan mengganggu daya fokus sinar pada j. Trauma tembus pada corpus siliar
retina sehingga menurunkan daya refraksi Prognosisnya buruk, karena
sebagai penglihatan menurun karena daya kemungkinan besar dapat menimbulkan
akomodasi tidak adekuat. endoftalmitis, panoftalmitis yang
berakhir dengan ptisis bulbi pada mata
yang terkena trauma. Sedangkan pada
mata yang sehat dapat timbul
oftalmia simpatika.
TRAUMA TUMPUL
Tanda dan Gejala dari trauma tumpul, yaitu :

• Mata merah
• Rasa sakit
• Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra Okuler
(TIO)
• Penglihatan kabur
• Penurunan visus
• Infeksi konjungtiva
TRAUMA TUMPUL KELOPAK MATA

1. Trauma jaringan lunak pada kelopak mata dan daerah periokular diklasifikasikan menjadi
kontusio, lecet, avulsi, tusukan dan laserasi.
2. Luka memar dan lecet dapat diobati dengan antibiotik topikal dan kompres dingin.
3. Setiap trauma avulsi, tusukan, atau laserasi pada kelopak mata, daerah periokular, atau sistem
kanalikuli harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dirujuk ke dokter spesialis mata

HEMATOMA PALPEBRA
 Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau
penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya
pembuluh darah palpebral.
 Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
kelopak dan berbentuk kacamata hitam yang sedang
dipakai, maka keadaan ini disebut dengan hematoma kaca
mata atau yang biasa disebut Racoon Eye.
 Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres
air dingin untuk menghentikan perdarahan dan
menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk
memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres
hangat pada kelopak mata.
TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA
EDEMA KONJUNGTIVA HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat
konjungtiva secara langsung kena angin pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau
tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini di bawah konjungtiva, seperti arteri konungtiva
telah dapat mengakibatkan edema pada dan arteri episklera. Pengobatan dini pada
konjungtiva. Pada edema konjungtiva hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres
dapat diberikan dekongestan untuk hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang
mencegah pembendungan cairan di dalam dan diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
selaput lendir konjungtiva.
TRAUMA TUMPUL KORNEA
EDEMA KORNEA EROSI KORNEA
Erosi kornea merupakan keadaan
Trauma tumpul yang keras atau cepat terkelupasnya epitel kornea yang dapat
mengenai mata dapat mengakibatkan diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.
edema kornea bahkan sampai ruptur Erosi dapat terjadi tanpa cidera pada membran
membran Descement. Edema kornea akan basal. Pada erosi pasien akan merasa sangat
memberikan keluhan penglihatan kabur kesakitan akibat erosi merusak kornea yang
dan terlihatnya pelangi disekitar bola mempunyai serat sensible yang banyak, mata
lampu atau sumber cahaya yang dilihat. berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia
Pengobatan yang diberikan adalah larutan dan penglihatan akan terganggu akibat media
hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan kornea yang keruh.
garam hiperrtonik 2 – 8%, glukose 40% Tatalaksana berikan Anastesi topical dan
dan larutan albumin. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya
dilepas atau dikupas.
TRAUMA TUMPUL UVEA
IRIDOPLEGIA IRIDODIALISIS
Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan
kelumpuhan otot sfingter atau iridoplegia sehingga pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi
pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu
melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau
akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada
matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil
pupil. pupil terlihat tidak sama besar dan bentuk pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi Bersama-
dapat menjadi iregular. sama dengan terbentuknya hifema
Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar Bila keluhan demikian maka pada pasien
Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi sebaiknya dilakukan pembedahan dengan
istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter melakukan reposisi pengkal iris yang terlepas.
dan pemberian roboransia.
HIFEMA
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat adanya trauma tumpul yang

1 merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai epifora
dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk, hidema
akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan

2 Hasil Anamnesis sering didapatkan gejala berupa : Adanya darah di bagian tengah mata,
Gejala peningkatan tekanan intra ocular : nyeri pada mata, nyeri kepala, fotofobia ,
Gangguan penglihatan .
Faktor Risiko : Trauma tumpul, Trauma intraoperasi, Pecahnya neovaskularisasi
Pemeriksaan Fisik :

3 • Adanya darah di bilik mata depan


• Tekanan Intra Okular meningkat
Pemeriksaan Penunjang :
• USG mata (menyingkirkan tumor intra ocular)
• CT-Scan (menyingkirkan tumor intra ocular)
4 Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:
1. Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
2. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
HIFEMA LANJUTAN…

Klasifikasi Hifema :
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:
1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier
akibat trauma pada segmen anterior bola mata.
2. Hifema akibat tindakan medis, misalnya kesalahan prosedur
operasi mata.
3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,
sehingga pembuluh darah pecah.
4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah,
contohnya juvenile xanthogranuloma.
5. Hifema akibat neoplasma, contohnya retinoblastoma.

Berdasarkan grade hifema dibagi atas 4 yaitu


6. Grade I : Darah mengisi kurang dari sepertiga COA
7. Grade II : Darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
8. Grade III : Darah mengisi hampir total COA
9. Grade IV : Darah memenuhi seluruh COA
PENATALAKSANAAN HIFEMA

NON MEDIKAMENTOSA MEDIKAMENTOSA


Penderita ditidurkan dalam keadaan 1. Siklopegik
terlentang dengan posisi kepala 2. Analgesik
diangkat (diberi alas bantal) dengan 3. Kortikosteroid
elevasi kepala 30º - 45º. Hal ini akan 4. Antifibrinolitik
mengurangi tekanan darah pada 5. Terapi antiglaucoma bila perlu
pembuluh darah iris serta
memudahkan kita mengevaluasi
jumlah perdarahannya. Istirahat total
ini harus dipertahankan minimal 5
hari mengingat kemungkinan
perdarahan sekunder.
PEMBEDAHAN HIFEMA
PARASENTESIS IRIDOSIKLITIS

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan
dengan mengeluarkan darah atau nanah dari bilik uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis radang uvea
mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat anterior.Pada mata akan terlihat mata merah, akibat
insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea adanya darah di dalam bilik mata maka akan terdapat
yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila suar dan pupil yang mengecil dengan tajam
dilakukan penekanan pada bibir luka maka penglihatan menurun.Pada uveitis antarior diberikan
koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat
tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan tanda radang berat maka dapat diberikan steroid
dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka sistemik.
inisisi kornea pada parantesis tidak perlu dijahit.
TRAUMA TUMPUL LENSA
DISLOKASI LENSA SUBLUKSASI LENSA

Trauma tumpul lensa dapat Sublukasi lensa terjadi akibat putusnya


mengakibatkan dislokasi lensa. sebagian zonula Zinii sehingga lensa
Dislokasi lensa terjadi pada putusnya berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat
zonula Zinii yang akan juga terjadi spontan akibat pasien menderita
mengakibatkan kedudukan lensa kelainan pada zonula Zinii yang rapuh
terganggu (sindrom Marphan)
LUKSASI LENSA
Bila seluruh zonula Zinii ruptur, lensa akan terdorong ke arah bilik
mata depan. Akibat lensa terletak didalam bilik mata depan ini,
maka akan terjadi gangguan pengeluaran cairan akuos dan akan
menimbulkan glaukoma sekunder
1. Luksasi Lensa Anterior. Bila seluruh zonula Zinii di sekitar
ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam
bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun
mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah
dengan blefarospasme
2. Luksasi Lensa Posterior. Pada trauma tumpul yang keras pada
mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya
zonula Zinii di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa
jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah
polus posterior fundus okuli, Bila lukserasi lensa telah
menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan
ekstraksi lensa
TRAUMA TUMPUL LENSA
KATARAK TRAUMA CINCIN VOSSIUS
Katarak akibat cidera pada mata dapat Pada trauma lensa dapat terlihat
akibat trauma perforasi ataupun tumpul apa yang disebut sebagai cincin
terlihat sesudah beberapa hari ataupun Vossius yang merupakan cincin
tahun. Pengobatan katarak traumatik berpigmen yang terletak tepat di
tergantung pada saat terjadinya. belakang pupil yang dapat terjadi
Bila terjadi pada anak sebaiknya segera setelah trauma, yang
dipertimbangkan akan kemungkinan merupakan deposit pigmen iris pada
terjadinya ambliopia. Untuk mencegah dataran depan lensa sesudah trauma,
ambliopia pada anak dapat dipasang lensa seperti suatu stempel jari.
intra okularprimer atau sekunder
TRAUMA TUMPUL RETINA DAN KOROID
EDEMA RETINA DAN KOROID ABLASIO RETINA

Edema retina akan memberikan warna Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya
retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya selaput yang seperti tabir menganggu lapangan
melihat jaringan koroid melalui retina pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah
yang sembab. makula maka tajam penglihatannya akan menurun.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina
yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang
terlihat terangkat dan berkelok-kelok
RUPTUR KOROID

 Perdarahan subretina yang dapat merupakan


akibat ruptur koroid.
 Biasanya terletak di polus posterior bola mata
dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf
optik.
 Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai
daerah makula lutea maka tajam penglihatan
akan turun
 Bila tertutup oleh perdarahan subretina agak
sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut
telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian
ruptur berwarna putih karena sklera dapat
dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
TRAUMA TUMPUL SARAF OPTIK
AVULSI PAPIL SARAF OPTIK OPTIK NEUROPATI TRAUMATIC

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada


Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf
saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar
optik terlepas dari pangkalnya di dalam
optik. Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata.
bola mata yang disebut sebagai avulsi Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan
papil saraf optik. Keadaan ini akan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan
mengakibatkan turunnya tajam adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan

penglihatan yang berat dan sering berakhir pandang. Papil saraf optic dapat normal beberapa
minggu sebelum pucat
dengan kebutaan
TRAUMA KIMIA
Definisi
Trauma pada mata yang terjadi akibat bahan kimia

Bahan
Padat Bahan Cair Bahan Gas

ASAM BASA
(pH < 7) (pH >7)
Anamnesis

 Jenis zatnya dan kapan terjadi ?


 Bagaimana terjadinya trauma ?  misalnya tersiram sekali atau
akibat ledakan dengan kecepatan tinggi
 Penurunan visus ?  setelah cedera atau saat cedera terjadi?
onset  secara progresif /tiba-tiba
 Keluhan yang dirasakan ?  nyeri berat, lakrimasi, dan pandangan
kabur merupakan gambaran umum
trauma
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

 Epifora  Pemeriksaan pH bola mata secara


 Blefarospasme berkala dengan kertas lakmus.
 Defek epitel kornea  Pemeriksaan bagian anterior mata
dengan lup atau slit lamp bertujuan
 Stroma kabur
untuk mengetahui lokasi luka.
 Perforasi kornea
 Pemeriksaan oftalmoskop direk dan
 Reaksi inflamasi KOA → flare (+) indirek juga dapat dilakukan.
 Peningkatan TIO  Pemeriksaan tonometri untuk
 Kerusakan kelopak mata mengetahui tekanan intraokular.
 Inflamasi konjungtiva
 Penurunan ketajaman penglihatan
TRAUMA ASAM
Trauma asam merupakan salah satu jenis
trauma kimia mata yang disebabkan zat
kimia bersifat asam dengan pH < 7.

 asam sulfat → baterai mobil


 asam sulfit → pemutih
 asam hidroklorida (HCl)
 asam nitrat
 asam asetat (CH3COOH)
 asam kromat (Cr2O3)
 asam hidroflorida → penghilang karat, pengkilap
aluminium dan cairan pembersih yang kuat
TRAUMA BASA
Trauma basa merupakan salah satu jenis
trauma kimia mata yang disebabkan zat
kimia bersifat asam dengan pH > 7,6.

 Semen  Freon/bahan pendingin


 Soda kuat lemari es
 Amonia  Sabun
 NaOH  Shampo
 CaOH  kapur gamping
 Cairan pembersih dalam  Tiner
rumah tangga  Lem
Terapi
Irigasi 
Tujuan : menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin
Berikan anestesi topikal terlebih dahulu
Cairan : Larutan NaCl 0,9 % selama 15-30 min sebanyak 2000 mL –
mengembalikan pH
Bilas bersih  gosok seluruh permukaan konjungtiva bulbi/tarsal
dengan cotton bud
Bila terdapat jaringan nekrotik, lakukan nekrotomi

• Steroid topikal (4-6 x 1 tetes) – menekan inflamasi


• Vitamin C (3 – 4 x 500 mg) – meningkatkan produksi kolagen
• Sikloplegik topikal (2-3 x 1 tetes) mengistirahatkan iris, mencegah
sinekia
• Artificial tears (8 x 1 tetes) – mengurangi kekeringan / lubrikan
TRAUMA CAHAYA
Solar retinopathy

• Disebabkan paparan cahaya yang terlalu kuat, misal melihat


sinar matahari langsung, gerhana matahari, sinar laser
• Mengakibatkan cedera pada makula retina
• Gejala :
• Visus turun
• Skotoma sentral
• Kadang disertai sensasi nyeri

◦ Tatalaksana :
◦ Obervasi
◦ Antioksidan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai