Anda di halaman 1dari 4

PENULISAN RESEP KACAMATA PADA KELAINAN REFRAKSI RINGAN

Pada resep minimal yang harus dicantumkan adalah:

- tempat dan tanggal penulisan resep


- resep untuk kacamata melihat jauh/dekat
- mata kanan atau mata kiri
- gambar/busur aksis untuk lensa silindris
- bila untuk melihat jauh, maka tulislah ukuran sferis pada barisan paling atas
- bila untuk melihat dekat, tulislah ukuran dibawah baris ukuran untuk melihat jauh
- bila memerlukan lensa silindris, tulis ukuran sferis, beserta aksisnya
- bila memerlukan lensa prisma, tulis disebelah ukuran silindris beserta basisnya
- jarak kedua pupil untuk melihat jauh dan dekat
- kepada/pro(nama penderita)
- umur penderita
- tanda tangan

beberapa kelainan refraksi:


1. hipermetrop
adalah sinar sejajar tanpa akomodasi akan difokuskan di belakang bola mata, shingga terbentuk bayangan kabur. Beberapa sebab hipermetrop
adalah axis anteroposterior terlalu pendek, kelainan posisi lensa dimana lensa bergeser ke belakang, curvature kornea terlalu datar dan indeks bias
mata kurang dari normal.ada dua macam hipermetrop:
a. hipermetrop manifest
- fakultatif : hipermetrop yang dapat diatasi dengan akomodasi
- absolut : hipermetrop yang tidak dapat diatasi dengan akomodasi
b. hipermetrop laten : hipermetrop yang secara fisiologis dapat diatasi oleh tonus otot siliaris
c. hipermetro total : hipermetrop manifest ditambah dengan hipermetrop laten
misal orang hipermetrop dengan visus 6/30:
 dengan koreksi S+2 menjadi 6/6
 dengan koreksi S+3 juga menjadi 6/6
 dengan koreksi S+4 malah memburuk menjadi 6/7,5 maka
kacamata S+2 mengoreksi hipermetrop absolut
kacamata S+3 mengoreksi hipermetrop absolut dan fakultatif ( koreksi fakultatif adalah S+1)
maka kacamata yang diberikan adalah S+3 yang juga menghilangkan akomodasi saat melihat jauh, sehingga terasa lebih enak daripada
S+2
sisanya yang berupa hipermetrop laten hanya dapat diukur dengan pemeberian obat tetes siklopegik(atrpin sulfat) saat pengukuran
koreksi ( tapi tidak harus dilakukan)
penanganan hipermetrop adalah dengan pemberian lensa sferis positif( konveks/cembung). Pada hipermetrop derajat rendah dan berumur muda
yang tidak mengeluh, maka tidak perlu koreksi kacamata. Jika tidak ada keluhan melihat jauh tetapi ada keluhan melihat dekat pada orang muda,maka
diberikan koreksi lensa cembung daat melihat dekat atau membaca. Namun jika pasien umurnya makin tua, perlu koreksi saat melihat jauh dan
penambahan lensa baca (addisi) untuk membaca, dengan demikian diberikan kacamata bifokus, yaitu kaca mata dengan dua segmen; segmen atas
untuk melihat jauh dan segmen bawah untuk melihat dekat, kalau pasien tidak suka maka dapat diberikan dua kacamata yaitu untuk melihat jauh dan
untuk melihat dekat
2. miopi
adalah kelainan refraksi yang ditandai dengan terfokusnya sinar yang sejajr yang masuk mata didepan retina, sehingga terbentuk di retina
bayangan yang tampak kabur. Beberpa penyebab dari miopi adalah axis mata terlalu pendek, lensa mata terlalu kedepan, indeks bias terlalu besar dan
kurvatura kornea terlalu cembung. Pada miopia tidak bida dilakukan kompensasi sebab kalau terjadi akomodasi maka akan menjadi semakin miop,
kelainan ini dikoreksi dengan lensa spheris (-). Usaha pasien untuk mengatasi miopi kalau tidak melakukan koreksi kacamata biasanya adalah
mengucek-ucek(jw) atau menggosok mata sehingga kurvatura kornea lebih datar sementara dan penglihatan akan lebih jelas sementara,
menyempitkan celah mata sehingga ada efek celah uang menghasilkan penglihatan lebih jelas, jika ada cahaya yang sangat terang maka refleks pupil
akan menyempit sehingga akan mengurangi lingkaran difus dan penglihatan lebih jelas, serta untuk melihat jauh ia harus mendekati objek sehingga
fokus akan mundur dari badan kaca ke retina dan menghasilkan bayangan yang lebih jelas.
Penanganan pasien miopia adalah pemberian lensa sferis (-) atau lensa cekung.
- Pada miop ringan, pemberian koreksi biasanya bisa penuh, untuk miop tinggi diberikan secara tidak penuh
- Pada miop yang tinggi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: perlu dipikirkan kacamata bacanya yang spheris nya berbeda dengan kacamata
untuk melihat jauh, perlu dilakukan evaluasi fundus dan penglihatan serta ada tidaknya glaukoma secara berkala.
3. Astigmatisme
Adalah suatu refraksi mata yang berbeda pada berbagai meridian. Penyebab utamanya adalah kurvatura kornea yang tiak benar2 sferis, tetapi agak
lonjong menyerupai sendok. Dengan demikian ada 2 meridian utama, yaitu meridian dengan kekuatan refraksi terbesar dan kekuatan refraksi terkecil.
Pada astigmatisma fokus tidak berbentuk titik namun berbentuk garis.
Pada Astigmatisme regular antara kedua meridian saling tegak lurus sehingga bisa dikoreksi dengan kaca mata dengan lensa silindris. Astigmatisme
dapt berdiri sendiri bisa bersama miop atau hipermetrop, sehingga ada berbagai macam astigmatisme:
- Astigmat miop simpleks : apabila miridian utama yang satu emetrop, yang lain miop. Dapat ditangani dengan lensa silinder negatif
- Astigmat miop kompositus : apabila kedua miridian utamanya adalah miop, tetapi derajatnya yang berbeda, shingga kedua fokus berada didepan
retina tetapi dengan jarak yang beda. Dapat ditangani dengan gabungan lensa sferis (-) dan silinder (-) atau sferis (-) dengan silinder (+) dengan
ukuran silinder lebih kecil untuk memundurkan kedua fokus ke retina
- Astigmat hipermetrop simpleks : apabila miridian utama yang satu emetrop, yang lain hipermetrop. Dapat ditangani dengan lensa silinder (+)
- Astigmat hipermetrop kompositus : apabila kedua miridian utamanya adalah hipermetrop, tetapi derajatnya yang berbeda, shingga kedua fokus berada
di belakang retina tetapi dengan jarak yang beda. Dapat ditangani dengan gabungan lensa sferis (+) dan silinder
- Astigmat mikstus : apabila meridian utama yang satu mio yang lain hipemetrop, sehingga fokus yang satu didepan retina dan yang lain dibelakang
retina

Gejala astigmatisme adalah kabur saat melihat juh maupun dekat, dan huruf2 tambak membayang. Pada astigmat tinggi, dapat menyebabkan diplopia
monokuler. Astigmat yang agak tinggi dapat menyebabkan mata bekerja keras sehingga menimbulkan rasa sakit kepala dan sakir pada mata setelah
penggunaan mata yang agak lama, jika satigmat derajat rendah menyebabkan gelaja astenopia, lelah mata karena usaha akomodasi.

PUNCTUM REMOTUM(PR) DAN PUNCTUM PROXIMUM(PP)

PR adalah titik terjauh dimana seorang dapat melihat jelas tanpa akomodasi:

1. Pada orang emetrop, PR nya adalah di tempat jauh tak terhingga


2. Pada orang miopi, PR nya adalah pada titik tertentu di depan subjek tergantung dari derajat miopnya. Pada orang miop satu dioptri PR nya adalah 1
meter, kalau 2 dioptri Prnya adalah 0,5 meter dan seterusnya
3. Pada orang hipermetrop, PR nya adalah berada dibelakang mata( imajiner). Orang hipermetrop 4 dioptri PR nya adalah 25cm dibelakang mata, dan
orang hipermetrop 1 dioptri PR nya adalah 1 meter dibelakang mata.

PP adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas yaitu dengan menggunakan akomodasi maksimal. Dengan demikian PP ditentukan oleh
umur(hubungan dengan kekuatan akomodasi) dan status refraksi.

1. Pada orang emetrop 25 tahun(akomodasi 10dioptri), maka PP adalah 100cm/10 atau 10 cm


2. Pada orang miop 2D umur 25 tahun (akomodasi 10dioptri) maka PP adalah 100cm/(10+2)= 8cm
3. Pada orang hipermetrop 2D umur 25 tahun (akomodasi 10D) maka PP adalah 100cm/(10-2)=12,5 cm

Dengan demikian secara umum, untuk membaca buku maka

1. Orang emetrop membaca biasa saja


2. Orang miop ringan membaca lebih enak
3. Orang hipermetrop membaca kurang enak

PENULISAN RESEP KACAMATA BACA


Akomodasi adalah kemampuan mata untuk melihat dengan jelas pada jarak dekat. Secara umum disepakati bahwa saat membaca maka jarak
membaca yang baik adalah 33 cm. Akomodasi dapat dilakukan oleh karena kendornya penggantung lensa yang mengakibatkan kapsul lensa dapat
mencembung. Pada bayi kapsul lensa sangat lentur, dengan bertambahnya umur, kapsul lensa semakin kaku sehingga pada umur 60 tahun (untuk
orang indonesia) akomodasi lumpuh sama sekali. Keluhan astenopia biasanya dapat dirasakan saat membaca dekat dalam waktu lama. Presbiopi(mata
tua) adalah gangguan melihat dekat karena lumouhnya akomodasi akibat umur tua. Leihan ini akan dialami oleh orang yang emetrop lebih-lebih
orang hipermetrop, untuk miop lebih lambat terjadinya tergantung besarnya miop, makin besar miopinya makin lambat keluhan presbiopinya
Bagi orang indonesia yang emetrop biasanya umur 40 tahun sudah perlu tambahan kacamata baca sebesar 1 dioptri (+)
- Umur 40 tahun addisi S+1D
- Umur 45 tahun addisi S+1,5D
- Umur 50 tahun addisi S+2D
- Umur 60 tahun atau lebih addisi S+3D ( karena mulai umur 60 tahun akomodasi sudah lupuh total)
Contoh:
1. Orang emetrop pada kedua mata umur 50 th
OD: plano(atas), S+2D(bawah)
OS: plano(atas), S+2D(bawah)
2. Orang hipermetrop 1D pada kedua mata umur 60th
OD: S+1D(atas), S+4D(bawah)
OS: S+1(atas), S+4D(bawah)
3. Orang miop 2D pada kedua mata umur 55th
OD: S-2D(atas), S+2D(bawah)
OS: S-2D(atas), S+2D(bawah)

Anda mungkin juga menyukai