Anda di halaman 1dari 25

REFERAT / Clinical Science Session

NEURITIS OPTIK

Eka Setyorini Anggraini, S.Ked, (G1A219005)


Pembimbing: dr. Kuswaya W. Sp.M
Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf
optikus akibat berbagai macam penyakit. Neuritis optik
diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan neuritis
retrobulbar.

Pada papilitis pemeriksaan oftalmoskopi dapat ditemukan tanda


disfungsi nervus optikus seperti hiperemi papil saraf optik
dengan batas papil yang kabur, pelebaran vena retina sentral dan
Pendahuluan edema papil, sedangkan pada neuritis retrobulbaris tidak
ditemukan tanda kelainan tersebut.

Penatalaksanaan pada neuritis optik yaitu kortikosteroid


(berdasarkan ONTT) atau ACTH (Adrenocorticotropic
hormone).
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara
Tujuan umum mengenai definisi, anatomi fisiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan pada
neuritis optik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik
Nervus optikus adalah saraf yang membawa
rangsang dan retina menuju otak. Saraf optik
terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal
dari lapisan sel ganglion retina yang memanjang
ke arah korteks oksipital.

Segmen intraokular saraf optik sepanjang 1 mm


terbagi menjadi lapisan serabut-serabut saraf
superfisial, bagian prelaminar, laminar (lamina
kribosa) dan retrolaminar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik
Segmen intraorbita saraf optik berukuran
panjang 25-30 mm, lebih panjang dari jarak
antara belakang bola mata dan apeks orbita
sehingga dapat bebas bergerak pada
pergerakan bola mata.

Segmen intrakanalikular yang terdapat di


dalam kanalis optik memiliki panjang 4-10
mm. Kanalis optik dibentuk oleh tulang
sphenoid parva minor.

Segmen Intrakranial memiliki panjang


sekitar 10 mm, antara kanalis optik sampai
kiasma optikum. Bagian ini berjalan di atas
arteri oftalmika, sebelah superomedial arteri
karotis interna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik

2.3. Pemeriksaan Sistem Visual


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi fungsi nervus II, yaitu:
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan refleks pupil
3. Pemeriksaan lapang pandang
4. Pemeriksaan funduskopi

Lintasan Impuls visual dan Gangguan Lapang


Pandang Akibat Berbagai Lesi di Lintasan Visual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Etiologi

Etiologi neuritis optikus termasuk:


a. Inflamasi lokal
Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi 1. Uveitis dan retinitis
saraf optik akibat berbagai macam penyakit. 2. Oftalmia simpatika
3. Meningitis
• 1 Insidensi neuritis optikus dalam populasi per 4. Penyakit sinus dan infeksi orbita
tahun diperkirakan 5/100.000 sedangkan b. Inflamasi general yaitu:
prevalensinya 115/100.000.
• Sebagian besar mengenai usia 20-40 tahun.
-Infeksi syaraf pusat
• Wanita lebih umum terkena dari pada pria. - Multiplel sklerosis
• Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment - Neuromyelitis optic (Devic disease) -
Trial (ONTT) 77% . -Tuberkulosis
c. Leber's disease
d. Toksin endogen
e. Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco,
etil alcohol, metil alkohol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Klasifikasi

Faktor Resiko Papilitis


Papilitis adalah pembengkakan diskus yang
• 1. Usia disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf
• mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 optik.
tahun; usia rata-rata terkena sekitar 30
tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat Neuritis Retrobulbar
terkena juga tetapi frekuensinya lebih sedikit. Neuritis retrobulbar merupakan suatu neuritis
• 2. Jenis kelamin optikus yang terjadi cukup jauh di belakang diskus
• Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus optikus sehingga tidak tampak kelainan diskus optik
dua kali daripada laki-laki. dengan oftalmoskop.
• 3. Ras
• Neuritis optikus lebih sering terjadi pada
orang kulit putih dari pada ras yang lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Papilitis

Patogenesis
Serabut-serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus
retina ke dalam sel nervus di otak.

Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh
cahaya dan menghubungkan ke sel ganglion. -- akson -- nervus optikus
mengirimkan impuls visual ke otak --Inflamasi yang terjadi pada neuritis optik
yang akan menyebabkan sinyal visual terganggu dan pandangan menjadi lemah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Papilitis
Gejala dan Tanda
1. Dalam waktu yang cepat visus akan sangat
menurun, kadang-kadang sampai buta.
2. Adanya RAPD dengan adanya tanda pupil
Marcus
3. Pada pemeriksaan fundus ditemukan hiperemi
papil saraf optik dengan batas yang kabur,
pelebaran vena retina sentralis dan edema
papil.
4. Gangguan lapang pandang dapat terjadi pada
penglihatan perifer dan menyempit secara
konsentris.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Papilitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Retrobulbar
Visus sangat terganggu dan disertai dengan amaurosis fugax pasien juga mengeluhkan bola
mata berat digerakan dibagian belakang .
Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama kelamaan akan terlihat
kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik akibat degenerasi serabut saraf,
disertai atrofi desenden akan terlihat papil pucat dengan batas tegas.

Gangguan lapang pandang terjadi sepanjang segmen intraorbita sampai segmen


intracranial dan sesuai dengan lokasinya.
Gangguan tersebut dapat berupa skotoma sentral, skotoma sentral unilateral, skotoma
sentral bilateral, skotoma sentral pada mata homolateral dan defek superior temporal pada
kampus kontralateral dan hemiopia bitemporal bila mengenai kiasma optika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik Retrobulbar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis 1.Untuk menentukan penyebabnya apakah suatu
proses inflamasi atau non inflamasi, idiopatik, dan
infeksi.
2.Untuk menentukan prognosisnya, apakah akan
berkembang secara klinis menjadi multipel
sklerosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
- Anamnesis
- Tanda dan gejala klinis
- Pemeriksaan Fisik
- MRI
- Analisis cairan serebrospinal
- Visually Evoked Potensials Test
(VEP) dan serologi.

Gambar 11. Lesi white matter pada MRI13


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis Banding
  Neuritis Optik Papiledema Iskemik Neuropati Optik

Gejala Visus Visus sentral hilang cepat, progresif, jarang Visus tidak hilang; kegelapan yang transien Defek akut lapang pandang; ketajaman

ketajaman dipelihara bervariasi – turun akut

Lain Bola mata pegal; sakit bila digerakkan; sakit Sakit kepala, mual, muntah, tanda fokal Biasanya nihil;

alis atau orbita neurologis lain

Sakit bergerak Ada Tidak ada Tidak ada

Bilateral Jarang pada orang dewasa; sering pada Selalu bilateral Khas unilateral pada stadium akut

anak-anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis Banding
Gejala Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria;

Pupil Reaksi sinar menurun pada sisi neuritis Reaksi normal Reaksi sinar menurun pada sisi infark disk

Penglihatan warna Turun Normal  

Ketajaman visus Biasanya menurun Normal Bervariasi

Lapang pandang Skotoma sentral Membesar; ada blind spot Skotoma sentral

Sel badan kaca Ada Tidak ada Tidak ada


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis Banding
Funduskopi Retrobulbar :    

  nomal.    

  Papilitis :    

- Media Keruh pada posterior vitreous Bening Bening

  Hiperemia    

- Warna diskus Kabur Merah Pucat

- Pinggir diskus Biasanya tidak melebihi 3 diopter Kabur Kabur

- Edema diskus Ada 2 – 6 diopter Bengkak

       

- Edema peripapillary Biasanya tidak ada Ada Ada

- Perdarahan retina      

- Retinal exudate Kurang jelas Jelas Jelas

- Makula      

Macular fan bisa ada Sangat jelas Jelas

   

Macular star bisa ada Tidak ada


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis Banding

Prognosis visus Visus biasanya kembali normal atau Baik dengan menghilangkan kausa Prognosis buruk untuk kembali, mata

tingkat fungsional tekanan intra-kranial kedua lama-lama terlibat dalam 1/3

kasus idiopatik

Fluorescein angiography Kebocoran zat kontras sedikit Vertical oval pool zat kontras akibat Ada kebocoran zat kontras di

kebocoran peripapillary
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
1.Terapi jangka pendek
-The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) telah meneliti secara komprehensif tentang penatalaksanaan
neuritis optikus dengan menggunakan steroid.

a. Mendapatkan terapi prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari) selama 14 hari dengan 4 hari
tappering off ( 20 mg hari l, 10 mg hari ke 2 dan 4) (kelompok terapi oral).
b. Mendapatkan terapi dengan metilprednisolon sodium suksinat IV 250 mg tiap 6 jam
selama 3 hari, diikuti dengan prednison oral (1 mg/kg BB/ hari) selama 11 hari dengan
4 hari tappering off (kelompok terapi dengan metilprednisolon IV).
c. Mendapatkan terapi dengan placebo selama 14 hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
MRI otak dan orbita dengan menggunakan gadolinium telah dilakukan untuk semua pasien.

1. Terapi dengan menggunakan metilprednisolon IV mempercepat pulihnya penglihatan tetapi tidak


untuk jangka panjang setelah 6 bulan - 5 tahun.

2. Pasien yang mendapatkan terapi prednison oral didapatkan terjadi resiko rekurensi neuritis optiknya.
3. Pasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi dengan menggunakan metilprednisolon
intra vena didapatkan penurunan tingkat perkembangan ke arah CDMS selama 2 tahun pertama follow
up.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
1.Terapi jangka panjang
-CDMS menunjukkan terapi dengan interferon β 1a pada pasien acute monosymptomatic demyelinating
optic

Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi white matter dua atau
lebih (diameter 3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT,
CHAMPS, dan ETOMS, yaitu:
a. Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi
selama 3 hari) diikuti dengan prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari selama
11 hari kemudian 4 hari tappering off).
b. Interferon β-1a intramuskular satu kali seminggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prognosis

• Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau


mendekati sempurna setelah 6-12 minggu.
• 95% penglihatan pasien pulih mencapai visus
20/40 atau lebih baik.
• Pasien dengan acute demyelinating optic neuritis
berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yang
mempengaruhi fungsi harian dan kualitas
hidupnya.
Kesimpulan

• Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus


akibat berbagai macam penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan
menjadi dua yaitu papilitis dan neuritis retrobulbar.
• Pasien pada neuritis optik memiliki keluhan penurunan ketajaman
penglihatan secara mendadak, kadang-kadang bisa sampai buta.
• Pada papilitis pada funduskopi didapati papil merah, batasnya tidak
tegas dan terjadi papil edema. adalah sama, yaitu kortikosteroid atau
ACTH (Adrenocorticotropic hormone) dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai