Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu panca indera yang penting bagi kehidupan kita sehari-hari.
Suatu pengurangan fungsi indera penglihatan bahkan suatu kebutaan akan menyebabkan
kerugian yang tidak ternilai besarnya bagi seorang penderita. Sehingga suatu gangguan
penglihatan yang datangnya secara mendadak akan selalu mendorong penderita untuk segera
memeriksakan matanya kepada seorang dokter. Sebab gangguan penglihatan yang mendadak
sangat banyak. Bilamana ditinjau dari lamanya terjadi gangguan penglihatan, maka
didapatkan gangguan penglihatan yang lama dan gangguan penglihatan yang bersifat hanya
sebentar saja. Mengenai keadaan terakhir ini, sering penderita datang untuk memeriksakan
dirinya kepada seorang dokter saraf karena biasanya disertai dengan kelainan dalam berjalan
(ataxia) atau sakit kepala.
Nervus Optikus adalah saraf yang membawa rangsang dari retina menuju otak, saraf
optikus ini seperti sebuah wayar listrik dimana setiap wayar membawa informasi penglihatan
menuju otak. Nervus Optikus bercabang menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian Intraokular
Merupakan kepala dari nervus optikus.
2. Bagian Rongga Mata (orbita)
Yang meluas dari bola mata menuju foramen optikus.
3. Bagian Intrakranial
Yang terletak antara foramen optikus dengan chiasma optikus Jika satu ataupun
semua serabut saraf mengalami peradangan dan tak berfungsi sebagaimana mestinya
maka penglihatan akan menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi ataupun demielisasi
nervus optikus, keadaan ini disebut dengan neuritis optikus.
Pada neuritis optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana
mestinya. Penglihatan dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf
yang mengalami peradangan.

1
Diskus optikus (papilla N. Opticus) merupakan bagian dari nervus optikus yang
terdapat intra okuler dimana dapat dilihat dengan pemeriksaan memakai alat
Ophthalmoscope. Adapun bagian-bagian dari Nervus Optikus yang mempunyai panjang 50,0
mm itu adalah sebagai berikut (3,5) :

 Bagian intra okuler sepanjang 0,70 mm

 Bagian intra orbita sepanjang 33,00 mm

 Bagian intra kanalikuler sepanjang 6,00 mm

 Bagian intra kranial sepanjang 10,00 mm

Ncrvus Optikus ini muncul dari belakang bola mata (orbita)melalui lubang pada
sclera dengan diameter sekitar 1,50 mm.Sedang letak dari pada diskus optikusnya berada
sekitar 0,3mm di bawah dan 1,0 mm disebelah nasal fovea centrales.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
Papilitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang
pembengkakan diskus, yang berhubungan dengan hilangnya penglihatan yang disebabkan
oleh inflamasi, infiltrasi, atau kerusakan vascular dari bagian kepala nervus optikus.
Ada 2 tipe Papilitis, yaitu :
a. Optik Neuritis
Merupakan atau berasal dari inflamasi dari demielinisasi nervus optikus.
- Retrobulbar neuritis : menunjuk kepada lesi saraf yang akut dan tidak ditemukan
adanya gambaran fundus yang abnormal.
Retrobulbar neuritis adalah peradangan pada bagian dari saraf optikus yang
terletak tepat di belakang mata. Biasanya kelainan ini hanya menyerang satu mata.
Penyebab tersering adalah sklerosis multipel. Kadang penyebabnya tidak diketahui.
Dengan segera akan terjadi penurunan fungsi penglihatan dan jika mata digerakkan
akan timbul nyeri. Sekitar 50% kasus menunjukkan perbaikan dalam waktu 2-8
minggu meskipun tanpa pengobatan. Penglihatan kabur di pusat lapang pandang
kadang menetap dan sering terjadi kekambuhan, terutama jika penyebabnya adalah
sklerosis multipel. Setiap kekambuhan akan memperburuk fungsi penglihatan. Saraf
optikus bisa mengalami kerusakan permanen dan kadang serangan berulang
menyebabkan kebutaan total.
- Papilitis : mengarah kepada lesi anterior diamana diskus menjadi membengkak dan
hiperemis.
Papilitis bisa terjadi akibat berbagai keadaan, meskipun penyebabnya yang
pasti tidak dapat ditentukan. Pada penderita yang berusia diatas 60 tahun,
kemungkinan penyebabnya adalah arteritis temporalis. Papilitis juga bisa terjadi
karena virus dan penyakit kekebalan. Papilitis biasanya hanya menyerang satu mata,
tetapi tidak tertutup kemungkinan kedua mata akan terkena. Gejalanya berupa
penurunan fungsi penglihatan, yang bervariasi mulai dari bintik buta yang kecil

3
sampai kebutaan total yang terjadi dalam waktu 1-2 hari. Penderita bisa merasakan
nyeri atau tidak sama sekali. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan berikut:
- pemeriksaan lapang pandang
- pemeriksaan olftalmoskop
- pemeriksaan respon refleks pupil
- CT scan atau MRI mata.
- Neuroretinitis : memiliki konotasi yang sama dengan papilitis tetapi ditujukan kepada
suatu proses yang lebih lanjut menuju daerah dekat retina dan uvea.
b. Iskemik Optik Neuropatik
Akibat infark prelaminar nervus optikus anterior.

2. PATOGENESIS
a. Optik Neuritis
Multiple sclerosis merupakan penyebab umum dari optik neuritis akut yang idiopatik.
Lyme disease dan nourosifilis adalah penyebab infeksi yang spesifik. Nervus optikus
mengandung serabut-serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel
nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel fotoreseptor,
merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina
lain disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut akson ke
dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak. Sehingga
ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang dihantarkan ke otak menjadi
terganggu dan pandangan menjadi lemah.
Karakteristik, idiopatik neuritis mengenai wanita muda (rata-rata usia 31 tahun) lebih
sering dari pada pria dan biasanya unilateral. MRI otak adalah positif, jika didapati
adanya lesi multifokal dengan massa putih dijumpai pada ± 80 % kasus idiopatik optik
neuritis. Secara bersamaan optik neuritis bilateral pada orang dewasa adalah hal yang
jarang, berbeda dengan anak-anak, keterlibatan bilateral adalah hal yang lazim.

4
b. Iskemik Optik Neuropatik
Infark berasal dari oklusi 2 arteri utama siliar posterior yang mensuplai nervus dan
choroids. Tiga penyebab yang lain yaitu : Arteritis sel raksasa (arteri
temporal),Arteriosklerosis yang nonarteritis, dan Emboli dari sirkulasi siliar.

3. ETIOLOGI
Anak-anak : Post viral
Herpes simpleks atau zoster
Sarcoid
Leukimia
Usia Pertengahan : Proses granulamatous
Multiple sclerosis
Usia Tua : Giant cell arteri
Iskhemik yang berhubungan dengan arteriosclerosis atau diabetes.

4. GEJALA DAN TANDA


1. Optik Neuritis
a. Sakit
Biasanya dijumpai pada 63 % kasus. Dapat ringan bahkan sampai berat. Dari
pengalaman, rasa sakit ini dinyatakan dengan sakit yang tumpul pada retrobulbar atau
rasa sakit yang tajam pada mata jika mata digerakkan atau di raba. Pada 19 % pasien,
sakit dapat didahului hilangnya visus, dalam 7 hari. Biasanya berlangsung 24-28 jam
sebelum bersamaan dengan hilangnya visus. Sakit yang menetap lebih dari 10- 14 hari
jarang ditemukan. Jika didapati, diagnosa haruslah dipertimbangkan kembali. Tak ada
hubungan yang nyata antara rasa sakit dengan keparahan hilangnya visus atau
gambaran fundusnya (papilitis vs retrobulbar optik neuritis).
b. Kaburnya penglihatan dalam beberapa menit atau beberapa jam yang lalu juga
didapati pada optik neuritis. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal ini termasuk :
- Gangguan afektif

5
- Latihan
- Unthoff’s syndrom (29%)
- Menstruasi (8 %)
- Meningkatnya penerangan / cahaya (3 %)
- Makanan (2 %)
- Merokok (0,8 %)
Unthoff’s syndrome merupakan hilangnya visus sementara waktu yang terjadi secara
intermiten yang terjadi di Multiple sclerosis dan optik neuropati. Syndrome ini juga dapat
dicetuskan oleh stress emosional, perubahan cuaca, menstruasi, cahaya, makanan, merokok.
Patofisiologi dari Unthoff’s syndrome belum diketahui, walaupun adanya hambatan
hantaran hingga peningkatan pada suhu tubuh atau perubahan pada kadar elektrolit darah
dapat dipercaya memegang peranan.
c. Hilangnya visus dapat :
- ringan (捡牯渀 20 / 30)
- Sedang (捡牯渀 20 / 60)
- Berat (20 / 70)
Visus dapat mengurangi persepsi sinar. Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau
visus yang kabur, kesulitan membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada
terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau
kaburnya visus untuk sementara.
d. Gangguan lapangan pandang
Depresi secara keseluruhan dari lapangan pandang adalah tipe defek visual yang sering
ditemukan. Banyak tipe kehilangan lapangan pandang dilaporkan, termasuk skotoma
centrocecal, kerusakan gelendong saraf parasentral, kerusakan gelendong saraf yang
meluas ke perifer, kerusakan gelendong saraf yang melibatkan fiksasi dan perifer saja.
Setelah 7 bulan, 51 % kasus memiliki lapangan pandang yang normal.
e. Ukuran pupil
Ukuran pupil sama dengan optik neuritis yang unilateral walaupun mata tersebut buta.
Umumnya, bagaimanapun defek/kerusakan afferent pupil di karakteristikan dengan
susahnya atau hilangnya konstriksi pada penyinaran langsung, hal ini didapati pada mata

6
yang ipsilateral. Tes dengan lampu senter yang berayun adalah metode sederhana untuk
mendeteksi hal ini.

OPTHALMOSKOPI
a. Perubahan awal
Papilitis dapat ditemukan dalam 38 % kasus. Diskus optikus normal dalam 44 %
kasus. Pucatnya bagian temporal menunjukkan adanya lesi optik neuritis yang berat
pada mata yang sama, hal ini dijumpai pada 18 % dari pasien yang menjalani
pemeriksaan. Papilitis tahap awal di karakteristikkan dengan adanya batas diskus
yang mengabur dan sedikit hiperemis.
b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap
Adanya papiledema pada opthalmoskopi tidak memungkinkan untuk menyatakan hal
ini, ditandai dengan adanya pembengkakan, hilangnya fisiologis cup, hiperemis dan
perdarahan yang terpisah. Pembungkus vena biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan
dengan split lamp untuk melihat adanya sel pada vitreous adalah hal yang sangat
penting.
c. Perubahan lanjut
Pada retrobulbar optik neuritis, diskus yang normal dapat dijumpai selama 4-6
minggu, saat dimana pucat dijumpai. Papilitis yang berlanjut kadang-kadang didapati
gambaran optik atropi sekunder. Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur,
mungkin terdapat jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium
akhir optik neuritis. Pada stadium ini, serabut saraf atropi dapat diamati pada retina
dengan perangkat lampu hijau merah.

2. Iskemik Optik Neuropathy


a. Sakit bukanlah gejala yang menonjol. Sakit pada mata saat digerakkan bukanlah hal
yang sering terjadi.
b. Hilangnya tajam penglihatan 1 mata secara sementara, amaurosis fugax adalah gejala
menonjol pada arteritis giant cell. Karakteristik amaurosis fugax terjadi secara tiba-
tiba baik mulai maupun lamanya serangan. Serangan yang tipikal bertahan selama 2-3

7
menit dan sangat jarang yang berlangsung > 5-30 menit. Pasien menggambarkan
episode ini sebagai kaburnya pandangan sekejap atau ketidak jelasan pandangan
dengan adanya kabut keabu-abuan. Pada sebagian, pasien menggambarkan suatu
penglihatan seperti tirai jendela yang ditarik turun atau melintasi pandangan pada
mata yang terlihat. Lebih khas pada amaurosis fugax pada penyakit oklusi arteri
karotid ekstrakranial.
Amaurosis fugax pada 1 mata merupakan alternatif antara 2 mata yang harus
dipertimbangkan berasal dari arteritis giant cell sampai terjadi sebaliknya. Amaurosis
fugax terjadi karena iskemik retina yang sementara. Ini merupakan gejala peringatan
dari kebutuhan yang tertunda. Jika diagnosa tidak ditegakkan, 40-50 % dari semua
kasus yang tidak ditangani akan berkembang menjadi kebutaan atau hilangnya visus
yang berat.
c. Hilangnya tajam penglihatan
Penurunan visus adalah hal yang sering dikeluhkan. Lazimnya, hilangnya visus pada
arteritis giant cell sangat besar. Pada arteriosclerosis iskemik optik neuritis 42 % dari
kasus memiliki tajam penglihatan ≤20/100, 35 % dengan visus yang normal
d. Gangguan Lapang Pandang
Apapun tipe gangguan lapang pandang yang karakteristik pada lesi optik neuritis
dijumpai. Pada arteritis giant cell, biasanya seluruh lapangan tertekan pandang. Pada
arteriosclerosis iskemik yang berat dari mata atau gangguan ganglion siliar. Gerakan
tonik pupil dapat dijumpai.
e. Pupil
Adanya defek afferent pada 1 mata terjadi pada iskemik papilitis atau okulasi arteri
retina central. Dilatasi dan paralisis dari sphincterpupil merupakan petunjuk adanya
iskemik yang berat dari mata atau gangguan ganglion siliar. Gerakan tonik pupil dapat
dijumpai.
f. Diplopia
Kadang-kadang diplopia muncul sebagai gejala dari arteritis giant cell (12 %
kasus).Pada pasien dengan diplopia, 50 % diakibatkan lumpuhnya N VI dan 50%
karena lumpuhnya N III. Suatu dari studi patologi pada pasien yang meninggal karena

8
arteritis giant cell dengan opthalmoplegi bilateral, menunjukkan bahwa iskemik
M.ekstraokular adalah mekanisme yang berperan penting pada opthalmoplegia.

OPTHALMOSKOPI
a. Perubahan awal
Papilitis iskemik merupakan bentuk tersering dari keterlibatan ocular pada arteritis sel
raksasa ± 60 % kasus yang dikarakteristikkan dengan pucat dan bengkaknya kepala saraf
dengan sedikit perdarahan dari lapisan serabut saraf di area peripapilar. Sering kali
didapati adanya infark yang segmental dan pembengkakan diskus. Arteri retina dapat
kelihatan menipis. Perubahan yang sama juga dapat dilihat pada papilitis arterisklerotik
iskemik. Pada kasus yang lain, mikroinfrak retina bersamaan dengan potongan cotton
wool yang merupakan akibat dari iskemik local dari lapisan serabur saraf.
b. Perubahan lanjut
Cp diskus sama seperti yang terlihat pada glaucoma, cup dapat berkembang pada mata
dengan iskemik optik neuritis sekunder, arteritis sel raksasa atau arterisklerosis, pucat dan
atropi optik biasanya lebih berat pada kasus ini dibandingkan pada pasien glaucoma.
Gambaran Opthalmoskopi dari Pseudo Foster Kennedy syndrome dapat ditemukan pada
kondisi ini, yaitu iskemik papilitis pada satu mata dan optik atropi di lain pihak. Keadaan
klinis yaitu hilangnya visus secara akut pada mata kedua dapat menolong untuk
membedakan kasus dari Foster Kennedy syndrome.

5. TERAPI
Pengobatan kausal neuritis tergantung etiologinya. Untuk membantu mencari
penyebab neuritis optikus biasanya dilakukan pemeriksaan foto sinar X kanal optik, sela
tursika atau dilakukan pemeriksaan CT orbita dan kepala. Pada sifilis maka diindikasikan
untuk pemberian anti sifilis. Pembersihan fokal infeksi adalah hal yang penting. Pengobatan
neuritis, papilitis maupun neuritis retrobulbar, adalah sama yaitu kortikosteroid atau ACTH.
Bersama-sama kortikosteroid diberikan antibiotik untuk menahan infeksi sebagai penyebab.
Selain dari pada itu diberikan vasodilatasi dan vitamin.

9
6. KOMPLIKASI
Penyulit pailitis yang dapat terjadi yaitu ikut meradangnya retina atau terjadinya
neuroretinitis. Bila terjadi atropi papil pascapapilitis akan memperlihatkan papil yang pucat
dengan batas yang kabur akibat terdapatnya jaringan fibrosis atau glia disertai dengan arteri
yang menciut berat dengan selubung perivaskular. Pada proses penyembuhan kadang-kadang
tajam penglihatan sedikit lebih baik atau sama sekali tidak ada perbaikan dengan skotoma
sentral yang menetap.

7. PROGNOSA
Neuritis optik dianggap mempunyai prognosa yang baik. Tajam penglihatan dapat
kembali normal atau sedikit kurang dengan sedikit meninggalkan sedikit kepucatan pada
pupil saraf optik. Jika terjadi atropi maka dapat dikatakan bahwa prognosa adalah berat.

10
8. DIAGNOSA BANDING

Neuritis Optik Neuropati Optik


Gejala Visus Visus sentral hilang cepat, Defek akut lapangan pandang,
progresif, jarang ketajaman biasanya altitudal, ketajaman
dipelihara bervariasi turun akut
Lain Bola mata pegal, sakit bila Biasanya nihil, arteritis cranial
digerakkan, sakit alis atau perlu disingkirkan.
orbita
Sakit bergerak Ada Tidak ada
Bilateral Jarang pada orang dewasa, Khas unilateral pada stadium
dapat gantian, sering pada akut ; mata kedua terlibat
anak-anak terutama papilitis subsequently dengan
gambaran syndrome Foster
Kennedy
Gejala pupil Tidak ada isokoria, reaksi sinar Tidak ada isokoria, reaksi
menurun pada sisi neuritis sinar menurun pada sisi infrak
Penglihatan Biasanya menurun Ketajaman bervariasi hilang
warna hebat, lazim pada arthritis
ketajaman
visus
Sel bada kaca Ada Tidak ada
Fundus Retrobulbar : normal papilitis, Biasanya edema disk
derajat pembengkakan disk segmental pallid, dengan
bervariasi sedikit hemoragi lidah api
Prognosis visus Visus biasanya kembali normal Prognosis buru untuk kembali,
atau tingkat fungsional mata kedua lama-lama terlihat
dalam 1 /3 kasus idiopatik

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Mulyana S. Neuritis Retrobulbar. Artikel Kedokteran. Jakarta. 2007. Available from :
http://www.google.com/search?
q=cache:DqguJMT5bnEJ:medlinux.blogspot.com/2007/08/neuritis-retrobulbar.html+
%22papilitis+adalah%22&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl= id
2. Djapardi I. Kelainan Neurooptalmologik pada Pasen Stroke. Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara. Medan. 2002. Available from :
http://www.google.com/search?q=cache:9sIR3PccwcgJ:library.usu.ac.id/modules.php
%3Fop%3Dmodload%26name%3DDownloads%26file%3Dindex%26req%3Dgetit
%26lid%3D130+%22nervus+optikus%22&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id
3. MedlinePlus. Eye Pain. 2007. Available from : http://medlineplus.gov/
4. Spedex. Papillitis. 2004. Available from : http://www.google.com/search?
q=cache:UlsRsizhs0YJ:www.spedex.com/resource/documents/veb/papillitis.html+pap
illitis&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id&lr=lang_en
5. MedlinePlus. Blindness. 2007. Available from : http://medlineplus.gov/
6. MedlinePlus. Optic Neuritis. 2007. Available from : http://medlineplus.gov/
7. Scholl. Uhthoff’s symptom. 2008. Available from : http://mult-sclerosis.org/

12

Anda mungkin juga menyukai