Anda di halaman 1dari 80

Diagnosis and Management of Pulmonary

Tuberculosis and Prevention of Multidrug


Resistant Tuberculosis

TUTIK KUSMIATI, dr., SpP(K), FAPSR


Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Universitas Airlangga,
Surabaya
2020
EPIDEMIOLOGI TB
• 1882 kuman Mycobacterium tuberculosis di temukan: Dr Robert Koch
• 24 Maret: hari TB sedunia.
• Tuberkulosis (TB) salah satu dari 10 penyebab utama kematian karena
penyebab infeksi
• Tahun 2017 (WHO):
• 1,3 juta kematian TB:
• (± 1,2-1,4 juta) TB non HIV
• (± 266.000-335.000) TB dengan HIV
• 10,0 juta kasus TB baru di Indonesia ~ 133 kasus per 100.000 penduduk.
• Laporan WHO 2018:
• 90% kasus adalah orang dewasa (berusia ≥15 tahun),
• 64% adalah laki-laki,
• 9% adalah HIV positif (72% dari mereka di Afrika )
• 2/3 beban TB di dunia berada di negara:
• India (27%),
• Cina (9%),
• Indonesia (8%),
• Filipina (6%),
• Pakistan (5%),
• Nigeria (4%),
• Bangladesh (4%) )
• Afrika Selatan (3%).
Indonesia merupakan negara dengan triple burden TB untuk insiden TB, TB -
Resisten Obat (TB-RO), dan TB-HIV 1
2
3 INDIA
• 2.740.000
4 CINA 1
INDONESIA • 889.000 2
5
BEBAN FILIPINA • 842.000 3
TB INDIA
PAKISTAN • 581.000 4 •135.000
CINA
• 525.000 5 RUSIA •73.000

6 PAKISTAN •56.000
1
7 FILIPINA •27.000 2
NIGERIA •27.000
3
BEBAN 8 INDONESIA •24.000

UKRAINA •23.000
4 AFRIKA
SELATAN
TB RO INDIA
•20.000 5 MOZAMBIQ •86.000
•193.000

6 NIGERIA •66.000

•58.000
7 TANZANIA
•48.000
KENYA

BEBAN 8 INDONESIA •45.000

•36.000
TB HIV ZAMBIA
•36.000
Definisi

• Tuberkulosis: suatu penyakit infeksi yang menular, disebabkan


M.tuberculosis
• Sebagian besar kuman TB menyerang paru, dapat juga organ tubuh
lainnya.
• Berdasarkan organ yang terinfeksi, dibagi 2:
• TB paru, apabila melibatkan kelainan di parenkim paru.
• TB ekstra paru, apabila melibatkan organ di luar paru:
• Pleura (efusi pleura); Kelenjar limfe (limfadenitis TB); Abdomen, (TB
abdomen, peritonitis TB, TB usus dll); Genitourinary tract; Kulit; Tulang
(Spondilitis TB); Selaput otak/ meningen (meningitis TB)
Perikarditis TB
Spondoilitis TB

Limfadenitis TB
ETIOLOGI
• Kuman Mycobacterium tuberculosis
• Kuman aerob
• Berbentuk batang dan tahan asam pada pewarnaan Zeiehl Neelsen
• Mati apabila terpapar langsung dengan sinar ultra violet.
• Reservoir utama M. tuberculosis adalah pasien dengan TB paru.
Estimated bacterial population in the different tuberculosis lesions
Penemuan kasus TB
PENEMUAN SECARA AKTIF: • PENEMUAN SECARA PASIF:
• investigasi dan • pemeriksaan pasien yang datang ke
pemeriksaan kontak; Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
• skrining secara massal
terutama pada
kelompok rentan dan
kelompok berisiko;
• skrining pada kondisi
situasi khusus.
ISTC= International Standard Tuberculosis Care, 3nd edition.

• Standard 18.
• All providers should ensure that persons in
close contact with patients who have
infectious tuberculosis are evaluated and
managed in line with international
recommendations.
• The highest priority contacts for evaluation
are:
• Persons with symptoms suggestive of
tuberculosis
• Children aged <5 years
• Contacts with known or suspected
immunocompromised states, particularly HIV
infection
• Contacts of patients with MDR/XDR tuberculosis
Koinfeksi TB-HIV
• Permenkes RI, No 21 tahun 2013, pasal 24:
• ”Setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak dengan tanda,
gejala, atau kondisi medis yang patut diduga telah terjadi infeksi
HIV terutama pada pasien TB dan IMS ditawarkan untuk
pemeriksaan HIV”.
• ODHA berisiko sakit TB 30 kali lipat
• TBà infeksi Oportunistik (IO) sering pada ODHA
à Penyebab kematian pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA)

Panduan pelaksanaan program kolaborasi TB-HIV, 2015


STADIUM KLINIS HIV
Infeksi oportunistik (IO)
TB paru, TB ekstra paru,
Pneumonia, PCP,
terjadi pada HIV stadium
3,4
Patogenesis TB paru

INHALASI PERCIKAN DAHAK (DROPLET)


YANG MEMNGANDUNG KUMAN TB,
MASUK KE DALAM PARU MENUJU
ALVEOLI

KUMAN TB BERKEMBANG
BIAK DI DALAM ALVEOLI
• SEBAGIAN KECIL KUMAN TB MASUK KE
DALAM PEMBULUH DARAH DAN
MENYEBAR KESELURUH TUBUH.

• KUMAN TB DAPAT MENCAPAI BAGIAN


TUBUH TERTENTU DAN BERKEMBANG
MENJADI SAKIT TB DI LOKASI TERSEBUT
(GINJAL, OTAK, TULANG dll)

• DALAM 2-8 MINGGU, SISTEM IMUN


MEMPRODUKSI SEL IMUN KHUSUS YANG
DISEBUT MAKROFAG YANG MENGELILINGI
KUMAN TB.

• SEL-SEL INI AKAN MENGONTROL INDIVIDU


• JIKA SISTEM IMUN TIDAK DAPAT MENJAGA KUMAN TB , KUMAN
AKAN BERKEMBANGBIAK CEPAT (SAKIT TB)

• PROSES INI DAPAT TERJADI DI BEBERAPA LOKASI YANG BERBEDA


(PARU, OTAK, TULANG DLL)

Jumlah kuman YANG


DIKELUARKAN:
Bicara : 0 – 200
Batuk : 0 – 3 500
Bersin : 4500 – 1 jt

Droplet yang mengandung kuman hidup dapat


bertahan dalam waktu lama dalam ruangan gelap
Infeksi TB (TB Laten = ITBL) “vs” Sakit TB
Siklus penularan TB
1 penderita TB
BTA positif 1 orang dengan TB aktif akan menginfeksi
dalam 1 10-15 orang dalam 1 tahun
tahun to
_______________________________
Akan
menulari

BTA pos

10% akan menjadi


sakit

1 penderita TB LATEN
BTA positif
90%

BTA pos
PENDEKATAN DIAGNOSIS INFEKSI TB DAN
SAKIT TB
BTA
IGRA Kultur MTB
TST (MGIT, LG)

RAPID TEST
Foto
(GenXpert;
Thoraks
LPA)

Gejala TB DIAGNOSIS HISTO-PA


GEJALA KLINIS TB PARU DEWASA
RESPIRASI SISTEMIK

Batuk lebih 2
Demam
minggu

Nafsu makan
Batuk darah
turunà BB turun

Keringat malam
Sesak napas
hari

Nyeri dada Mudah lelah


MANIFESTASI KLINIS TB PADA ODHA
• Gejala klinis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) tidak spesifik.
• Yang paling sering:
• Demam
• Berat badan turun siknifikan (>10%)
• Keluhan batuk tidak spesifik
• Skreening TB pada ODHA:
• 1. Batuk (berapapun lamanya)
• 2. Berat badan menurun ODHA dengan salah satu/ > dilanjutkan
• 3. Demam pemeriksaan diagnosis TB
• 4. Keringat malam
• 5. Gejala TB ekstra paru
• Kurang berkontribusi dalam penegakan
diagnosis TB paru
• Demam (>> subfebris, << panas tinggi),
• Respirasi meningkat (kerusakan paru luas,
Pemeriksaan efusi, pneumotoraks)
• Berat badan menurun.
fisik TB Paru
• Pada auskultasi terdengar:
• suara napas bronkhial/ronkhi
basah/suara napas melemah di apex
paru,
• tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
ISTC: Standar 3.
• All patients, including children, who are suspected
of having pulmonary tuberculosis and are capable
of producing sputum should have at least two
sputum specimens submitted for smear
microscopy or a single sputum specimen for
Xpert® MTB/RIF*

• Patients at risk for drug resistance, who have HIV


risks, or who are seriously ill, should have Xpert
MTB/RIF performed as the initial diagnostic test.
Siapa yang berisiko TB Resisten Obat (TB-RO)?
• Adalah pasien gejala TB yang memiliki riwayat satu atau lebih di bawah ini:
1. Gagal pengobatan kategori 2
2. Tidak konversi pada akhir fase intensif (akhir bulan ke-3) pengobatan kategori 2
3. Riwayat pengobatan tidak standar terutama penggunaan OAT lini 2 > 1 bulan.
4. Gagal kategori 1
5. Tidak konversi pada akhir fase intensif (akhir bulan ke-2) pengobatan kategori 1
6. Kasus kambuh (relaps) baik dari kategori 1 maupun dari kategori 2.
7. Kembali setelah loss to follow up (lalai berobat/ default)
8. Riwayat kontak dengan pasien TB
9. Pasien koinfeksi TB HIV yang tidak respons pengobatan
Apa Itu Tes Cepat Molekuler (TCM) TB?
• Revolusi baru dalam
diagnosis TB
• Diagnosis cepat
terduga TB dan TB
Resistan Obat
• Secara bersamaan
dapat mendeteksi M.
tuberculosis dan
resistansi terhadap
rifampisin (Rif) dalam
waktu ~2 jam.
TES CEPAT MOLEKULER (TCM)
GeneXpert Mikroskopis (BTA)
1. Batas deteksi 10-100 CFU/ml (mirip 1. Batas deteksi > 10.000 CFU/ml
dengan kultur)
2. Dapat bereaksi silang dengan non
2. Tidak bereaksi silang dengan non tuberculosis mycobacteria (NTM)
tuberculosis mycobacteria (NTM)
3. Pewarnaan Ziel Nelsen: deteksi
3. Berbasis DNA (genetik), Real time dinding kuman MTB
PCR
4. Tidak dapat digunakan untuk
4. Mampu mendeteksi Resistensi mendeteksi resistensi
Rifampisin
Gambaran foto toraks “tipikal” atau “ tidak tipikal”
• Gambaran foto toraks pada ODHA menggambarkan
tingkat kekebalan.
• FOTO TORAKS tidak spesifik pada ODHAà overdiagnosis/
underdiagnosis
• HIV stadium lanjutà infiltrate di basal
• HIV stadium awalà infiltrate di apek
Tipikal
• Standard 3, ISTC:
• Blood-based serologic tests and
interferon-gamma release assays
should not be used for diagnosis
of active tuberculosis.

Larangan penggunaan metode


serologi untuk penegakan diagnosis TB aktif
ALGORITME
DIAGNOSIS
TUBERKULOSIS
PARU
TERDUGA TB

Pengobatan TB sebelumnya (negative)


Pernah pengobatan TB > 1 bulan
HIV (negative)
HIV: posistif
Kontak TB RO (negative)
Kontak TB RO (+)

ATAU
Mikroskopis Tes cepat Tes Cepat
(BTA) molekuler Molekuler
TERDUGA TB: KASUS BARU, HIV NEGATIF,
KONTAK TB RO (-)

BTA TCM

POSITIF NEGATIF

TB TERKONFIRMASI FOTO ANTIBIOTIK NON


BAKTERIOLOGIS THORAKS SPESIFIK

TIDAK MENDUKUNG
SUGESTIF TB TB TIDAK MEMBAIK MEMBAIK

OAT KATEGORI 1 TB TERKONFIRMASI BUKAN TB, CARI PENYEBAB LAIN


KLINIS
• PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA ODHA sebagai alat bantu diagnosis
TBà tidak direkomendasikan
• Meningkatkan risiko kematian
• Diagnosis dan pengobatan terlamabt

• AB diberikan pada ODHA dengan IO yang disebabkan oleh bakteri,


BUKAN sebagai alat bantu diagnosis TB
ALUR TERDUGA TB YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN TES CEPAT
MOLEKULER
TES CEPAT
MOLEKULER
(Gen Xpert)

Mycobaterium TB Mycobaterium TB Mycobaterium TB


detected, detected, detected,
Mycobaterium TB
Rifampisin Rifampisin Rifampisin
NOT DETECTED
Resistance NOT Resistance Resistance
DETECTED DETECTED INDETERMINATE

CURIGA
OAT TB RO:
- NON TB
OAT LINI 1 - STR ULANG TCM
- TB TERKONFRIMASI KLINIS
- INDIVIDUAL
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji
kepekaan obat
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan.
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin).
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional).
Pengobatan
TB
Menyembuhkan

Mencegah Mencegah
kekambuhan kematian
Pengobatan
TB

Mencegah
Mencegah kebal obat
penularan dan
penularannya
PRINSIP TERAPI
§ Obat diberikan secara kombinasi
§ Obat diberikan dengan single dose (dosis tunggal,
BUKAN dosis terbagi)
§ Durasi pengobatan lama untuk membunuh kuman
yang semi dormanà mencegah kekambuhan
§ Direct Observe Treatmen (DOT) – pengawasan
minum obat secara langsung (PMO)
U.V. Radiation to Fight
against M. tuberculosis
STREPTOMYCIN,
(S)1943

PAS + S,
1949
PAS, 1944

INH + PAS + S, 1955


RIFAMPICYN (R)
1960
R+H+Z+E, 1970

40-50 TAHUN
------------------------------------------
-------à New drugs

OAT lini 2à untuk pengobatan TB Resisten Obat


Mengapa perlu pengobatan dalam
jangka waktu yang lama???

INH Aktif membelah diri


Jumlahnya sangat banyak POPULASI
KUMAN TB

RIFAMPISIN PIRAZINAMID
Dorman/ tidur

semi aktif , tumbuh episodik


Tumbuh dalam
suasana asam
Bactericidal activity
Sterilising activity

2RHZE/4RH

Prevention of Resistance activity


Menurunkan jumlah
T. AWAL
kuman yang banyak
TAHAPAN
PENGOBATAN
Untuk membunuh sisa
T. LANJUTAN kuman, mencegah
kekambuhan
Kategori I

PADUAN OAT
2 (HRZE)/4(HR)3 atau 4 (HR)

Kategori II
2 (HRZE)S/(HRZE)/5 (HR)3E3
atau 5(HR)E

Kategori anak
2 (HRZ)/4(HR) atau 2
(HRZE)S/4-10 (HR)

PADUAN OAT TB RO =
RESISTEN OBAT
Keuntungan KDT (Kombinasi Dosis Tetap)
Mengurangi kesalahan penulisan resep.

Mengurangi jumlah tablet

Kepatuhan pasien meningkat

MENGHINDARI MONOTERAPI

Mempermudah penentuan dosis

Mengurangi kegagalan & kekambuhan

Pengelolaan obat MUDAH


Jenis-jenis OAT KDT (Kombinasi Dosis Tetap) untuk orang
dewasa:

• Tablet 4 KDT : setiap kaplet yang mengandung 4 macam obat :


• 75 mg Isoniasid (H)
• 150 mg Rifampisin (R)
• 400 mg Pirazinamid (Z) dan
• 275 mg Etambutol (E)
• Digunakan untuk pengobatan tahap awal - diberikan setiap hari.
• KDT tidak dapat diberikan pada kondisi tertentu (alergi, gangguan
liver, gangguan ginjal dll)
2 macam sediaan 2 KDT!
• Tablet 2KDT: tablet yang mengandung 2 macam obat.
• 150 mg Isoniasid (H)
• 150 mg Rifampisin (R)
• Tablet ini digunakan untuk pengobatan tahap lanjutan
diberikan 3 kali seminggu
• Tablet 2KDT: tablet yang mengandung 2 macam obat,
• 75 mg isoniazid (H)
• 150 mg rifampisin (R)
• Tablet ini digunakan untuk tahap lanjutan diberikan setiap hari
DOSIS OBAT KDT
Tahap Awal Tahap Lanjutan
tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 minggu
Berat Badan RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT


TN H, 30 TH, BB= 50 KG

FASE INTENSIF:
Ɽ/ 4 FDC no ....
⌡1 dd 3 TAB
FASE INTENSIF:
Ɽ/ 4 FDC no ....
FASE LANJUTAN: ⌡3 dd 1
Ɽ/ 2 FDC no ....
⌡1 dd 3 TAB
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10

(4-6) (8-12)

Rifampisin (R) Bakterisid 10 10

(8-12) (8-12)

Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35

(20-30) (30-40)

Streptomisin (S) Bakterisid 15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30

(15-20) (20-35)
PENULISAN RESEP OAT
Contoh penulisan resep yang benar

TN H, 30 TH, BB=50 KG SEDIAAN: H 300 MG


R 450MG ; 600 MG
• Ɽ/ INH 300 mg no .... Z 500MG
E 500MG
⌡1 dd 1
• Ɽ/ Rifampisin 450 mg no ....
⌡1 dd 1
• Ɽ/ Etambutol 500 mg no .... Contoh penulisan resep yang salah
⌡1 dd 2
R/ Pirazinamid 3x500
• Ɽ/ Pirazinamid 500 mg no .... mg………..
⌡1 dd 3
PK/PD Measures of in vivo Potency
OAT diberikan sekali dalam sehari agar
mencapai konsentrasi maksimal di atas MIC

MIC: Minimum Inhibitory Concentration


AUC: Area Under Curve
PAE: Post Antibiotic Effect
Concentration

AUC

MIC
PAE

Time
TB paru terkonfirmasi
bakteriologis

Tb Extra TB paru terkonfirmasi


KATEGORI I secara klinis
PARU

DOSIS HARIAN 2
HRZE/ 4 HR
OAT KATEGORI II
Kambuh

Gagal

Lost to follow up

Dosis harian kategori II, 2 (HRZE)S/HRZE/5(HR)E


Pasien TB yang perlu mendapatkan tambahan
kortikosteroid
• Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang
membahayakan jiwa pasien seperti:
• Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak neurologis
• TB milier dengan atau tanpa meningitis
• Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi pericardial
• Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas,
• TB saluran kencing (untuk mencegah penyempitan ureter ),
• Pembesaran kelenjar getah bening dengan penekanan pada bronkus atau
pembuluh darah.
• Hipersensitivitas berat terhadap OAT.
• IRIS ( Immune Response Inflammatory Syndrome )
• Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid:
• Tergantung dari berat dan ringannya penyakit
• Respon klinis
• Predinisolon (per oral):
• Anak: 2 mg / kg BB
• Dewasa: 30 – 60 mg

• Apabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosis


harus diturunkan secara bertahap (tappering off)
Pemantauan dahak hasil pengobatan
HASIL AKHIR PENGOBATAN
Sembuh

Lengkap Gagal
Hasil
pengobatan

meninggal Lost to
follow up
Tidak
dievaluasi
Sembuh: positif à negatif

Gagal: bakteriologis tetap postif /


menjadi positif pada bulan kelima/
lebih/ terbukti resisten kapan saja.

Lengkap: pengobatan lengkap,


Bakteriologis tidak ada data

Lost to follow up: pengobatan terputus


2 bulan berturut-turut.
EFEK SAMPING RINGAN OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu OAT ditelan malam sebelum tidur. Apabila
makan, mual, sakit keluhan tetap ada, OAT ditelan dengan sedikit
perut H, R, Z makanan. Apabila keluhan semakin hebat
disertai muntah, waspada efek samping berat
dan segera rujuk ke dokter.
Nyeri sendi Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti
Z
radang non-steroid.
Kesemutan/Rasa Beri vtamin B6 (piridoxin) 50-75 mg per hari.
terbakar di telapak H
kaki atau tangan
Warna kemerahan Tidak membahayakan dan tidak perlu diberi
pada air seni (urine) R obat penawar tapi perlu penjelasan kepada
pasien.
Flu sindrom (demam, Pemberian R dirubah dari intermiten menjadi
R dosis
menggigil, lemas, sakit setiap hari.
intermiten
kepala, nyeri tulang)
EFEK SAMPING BERAT OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Bercak kemerahan kulit (rash) Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah.*
H, R, Z, S
dengan atau tanpa rasa gatal
Gangguan pendengaran S dihentikan.
S
(tanpadiketemukan serumen)
Gangguan keseimbangan S S dihentikan.
Ikterus tanpa penyebab lain Semua OAT dihentikan sampai ikterus
H, R, Z
menghilang.
Bingung, mual muntah Semua OAT dihentikan, segera lakukan
(dicurigai terjadi gangguan Semua pemeriksaan fungsi hati.
fungsi hati apabila disertai jenis OAT
ikterus)
Gangguan penglihatan E E dihentikan.
Purpura, renjatan (syok), R dihentikan.
R
gagal ginjal akut
Penurunan produksi urine S S dihentikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
kuman TB
• Kerentanan (status imun).
• HIV, Diabetes, Malnutrisià contoh imunokompromise
• Derajat Infeksi ~ jumlah kuman TB yang dikeluarkan ke udara.
• Contoh: BTA 3+ > BTA 2+ > BTA 1+ (“>” lebih mudah menularkan)
• Faktor lingkungan (Ventilasi udara) à mempengaruhi konsentrasi
organisme M. Tuberculosis di udara.
• Kontak erat:
• Frekuensi kontak
• Durasi paparan dengan pasien TB
TB DENGAN KONDISI
KHUSUS
TB dengan kehamilan

• WHO: hampir semua OAT aman untuk kehamilan,


• Kecuali golongan Aminoglikosida (streptomisin atau kanamisin)à
• ototoksik pada bayi (permanent ototoxic)
• dapat menembus barier placenta;
• gangguan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan
dilahirkan.
• Pemberian Piridoksin 50mg/hari
• Pemberian vitamin K 10mg/hari dianjurkan apabila Rifampisin
digunakan pada trimester 3 kehamilan menjelang partus.
TB pada ibu menyusui dan bayinya

• Pada prinsipnya tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya.


• Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
• Konsentrasi obat dalam ASI “kecil”:
• Tidak menyebabkan toksisitas pada bayi
• Tidak boleh dianggap sebagai pengobatan yang efektif pada bayinya
• Tidak sebagai terapi TB laten pada bayi
• Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah
penularan kuman TB kepada bayinya.
• Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan dapat terus diberikan ASI.
• Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi, 6 bulan, sesuai
BB
Pasien TB pengguna kontrasepsi

• Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal:


• pil KB,
• suntikan KB
• susuk KB
• Rifampisin dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi.
• Sebaiknya mengggunakan kontrasepsi non-hormonal
TB dengan Diabetes Melitus (DM)

• DM merupakan salah satu faktor risiko tersering


• Indikasi insulin pada pasien DM:
• Infeksi TB berat
• Fungsi pangkreas sangat menurun (pancreatic endocrine deficiency,
tuberculous pancreatitis)
• Membutuhkan diet tinggi protein dan kaori
• Paduan OAT:
• Pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM dengan syarat kadar gula darah
terkontrol
• Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan sampai 9
bulan
TB PADA ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)
• Penting diperhatikan:
• Apakah pasien tersebut sedang dalam pengobatan ARV atau
tidak?
• Prioritas utama bagi pasien TB ODHA adalah:
• Segera memberikan pengobatan OAT
• Diikuti dengan pemberian Kotrimoksasol
• ARV
• Pengobatan ARV dimulai segera dalam waktu:
• 2-8 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan TB.
PENGOBATAN TB PADA ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)
1. ODHA yang belum dalam pengobatan ARV.
2. ODHA sedang dalam pengobatan ARVà pengobatan TB dapat
langsung diberikan.
Jika pasien menggunakan nevirapine sebaiknya substitusi dengan
efavirenz
ARV pada koinfeksi TB-HIV
• PRINSIP: mendahulukan pengoabatan TB
• ARV segera dimulai sejak 2 -8 minggu setelah OAT diberikan
• Tidak tergantung pada nilai CD4

• Jika CD4 < 50 sel/mm3: ARV diberikan dalam 2 minggu pertama


• Pemberian Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP
INH):
• Bertujuan untuk mencegah TB aktif pada ODHA, sehingga dapat
menurunkan beban TB pada ODHA .

• Jika pada ODHA tidak terbukti TB dan tidak ada kontra indikasi

• Dosis 300 mg/hari dan B6 dengan dosis 25mg/hari sebanyak 180


dosis atau 6 (enam) bulan
Efek proteksi dari pemberian IPT bertahan
sampai dengan 3-5 tahun
Profilaksis Kotrimoksasol
• Pemberian kotrimoksasol dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas pada ODHA
• Profilaksis: kotrimoksasol 1x960mg/ hari pada dewasa
• Kotrimoksasol dihentikan jika terjadi:
• SJS, penyakit berat, anemia atau pansitopneia berat, HIV negative
• Kontraindikasi kotrimoksasol:
• Alergi sulfa
• Penyakit liver
• Penyakit ginjal berat
• Infeksi Oportunistik yang dapat dicegah dengan Kotrimoksasol:
• PCP
• TBC
• Abses otakà toksoplasmosis
• Pneumonia yang disebabkan oleh S. pneumonia
• Dua macam profilaksis:
• Primer: mencegah infeksi yang belum pernah diderita
• Sekunder: mencegah berulangnya infeksi yang pernah diderita
Daftar Pustaka
• Caminero JA. A Tuberculosis Guide for Specialist Physicians. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 2003.
• CDC. Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know. Sixth edition. Chapter 2: Transmission and Pathogenesis of
Tuberculosis. 2013. https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter2.pdf (diakses pada 1 September 2018).
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67. Penanggulangan Tuberkulosis.
2016.
• Khaled NA, Enarson DA. Tuberculosis a manual for medical students. WHO. 2003.
• Nahid P, Dorman SE, Alipanah N, Barry PM, Brozek JL, Cattamanchi A, Chaisson LH, Chaisson RE, Daley CL, Grzemska M, Higashi JM, Ho CS,
Hopewell PC, Keshavjee SA, Lienhardt C, Menzies R, Merrifield C, Narita M, O’Brien R, Peloquin CA, Raftery A, Saukkonen J, Schaaf HS,
Sotgiu G, Starke JR, Migliori GB, Vernon A. Official American Thoracic Society/Centers for Disease Control and Prevention/Infectious
Diseases Society of America Clinical Practice Guidelines: Treatment of Drug-Susceptible Tuberculosis. Clinical Infectious Diseases. 2016.
• WHO. Treatment of tuberculosis guidelines. Fourth edition. 2010.
• WHO. Treatment of tuberculosis: Guidelines for treatment of drug susceptible tuberculosis and patient care. 2017.
• WHO. Global Tuberculosis Report. 2018
• Zumla, A. Raviglione, M. Hafner, R. von Reyn, C.F. Tuberculosis. The New England Journal of Medicine. 2013; 368:745
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai